🌀 17

2.8K 211 2
                                    

Vloryne's note :

Cahaya biru seperti yang diceritakan Mama. Dan cahaya ini benar-benar sangat indah. Andai ini nyata, aku benar-benar beruntung bisa melihat cahaya biru ini.

Tak ada perubah apa-apa setelah aku menatap cahaya ini. Aku malah bingung.

Apa maksudnya?

"Diam. Aku sedang berusaha," ujarnya seolah baru saja membaca pikiranku.

Ya... aku diam setelah suara itu terdengar memerintah.

SRRTT... SRRTT...

Suara seperti gesekan terdengar di telingaku. Bau amis yang kucium sangat menyengat, masuk ke dalam indera penciumanku. Dan tanpa sadar, aku seperti dibius. Mataku tertutup rapat.

*

Flashback on :

Raja Flawiusz, saat ini berada di tengah pulau. Menunggu cahaya bulan itu, dan mengarahkannya tepat ke kerajaannya.

Tongkat mermaidnya menancap di tengah pulau kecil itu (daratan di tengah laut). Mulut raja merapalkan mantra-mantra, sesekali ikan lumba-lumba yang ada di bawah sana—di permukaan laut—memunculkan kepalanya dan memperhatikannya--dari belakang.

"Aku akan menghancurkan daratan jika makhluk itu datang lagi ke kerajaanku dan menghancurkannya." ujar Raja Flawiusz setelah selesai mengucapkan mantranya.

Cahaya bulan itu tampak tergenggam di tangannya. Dengan lincah, raja berenang ke laut yang gelap itu. Untuk membawakan cahaya bulan itu ke kerajaannya.

Sepanjang perjalanan menuju kerajaan, cahaya itu bagai ekor yang mengikuti belokan-belokan si pembawa. Lumba-lumba yang mengintainya sejak tadi, ikut mengekori raja.

Sesekali raja menoleh ke belakang, karena indera pendengarannya sangat tajam. Tapi hanya ada ikan-ikan kecil dan ubur-ubur yang ada di sana.

Raja terus berenang dengan kecepatan cepat. Beberapa ikan yang dilewati raja menatapnya dengan mata melotot. Tahu akan apa yang dilakukannya.

Lumba-lumba yang mengikuti raja sejak tadi, mencari jalan tercepat ke kerajaan Esquevelle.

Sesampainya di kerajaan. Lumba-lumba dan pangeran sudah terlebih dahulu berjanji untuk bertemu di hutan rumput laut yang sulit dijangkau makhluk biasa.

"Bagaimana?" tanya pangeran kepada lumba-lumba tersebut.

Lumba-lumba itu menceritakan detail, tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

"Pergilah. Aku ke istana sekarang."

Tanpa pikir panjang, pangeran juga meninggalkan tempat itu setelah lumba-lumba itu pergi menjauh. Rafeyz berenang dengan cepat, jika disamakan mungkin hampir mirip dengan jet.

Tak memakan waktu cukup lama, Rafeyz tiba di gerbang istana dan disambut oleh prajurit yang tengah berjaga. Ditundukannya kepala mereka untuk hormat kepada penerus kerajaan ini.

Setelah berenang hingga kelorong kamar, Rafeyz tidak menemukan Vloryne di kamarnya. Ranjangnya pun belum dirapikan.

"Benar. Dibawa ke ruang bawah tanah." Tak berselang lama, Rafeyz menyelinap masuk melewati beberapa penjaga di sana dengan kekuatannya Rafeyz menidurkan mereka.

Gelap, sesak, dan pengap mungkin bukan hal asing lagi, terlebih ini di ruang bawah tanah. Rafeyz mencari dinding untuk bersembunyi agar tidak ketahuan dan memikirkan bagaimana caranya membawa anak manusia itu pulang.

Flashback off.

*

Apa ini?

Tempat apalagi ini?

Sangat ingin meneriaki kalimat itu. Namun aku sama sekali tidak bisa membuka mulutku. Bahkan napasku pun tersendat. Entah tempat apalagi ini, aku pasrahkan nyawaku kepada Sang Pencipta. Siapa yang tahu kalau di sini mungkin saja harimau mencium aroma manusia.

Ya seperti hutan tempat ini. Rumput panjang yang panjangnya kemungkinan 5 meter, yang sedang terombang-ambing bagai tertiup angin padahal sama sekali tidak ada angin. Anehnya yang aku bilang ini adalah hutan, tidak ada pohon tinggi yang rimbun di sini. Hanya rumput panjang saja.

Dan...

Apa ini? Kerang?

Aku membangunkan badanku dari yang tadinya terlentang menjadi duduk untuk mengambil apa yang aku lihan tadi.

"Kerang?" gumamku. "Ini kerang hidup?" Aku membolak-balikan kerang yang kupegang untuk memastikan ini kerang sedang hidup atau tidak.

Bagaimana bisa di hutan ada kerang?

Apa mungkin ada seseorang yang datang dengan membawa kerang sebagai makanannya? Ya, mungkin juga sih.

Aku masih memperhatikan kerang yang cangkang putihnya tertutup rapat. Tangan kananku kutopang pada...

Pasir? Ini pasir?

Niat ingin bangun dari duduk menjadi berdiri kuurung. Karena aku merasakan pasir pantai saat tanganku menopang tubuh. Pasir. Kerang. Rumput panjang... apa ini rumput laut? Oh, Ya Tuhan, apa semua ini?

"Atau ini di dasar laut?" Pikiranku terkadang sebodoh ini. "Ish, bodohnya aku." Aku memukul kepalaku pelan. Rasanya tidak sakit, tapi aku mengaduh seperti kesakitan.

Oke, jika tadi, kerang adalah ketidaksengajaan, tapi pasir? Pasir pantai tersebar di sekitarku—atau mungkin lebih—yang tidak tipis. Ini tebal. Aku baru saja menggalinya tadi. Memastikan bahwa ini hanya reklame yang sengaja dibuat.

Janggal. Sudah berapa kali aku menemukan kejanggalan di mimpi ini.
Pertama, saat aku bergerak gelembung tiba-tiba saja muncul. Dan juga, mimpi ini tidak ada ujungnya (lihat saja sampai saat ini).

Kedua, pangeran yang entah datang dari mana tidak musnah–maksudnya tidak ada tokoh lain selain dia.

Ketiga, kerang ini dan pasir pantai yang berada di sekitarku. Pasirnya bukan hanya sekedar penutup tanah di bawahnya, melainkan murni pasir.

SSRRTT...

Kudongakan kepalaku menatap atas sana. Ekor?! APA ITU EKOR?!

Tbc

17 Desember 2018

Dahlia's note :

Waawww, Vloryne sudah menyadari kejanggalannya manteman. Wkwkw

Di A.N sebelumnya berdoa supaya bisa update 1 bulan 5 kali update. Tapi nyatanya saya nggak ada usaha untuk menyatakan doa itu sendiri, cuma berdoa doang, HAH! Jangan ada yang kayak gini. Cukup aku seorang!

Habis PAS, otak masih terus berputar buat ngerjain tugas tambahan nilai. Pusing palaku 🙇

Dan terimakasih untuk ini

👀 = 985
❤ = 168

THANK YOU SO MUCH😘😘😘

Bubay~

Dahdah

(Gambar ikon ekor mermaid)

The Prince Mermaid Where stories live. Discover now