23. Tanggung Jawab

4.7K 582 30
                                    

Hari-hari libur ku habiskan bersama Ghani, karena aku malas diam di rumah dengan keadaan yang membuatku muak. Layaknya hari ini, kami janji akan ke Ancol bersama untuk ke Sea World kemudian menghabiskan waktu untuk makan di Segarra. Jika ditanya kenapa memilih ke Ancol, jawabannya karena kami sudah bosan dengan mall dan kafe. Hampir setiap hari selama libur ke tempat semacam itu. Kafe yang ada live music sampai yang di dalam mall. Kemudian mall yang sangat ramai karena midnight sale sampai yang sepi. Bosan juga.

Karena aku tau hari ini akan dihabiskan dengan berjalan kaki, jadi aku memilih menggunakan sneakers keluaran Gucci, high waisted jeans, dan atasan sabrina warna biru muda. Ghani akan segera tiba sebentar lagi, karena tadi ia bilang ia sudah mulai masuk komplek rumahku.

Aku segera meraih tas rotan di atas kasur, kemudian melangkah keluar kamar. Suasana rumah sepi, tidak seperti biasanya. Aku tetap melanjutkan langkah menuruni anak tangga, sampai pada akhirnya kakiku menapak di anak tangga terakhir, mami memanggil.

"Anna," ujarnya mendekatiku sembari menuntun Azra.

Aku berhenti, "aku mau pergi sama Ghani ya, Mi." Izinku.

"Aduh, kamu gabisa di rumah jagain Azra?" Mami berbicara dengan nada panik.

Aku melirik Azra, kemudian ku alihkan pandangan ke sekitar untuk mencari para kuman.

"Sara sama Azrof udah pergi tadi pagi ke Bandung. Ada reuni kampus katanya. Makanya Azra dititip ke Mami, eh tapi Mami lupa kalo hari ini Mami ada arisan dan Mami yang giliran nentuin tempat. Mami ga mungkin bawa Azra ke arisan ibu-ibu, bisa ga betah dia,"

"Terus...?"

"Kamu jagain Azra ya." Minta mami dengan wajah memohon.

Aku mendecak, "Mami mah, kan Mami tau aku ada Janji sama Ghani hari ini. Masa bawa Azra sih, Mi? Papi kemana emang?"

"Papi kerja lah,"

"Ah Anna tetep gamau, Mi,"

"Anna gaboleh gitu, ponakan kamu satu-satunya lho ini."

"Titip aja sama si Mba, Sara sama Azrof nanti juga pulang kan?"

"Mereka nginep. Udah ya, Na, Mami buru-buru, Azra mami titip ke kamu."

"Azra, Granny have to go right now. Be good with Aunty, okay? Bye, sweetheart," Mami mengecup puncak kepala Azra kemudian pergi begitu saja meninggalkanku dengan bocah ini.

Aku melihat Azra dengan tatapan sebal dan pasrah. Bisa-bisanya kuman-kuman itu menitipkan anak sementara mereka enak-enakan di sana. Sialan dangkalan memang si Sara dan Azrof.

Mendengar mobil Ghani dari luar rumah semakin membuatku kesal. Aku menghela nafas sebal sembari menggandeng Azra keluar rumah.

Ghani turun dari mobilnya dan melambai ke arahku. Kemudian ia sedikit berlari mendekat ke arahku dan Azra.

"Hai," ucapnya sembari memelukku sekilas. Biasa, pacaran di minggu-minggu pertama memang akan selalu manis.

"Azra, this is my boyfriend Ghani. And Ghani, this is Azra my nephew."

"Hi, Ghani," Ghani mengajukan tangannya lebih dulu yang disambut dengan tangan Azra.

"Ga ada orang di rumah, aku disuruh jagain dia. Gimana dong?" Tanyaku pada Ghani.

"Yaudah ajak aja ke Sea World, pasti seneng nih bocah kaya gini liat hiu,"

"Uhm..," aku menimbang-nimbang jawaban.

"Belajar lah jalan-jalan ajak bocah, biar nanti kalo punya anak udah tau rasanya," Ghani menaik turunkan kedua alisnya, membuatku jijik.

"Idih," ucapku sembari mendorongnya pelan. "Okay Azra we gonna take you to somewhere and make sure youre happy there. Come on, big guy." Aku menutup pintu dan menguncinya kemudian menuntun bocah itu untuk masuk ke dalam mobil.

Women's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang