9. Resepsi Bunga

5K 568 30
                                    

Karena sudah terlanjur janji akan menemani Ghani sabtu ini ke pernikahan Bunga, kini aku tengah bersiap-siap di depan cermin. Melihat pantulan diriku menggunakan gaun malam panjang tanpa lengan berwarna merah dengan model belahan sebatas atas lutut di sebelah kiri. Aku sengaja menggerai rambut yang ujungnya diombre warna dark violet red agar terlihat lebih seksi. Aku jarang menampilkan sisi seksi yang sebenarnya bisa sangat 'wah' jika ku tunjukkan, oleh karena itu aku akan menunjukannya malam ini.

Drt...Drt....

Ponselku bergetar dari atas meja rias, nama Ghani tertera di layar ponsel. Aku segera meraihnya dan menggeser layar ponsel untuk menerima panggilan itu.

"Gue udah di depan rumah lo,"

"Hah? Kok bisa?Emang tau?"

"Gue punya biodata lo dari kantor. Udah cepet, ntar telat."

Aku mendengus kesal, "ga usah ngatur-ngatur, masih mending gue mau nemenin." Kemudian aku mematikan sambungan dengannya. Menyambar pouch dari atas tempat tidur dan segera melangkah keluar kamar.

Saat aku menuruni tangga, terdengar suara mami dan papi yang sedang mengobrol di ruang tengah. Begitu kakiku tiba di lantai, aku segera melangkah menuju ruang tengah untuk meminta izin dengan orangtuaku.

"Nah itu dia," ujar mami yang sadar dengan keberadaanku.

Mami dan papi tersenyum ke arahku diikuti oleh senyum satu pria paling tidak penting di hidupku, Ghani.

"Pacar kamu udah dari tadi nunggu di luar lho," ucap mami begitu aku melangkah mendekat ke arah mereka.

Bisa-bisanya makhluk hidup yang satu ini membohongi mami dan papi dengan bilang bahwa ia sudah lama menungguku. Jelas-jelas panggilan pertamanya saja lima menit yang lalu masih tertera jelas di riwayat panggilan masuk ponselku. Dan apa mami bilang? Pacar? Astaga, Ghani sudah mulai keterlaluan kurang ajarnya.

"Sayang, mau jalan sekarang?" ucap Ghani yang membuatku bergedik geli.

"Sayang-sayang pala lo peyang," semburku yang berlalu menyalami tangan mami dan papi.

"Heh, Anna, ngomongnya ga sopan." Omel mami yang tidak ku hiraukan saat menyalami tangannya.

"Anna sama saya memang suka gitu, Tante. Dia blak-blakan, tapi saya cinta kok," Ghani berbicara seperti itu dengan senyum yang sangat lebar, membuatku semakin jijik dengannya.

"Mi, Pi, Anna pergi dulu ya," pamitku.

"Tante, Om, saya pamit dulu ya. Assalamualaikum," Ghani ikut menyalami tangan mami dan papi.

Aku melangkah lebih dulu setelah mengucapkan salam. Membiarkan Ghani mengekor di belakang. Melangkah keluar rumah menuju Range Rover milik Ghani yang sudah terparkir di luar rumah.

Tut..Tut...

Ghani membuka pintu mobil, tanpa menunggunya aku langsung masuk ke dalam mobil dengan rasa sebal setengah gila pada Ghani. Apa-apaan dia ngaku-ngaku pacar depan mami papi, bikin sebal saja.

Ghani masuk ke dalam mobil, menghidupkan mesin mobil kemudian menjalankannya.

"Gue gasuka ya lo masuk-masuk ke dalem rumah tanpa seizin gue kaya tadi," omelku.

Women's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang