🌀 35

1.4K 80 9
                                    

Jika aku bebas, aku akan kehilanganmu. Dan jika aku tetap di sini, tujuan hidupku akan menghilang dariku.

***THE PRINCE MERMAID***

Vloryne's POV

Jauh di dalam hatiku, aku bertanya, ini mimpi atau memang nyata?

Berhari-hari-ah tidak, berminggu-minggu aku selalu bersama pangeran, menurutku mimpi ini agak janggal, dan jangan lupakan beberapa benda atau bahkan keadaan yang sulit diterima logikaku. Oke, jika iya mimpi, aku percaya pada hal mustahil yang kulihat. Namun, mimpi ini janggal, aku sudah menyadarinya (ah sedari dulu aku juga sudah menyadarinya), jika ada yang bertanya 'apa?' akan kujawab, 'mimpi ini tidak ada habisnya, selalu seperti ini dan seperti ini. Aku selalu bersama pangeran. Dan juga... aku selalu memiliki 2 sampai 4 mimpi dalam sekali tidurku'

Saat ingin aku bertanya lebih lanjut kepada pangeran, aku mengurungkan niat itu, karena aku tahu pangeran hanya akan menjawab kata 'Tidak'.

Dan berakhir dengan aku terus menatapnya tanpa bicara.

"Ehkm!" Deheman ringan membuatku kembali dari kesadaran. Aku tahu siapa orang itu. "Melamun?"

Kulihat lewat ekor mataku dia duduk di sampingku. "Tidak." Kujawab singkat seperti dia yang melakukan hal itu kepadaku.

"Mau makan?" tanyanya lagi.

Aku tetap memperhatikan kedepan, tanpa menoleh untuk menjawab. "Tidak."

Kami diam. Aku pun masih memikirkan untuk menimang-nimang pertanyaan-pertanyaan yang akan ku lontarkan kepadanya. Apakah ini saat yang tepat? Atau masih ada waktu yang lebih tepat lagi?

"Emm... Pangeran," panggilku sambil melihat ke arahnya. Tuhan bantu aku, kumohon.

Pangeran menoleh, dan kami saling menatap. Aduh bagaimana ini? Aku bahkan gugup hanya menatap matanya.

"Emmm... itu... Aku-aku ingin makan." Terkutuklah mulutku! Haish... Aku harus bagaimana?

Pangeran menaikan satu alisnya, kemudian dia jongkok dan menepuk kepalaku pelan. "Aku akan kembali," ujarnya yang kemudian meninggalkanku, dan aku hanya menatap punggung itu yang kian menjauh dari pandanganku.

Hufft... Bagaimana ini?

"Argh! Bodoh, bodoh!" Aku mengacak-acak rambutku, seraya berteriak kesal. "Aku akan mati di sini..." lirihku sambil menunduk. Ini di luar kendaliku. Aku putus asa.

Kulihat telapak tanganku, sisik ikan itu masih ada, bahkan warnanya semakin emas. Ah indah sekali. Aku mengusap sisik ikan itu dengan tangan yang lain. Tidak perih. Beda dengan saat pertama aku melihat sisik ikan ini. Rasanya perih saat itu, tapi kali ini tidak sama sekali.

Aku kembali menampakan tanganku ke pasir, sejenak aku berpikir untuk kabur. Ah tidak, tidak, aku sudah melakukan aksi melarikan diri saat mengambil buku bersama Yuta. Dan aku tidak memiliki kesempatan lagi, pasti nanti akan ada kesialan setelah aku melakukan hal jahat dua kali.

Tepukkan di bahuku menyadarkanku dari pikiran gila itu, kutolehkan pandangan dan menatap dengan datar pelaku penepuk bahu. Siapa lagi? Memang ada orang lain yang bersamaku saat ini? Iya, pangeran datar.

Dia menyerahkan sepiring... Ah aku tidak tahu ini apa, bentuknya kotak berwarna putih, seperti tahu? Ya, semoga saja ini beneran tahu. Aku tidak ingin makan makanan yang pangeran beri untuk kedua kali-saat di ruangan sepi dan dia sedang baca buku. Setelah mengamati lumayan lama, aku meraih piring itu dan memutar tubuh sembilan puluh derajat.

The Prince Mermaid Where stories live. Discover now