29. Cerita

3.6K 522 32
                                    

"Kai, gue udah di depan rumah lo nih." Ujarku sembari menekan klakson mobil.

"Iya-iya sebentar, gue minta Bibi bukain pintu pager buat lo," jawab Kaia melalui sambungan telepon.

Aku melihat wanita paruh baya bertubuh gempal itu tergopoh-gopoh sedikit berlari ke arah pintu pagar. Kemudian membukakan pintu pagar. Aku memasukan mobil ke pekarangan rumah Kaia untuk diparkirkan. Setelah mobil masuk, aku mematikan mesin mobil dan AC kemudian keluar dari mobil.

"Kaianya di dalem, Bi?" Tanyaku basa-basi sembari membenarkan posisi tas tangan yang ku tenteng.

"Ada, Mba, masuk aja sudah ditunggu." Balasnya sopan dengan aksen bahasa jawa yang medok.

Aku tersenyum kemudian melangkah menuju pintu masuk rumah Kaia. Mengetuk pintunya dua kali, "Assalamualaikum," kemudian memberi salam.

"Waalaikumsalam, masuk, An." Kaia yang sedang duduk di ruang tamu bersama anaknya menyambutku dengan jawaban salam.

"Halo," aku memilih duduk di samping Kaia sembari menjawil pipi Kaaria gemas.

"Hai, Aunty," Kaia menggerakan tangan anaknya untuk melambai ke arahku.

"Gendong boleh ga?" Izinku.

"Boleh lah," Kaia memposisikan Kaaria berdiri memunggungiku agar aku dapat menahan lengannya untuk berdiri.

"Aduh berat banget, kamu minum susunya sekaleng sehari ya?" Godaku sembari menciumi tengkuk Kaaria.

Kaaria menggerakan kakinya menginjak-injak sofa. Ia merespon godaanku dengan girang. Membuatku semakin gemas ingin menciuminya dan menjawil pipi bulat Kaaria.

"Mau minum apa, An?" Tanya Kaia.

"Apa aja,"

"Yaudah duduk di taman belakang aja yuk,"

"Boleh." Aku membalikan tubuh Kaaria dan menggendongnya ke taman belakang.

Kaia berhenti di dapur untuk membuat minum sementara aku ke taman belakang lebih dulu dan duduk di ayunan kayu sembari memangku Kaaria. Anak ini tampaknya hobi mengemut jarinya sendiri, walaupun sudah ku cegah memasukan tangannya ke dalam mulut, ia tetap saja melakukannya lagi sampai tangan dan sekitaran dagunya basah.

"Maaf ya, An, ga ada apa-apa. Cuma ada jus kotak aja di kulkas setelah gue cek." Kaia meletakan dua jus kotak di atas ayunan.

Melihat kotak berwarna merah muda itu diletakan di atas ayunan, Kaaria yang semula tenang duduk menjadi sedikit tidak bisa diam ingin meraih jus kotak. "Amamamamama," racaunya sembari mencoba meraih jus kotak.

"Jangan, sayang. Nanti sakit perut kamu," aku mencoba menjauhkan Kaaria dari jus kotak.

"Gapapa, An. Kasih dikit aja, dia udah mulai MP-ASI kok," Kaia meraih satu jus kotak, mengocoknya kemudian menusukan sedotan dan memberikannya pada Kaaria.

"Hah dia emang umur berapa?" Tanyaku.

"Udah 6 bulan. Udah gue kasih makan bubur bayi campur sayuran atau buah di blender juga kok. Jadi udah ga masalah kayanya dikasih jus kotak," jelas Kaia.

"Kok cepet ya?" Celetukku.

Kaia melihat ke arahku, kemudian ia tertawa. "Makanya jadi orang tuh perhatian sama tanggal, bulan, tahun, jangan perhatian sama event doang."

Aku mendecak sebal, "halah, dulu juga lo gila kerja kaya gue. Sekarang aja udah punya buntut makanya lebih sering stay di rumah."

Kaia tertawa kecil. "Ya makanya punya buntut juga, jadi bisa sering stay di rumah,"

Women's StoryWhere stories live. Discover now