🌀 3

7.7K 598 11
                                    

Di sinilah aku sekarang.Tempat tertinggi di sekolah, rooftop.  Tempat yang paling enak untuk melihat sunset, tapi, sekolahku tidak pulang sesore itu. Entah mengapa, bekal yang kumakan sekarang sangat enak bersama hembusan angin.

"Enak Ry?" tanya Athan yang duduk di sebelahku.

Aku menoleh sekilas, "enak. Pasti ibumu yang masak?" tebakku.

Dan dia terkekeh, "bukan, aku yang membuatnya. Hahaha, kau munafik ya?" ejeknya dan itu yang membuat aku kesal. "Kau bilang kau tidak suka makananku."

"Enak, karena aku sedang lapar." jawabku asal.

"Terserahlah. Jika aku membuat sup asparagus nanti, aku tidak akan membagimu."

"Siapa yang mau makanan buatanmu? Mungkin Fey akan sakit perut jika dia yang mencobanya lebih dulu." ujarku tidak serius.

Athan mengerucutkan bibirnya. "Kau bohong. Pasti enak kan?"

"Tidak, aku memang sedang lapar." ujarku dengan malas.

Athan melipat tangannya di depan dada. "Kau bohong."

"Kalian ada di sini rupanya."

Suara yang familier di telingaku. Aku menoleh bersamaan dengan Athan.

Ternyata Fey dan Yuta. Ah, wajah Fey tersenyum jahil. Dan Yuta seperti biasa saja.

"Kalian sedang apa?" tanya Fey dan aku menyuap sendok terakhir makanan ini.

Athan memalingkan wajahnya melihat kebawah. "Hanya makan."

Aku memperhatikan wajah-wajah di sekelilingku, Yuta yang berjalan dan duduk di sampingku–di bangku panjang ini, Fey yang berdiri di samping Athan dengan rambut yang berterbangan terkena angin.

Aku menutup kotak makan ini dan memperhatikan kakiku dengan sepatu sekolah berwarna hitam ini. Kedua tanganku kusanggah di bangku ini. Pikiranku melayang kembali, mengingat luka tato sisik ikan ini.

"Ry?" panggil seseorang di sampingku dan aku menoleh.

"Ada apa?" Mata birunya menatapku dalam.

Yuta memperhatikanku dari bawah kaki hingga ujung kepala, dan itu yang membuatku risih. Dia seperti membaca pikiranku dan mengunci padanganku.

"Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanyanya serius, dan mata itu masih menatapku dalam.

Aku memalingkan wajahku darinya, "tidak." Aku mulai gugup, takut salah bicara.

Tanpa persetujuanku tangan Yuta memegang pipiku dan mencoba agar menatapnya. "Benar tidak?" tanyanya lagi, dan aku memberontak agar tangannya bisa terlepas dari pipiku.

"Yuta tanganmu!" seruku dan aku melihat lewat ekor mata orang yang berada di belakang Yuta menoleh bersamaan. "Iya benar."

Akhirnya tangan Yuta sudah tidak ada di pipiku lagi, dengan desahan berat dia menunduk menatap lantai. Dan aku juga melakukan hal yang sama seperti Yuta, merenungi kejadian yang baru saja terjadi.

Wajahku terasa sangat panas. Sepertinya aku harus mencuci mukaku nanti.

"Ryn, Yuta, ayo turun." ajak Athan berjalan lebih dahulu dan Fey di sampingnya.

Aku bangun, bersamaan dengan Yuta, dan aku masih tak berani menengok ke arahnya, atau meliriknya.

*

Tadi, Fey sangat ceria melihatku berdua dengan Athan di rooftop, dan sekarang, dia hanya diam menyimak pelajaran.

Dan Athan juga diam tidak bertanya kepadaku tentang pelajaran, biasanya dia selalu bertanya walaupun sebenarnya dia tahu.

The Prince Mermaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang