13. Janjian

4.4K 571 50
                                    

Setelah buat video, aku dan Ghani memutuskan untuk makan siang bersama di kantin kantor. Karena jam makan siang sebenarnya sudah habis untuk pembuatan video, jadi kami memutuskan untuk makan siang cepat di kantin agar lebih menghemat waktu. Yang penting perutku tidak kosong.

Ghani memesan soto daging sementara aku memilih makan mie ayam. Malas juga makan nasi, sedang tidak kepingin.

Kami duduk berhadapan. Ia tampaknya sangat lapar sehingga tidak membuka mulut sama sekali, aku pun juga tidak mood untuk bicara.

"An,"

"Hm?"

"Pihak dari Parkir Timur Senayan mau datang besok. Pagi-pagi kamu udah harus pastiin semuanya lengkap di ruang rapat. Terutama koor tiap divisi, mereka diwajibkan datang tepat waktu."

"Oke," balasku singkat karena lebih memilih fokus makan.

"Jumat malam minggu ini, kamu ada acara?" Tanyanya.

Aku coba mengingat-ingat apakah jadwal jumat malam nanti aku ada janji atau tidak. Tapi sepertinya tidak.

"Uhm, kayanya engga. Kenapa?"

"Saya ada dua tiket untuk festival musik. Niatnya sih mau ajak kamu nonton festival musik itu. Mau?"

Suapanku terhambat dengan ajakan Ghani. Mataku menatapnya penuh tanya. "Kamu bicara formal pas ajak saya, jadi jumat malam nanti kamu ajak saya ke musik festival untuk urusan kerjaan?"

Ghani menggeleng pelan sembari tertawa kecil. "Engga, bukan urusan kerjaan. Ajakan personal,"

"Then, kenapa ngomongnya formal gitu?"

"Menjaga profesionalitas di Kantor," ujarnya dengan suara berbisik.

Aku tertawa kecil melihat tanggapan Ghani. "Gimana kita buat peraturan kalo misalkan lagi di Kantor tapi posisinya cuma ada kita berdua. Kita pake bahasa sehari-hari aja, gausah formal. Aneh gitu dengernya," saranku.

"Well, gue sendiri ga pernah keberatan pake bahasa apa aja asal tetep kedengeran sopan. But, yeah gue setuju."

"Deal ya?"

Ghani mengangguk setuju.

"Oke." Balasku kembali menyuap mie ayam ke dalam mulut.

"Terus jawabannya?" Tanya Ghani.

Aku melemparkan pandangan ke Ghani. Kemudian mengangguk perlahan.

Bibir yang semula hanya terbuka sedikit itu kini tertarik ujungnya membentuk senyuman lebar. Ghani tersenyum sangat sumringah mengetahui aku menyetujui ajakannya.

****

Hari- hari berjalan dengan cepatnya. Begitupun dengan hari dimana event-ku akan dilaksanakan. Jika sudah mendekati bulan hari H, maka aku akan lebih sering begadang mengerjakan kerjaan.

Eyemask berapa banyak pun sudah tidak ada gunannya untuk kantong mataku jika sudah mulai sering begadang seperti ini.

Drtt... drttt....

Ponselku bergetar dari atas kasur. Aku masih enggan menanggapi dan memilih fokus kepada  laptop di depan mata yang sedang menampilkan tugasku.

Dering ponselku pun berhenti. Syukurlah, aku jadi bisa lebih fokus sekarang.

Drttt... drttt...

Entah sudah yang berapa kali ia berdering sejak sejam yang lalu. Aku tidak menghiraukannya sedikit pun. Bahkan melihat ke layar untuk mengetahui dari siapa panggilan itu saja aku tidak mau sama sekali.

Women's StoryWhere stories live. Discover now