98

9.2K 428 60
                                    

*****FRANS*****

Kami berdiri kaku di tengah ruangan…
Tepatnya di depan semua yang hadir di sini
Di depan kami ada tiga juri…
Satu pria usia tua, tambun dan sejak tadi tertawa terus melihatku
Satu lagi pria usia empat puluhan tapi rambutnya udah memutih berkaca mata dan tipe pria serius, seperti aku….duilee…maksudku seperti fifi atau david
Dan yang duduk di tengah seorang wanita yang gemuk, kelihatannya humoris orangnya karena sejak tadi senyum-senyum terus sambil memperhatikan kami.

Ini suasananya mirip apa ya?
Hmmm…x factor mungkin …
Dan yang berdiri disini fathin dan mikha…
Dan aku fathinnya hahahaha….

Si bapak-bapak gendut itu masih saja ketawa….

Beliau berucap…”bentaaaarrr…..aku mau ketawa dulu”

Aku Cuma bengong…
Emang ada apa sih?
Rasanya nggak ada yang lucu deh…
Kulirik fifi.
Wajahnya seperti tadi
Kaku dan terus mengambil nafas panjang
Seperti menyimpan kedongkolan yang luar biasa.

“mohon maaf…dewan juri yang kami hormati….begitu tadi presentasi kami, kami sadar….hasil eksperimen yang kami lakukan masih belum sempurna…dan untuk itulah…jika ada masukan…saran..kritik atau mungkin pertanyaan dari dewan juri…kami persilakan” suara fifi mantap.

‘Masukan’?
Gila tuh fifi…mosok minta ‘dimasukin’ sama bapak-bapak juri gituan

“eh…mohon maaf dewan juri…silakan beri kami saran atau kritik…tapi mohon…kami jangan dimasukin yaa…kami cowok baik-baik kok pak…jadi nggak mau dimasukin oleh bapak-bapak….kami nggak mau masukan!” ujarku menjelaskan

“hahahahahhahahahahahaha……plok plok plok…..” suara tertawa dan tepuk tangan menggemaa..

Aku bingung, kok malah tepuk tangan?
Fifi melotot dan langsung mencubit pinggangku keras

“fransss…dieeem saja kamu!” fifi mendesis melotot

“apaan sih fi…sakit tau!”

“husss…masukan itu ya saran….”

“oh gitu yaa…”

Bapak-bapak yang gendut masih saja tertawa…
Uhhh…emangnya kami badut, sejak tadi ketawa melulu.

“ya..ya…ya….udah…udah…..hmmm…satu pertanyaan untuk yang tinggi …siapa namanya?” kata-bapak-bapak yang gendut tiba-tiba nyeletuk.

Aku menoleh pada fifi
Fifi tersenyum sambil mengangguk

“luthfi pak”

“iya…luth….gini”

“maaf pak…bukan luth…tapi fifi” ujarku menjelaskan lagi

“hahahahhaha…apa? Fifi? Hahahhaha”

“fransss….kamu dieeemmmm….” Fifi mendesis marah

“iyaaa…aku kan nggak terima…mosok kamu dipanggil lut..kayak belut gitu…” aku mendesis menjelaskan.

“dieeemmmm”

“hahahahhahahaha maaf…nggak bermaksud menyetarakan kamu dengan belut” ujar bapak-bapak tadi.

Rupanya beliau dengar aku tadi berkata belut
Terlalu keras emang.

“silakan pak..kalau ada saran atau kritik atau pertanyaan…” ujar fifi sopan

Akhirnya bapak-bapak tadi berhenti tertawa

“hmmm…sebelum ke pertanyaan tentang eksperimen kalian…terlebih dahulu saya akui…jempol untuk penelitian kalian…luar biasa..kalian mengangkat tema tentang pengelolaan limbah….Cuma…yang saya herankan mas..fi…siapa tadi…mas fifi….darimana anda nemu partner seperti temenmu itu? Kok bisa-bisanya memilih partner dengan dia?” ujarnya sambil menunjuk aku.

Gara-Gara KONTOLKU Panjang 2 ( TAMAT )Место, где живут истории. Откройте их для себя