16. Terburu-buru

5.1K 598 25
                                    

Suara percakapan antara Ghani dan mamanya yang semula terdengar samar-samar kini terdengar jelas di telinga setelah aku membuka mata dan sadar sepenuhnya. Entah sejak kapan aku mulai tidur, yang jelas setelah makan dan baru sampai setengah film aku merasa sangat mengantuk.

Aku sedikit bergerak dan mendengar decitan sofa kulit yang menjadi alas tidurku karena aku bergerak. Jam dinding yang menempel tepat samping televisi ruangan ini menunjukan pukul 7 pagi. Sontak aku langsung duduk sembari merapihkan rambut dan mengusap wajah.

Ghani yang semula memunggungiku kini menoleh ke arahku, tatapan mama Ghani juga ikut berpatisipasi melihat ke arahku. Karena merasa tidak enak hati sudah bangun lebih siang dari mereka, aku memperlihatkan cengiran.

"Maaf  ya, Tante. Anna telat bangun,"

"Gapapa, Ghani bilang semalem kamu kebanyakan urusin kerjaan makanya bangun siang." Balas mama Ghani lembut seperti biasa.

"Tapi tetep Anna salah udah bangun siang,"

"Masih pagi, An." Celetuk Ghani.

Aku menoleh ke arah Ghani, menghela nafas dan menatapnya dengan rasa bersalah. "Kita jadi telat ke kantor deh," balasku menanggapi omongan Ghani.

Ghani menatapku bingung, selang semenit kemudian ia tertawa terbahak-bahak yang diikuti oleh tawa renyah mama Ghani. Kepala pria itu menggeleng-geleng sembari tertawa. Tangannya ia gunakan untuk memegang perut.

"Anna-anna, terlalu semangat ke kantor banget nih ya sampe lupa hari,"

Kini gantian aku yang bingung, mengerutkan dahi dan alis pun bertaut. Setelah semenit aku mencoba ingat hari apa ini, aku menepuk jidat. "Astaga, sekarang hari Minggu ya."

Ghani tertawa. "Makanya, refreshing tuh otak. Jangan mikirin kerja mulu jadi suntuk."

"Kaya sendirinya ga suntuk aja." Celetukku asal.

Ghani terdiam dan melihat ke arahku sebal.

"Anna, kamu gamau mandi?" Tanya mama Ghani.

"Mau, Tante. Tapi aku ga bawa perlatan mandi sama baju ganti. Jadi cuci muka sikat gigi aja paling,"

Mama Ghani mengangguk. "Yaudah sana gih biar segeran."

Aku mengangguk kemudian bangkit dari duduk dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Menggosok gigi dan cuci muka. Kemudian buang air layaknya rutinitas pagiku.

Setelah sekitar lima belas menit di dalam kamar mandi, aku keluar kamar mandi. Suasana tenang seperti saat sebelum masuk kamar mandi berubah dalam lima belas menit. Karena saat aku keluar suara ribut adu mulut terdengar.

Seorang pria gempal dengan tinggi badan selisih 2cm lebih pendek dari Ghani tengah berdiri bersebrangan dengan posisi Ghani. Pria itu tidak sedang beradu mulut dengan Ghani melainkan dengan mama Ghani. Aku sudah bisa menyimpulkan siapa pria ini.

Keberadaanku yang semula tidak menarik perhatian saat berdiri di ambang pintu kamar mandi kini malah jadi pusat perhatian di ruangan ini. Pria asing ini menatapku dengan tatapan dingin, dari atas sampai bawah. Aku tersenyum ramah sembari menyapanya dengan satu kata yaitu 'om'.

"Siapa?" Balasnya.

"Anna, temen aku," jawab Ghani.

"Temen apa pagi-pagi udah di sini? Dia pasti nginep di sini semalam, iya?"

"Dia pacarnya Ghani. Mama yang suruh dia nginep karena Mama ga ada teman ngobrol." Kini giliran mama Ghani yang balas menjelaskan.

Pria itu mengangguk-angguk sembari melihat ke arahku. Dari tatapannya saja aku sudah merasa tersudut.

Women's StoryWhere stories live. Discover now