🌀 7

5.3K 367 3
                                    

Bel istirahat pertama berbunyi, riuh ricuh suara siswa siswi mulai terdengar, dari yang tadinya sangat hening, menjadi sangat bising.

Kantin lantai 2 sangat ramai oleh anak-anak kelas sebelas dan dua belas. Kini aku dan teman-temanku duduk di pojok ruangan kantin dekat pintu masuk.

Dengan sepiring bakso dan es teh manis, rasanya sudah cukup untuk mengganjal perut kami yang berbunyi. Tentu saja ini janjian, karena kami sedang bosan membawa bekal, jadi kami tidak membawanya.

"Eh, pintu perpustakaan rusak. Tapi tidak tahu siapa yang membuka paksa." ujar perempuan berambut pendek sebahu yang duduk tak jauh dari meja kami.

Aku menatap Yuta dengan tatapan gelisah. Bagaimana bila pintu itu ada sidik jari kami? Dan setelah itu di sceen.

Yuta menatapku tenang, mata birunya mengisyaratkan agar tenang dan diam. Dan pandanganku terkunci saat bibir tipisnya melengkung.

"Iya, katanya semalam Pak Mauro mendengar suara orang di perpustakaan." tambah temannya yang lain. Perempuan berambut pirang sepinggang.

"Ayo cepat habiskan." Yuta mengalihkan pikiranku.

Fey, dan Athan melihat Yuta dengan tatapan bingung. Aku hanya bisa diam, dan menghabiskan makananku yang tersisa dua suapan lagi.

Makananku sudah habis. Dan aku berniat mengajak Yuta ketempat aman untuk membicarakan ini. "Eum... Fey, Athan?" panggilku kedua orang yang duduk di sampingku dan di seberangku. "Aku dan Yuta ingin ke ruang guru sebentar tidak apa-apa?" tanyaku berbohong.

Fey dan Athan mengangguk, Yuta pun tahu kalau aku ingin bicara tentang semalam.

Aku dan Yuta bangkit, aku berjalan lebih dulu keluar dari kantin. Sampai di luar, aku mengintip Fey dan Athan dari luar pintu. Mereka sedang mengobrol, tapi wajah Athan terlihat lesu.

"Kita akan bicara di mana?" tanya Yuta menepuk pundakku, dan itu membuat jantungku terbangun.

"Eum..." Aku berpikir untuk mencari tempat yang tidak ramai orang.

"Ayo. Di rooftop." Ditariknya tanganku menuju tempat yang dia maksud.

Ya, benar tempat ini sangat sepi, hanya ada dua gadis yang sedang melakukan kegiatan renang.

Aku mencari kursi yang panjang yang jaraknya lumayan jauh dari kolam renang. "Di sini saja." gumamku seraya membersihkan tempat yang akan kududuki.

***

Setelah bercerita panjang lebar mengenai masalah pintu dan buku yang kupinjam tanpa izin. Aku kembali ke kelas dengan embusan napas sepanjang koridor.

Dua temanku sudah menduduki tempat mereka masinh-masing. Fey melipat tangannya di atas meja, kepalanya ditaruh di atas tangannya, wajahnya dihadapkan ke dinding. Sedangkan Athan sedang mengobrol dengan teman yang berada di depan tempat ia duduk.

"Hai," sapaku setelah masuk ke dalam kelas. Dan duduk di tempatku.

Fey bangun, melihatku dengan senyum tipis yang terlihat lesu. Entah karena dia tertidur-hampir tertidur mungkin.

"Em... Ry?" Yuta memanggilku, aku pun menoleh.

"Ada apa?"

"Tenang saja." Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

Aku mengganguk dan membalas senyumnya. Dia kembali keposisi semula. Kulihat dari ekor mata, Fey melihatku. Aku pun menoleh, dan Fey sudah tidak melihatku. Ya ampun, apa aku selalu membuat masalah?

"Fey," Aku memanggilnya, dia pun menoleh. "Apa kau marah?" tanyaku sedikit... takut.

Alis Fey terangkat satu, "Huh? Marah? Kau ini bicara apa?"

"Eh? Kukira kau marah."

"Memang aku marah?"

"Eum... tidak. Lupakan ucapan bodohku." kataku sambil tertawa renyah.

.
.

Sudah kembali seperti semula, Fey sudah tidak marah (atau hanya perasaanku saja dia marah) Athan juga sudah aktif kembali.

Pulang sekolah memang seperti ini, terkadang aku dijemput Papaku dan harus menunggu di halte. Dan karena aku tidak sedang dijemput, aku berjalan bersama sahabat-sahabatku ini.

Athan berlari-lari lalu melompat, Fey yang gembira, dan Yuta yang hanya diam melihat mereka berdua dengan senyum tipis.

"Yuta," panggilku ke seorang di samping.

Yuta menoleh, senyumnya masih belum pudar, "Hm?"

Aku membalas senyumnya, seperti biasa. "Terima kasih." Ucapan ini dari lubuk hatiku yang paling dalam.

Tangan Yuta melayang di udara, seperti siap jatuh di atas kepalaku sama saat di belakang sekolah, tapi aku sudah berlari mengejar Fey. "Sama-sama." teriaknya dari belakang.

*
Sekarang kami sedang di taman. Aku dan Fey bermain ayunan, Athan dan Yuta duduk di saungnya.

"Ry, bagaimana kalau kita berendam di danau itu?" ucap Fey dengan mata berbinar.

"Iya, pasti seru bermain bola air." timpal Athan.

Perasaanku mulai tidak enak, "Yuta, bagaimana denganmu?" tanyaku meminta pendapatnya.

Yuta menanggapinya dengan senyum tipis dan anggukan kecil.

Pikiranku mengatakan 'iya' tapi hatiku bilang 'tidak'. Lalu aku pilih apa? Iya atau tidak? Buku yang kupinjam saja belum kubaca lagi.

"Siang saja tidak apa-apa? Jam... Dua siang. Aku masih harus membaca buku."

Fey mengerutkan keningnya, "Eh? Memang ada ulangan harian?" tanyanya heran.

"Iya, tidak apa-apa." Yuta, kau menyelamatkanku.

"Baiklah, aku pulang dulu. Bye." pamitku, dan turun dari ayunan besi yang sedari tadi hanya untuk tempat duduk, tidak kumainkan.

Jujur saja, aku tidak tahan perih di tangan ini. Aku selalu menutupinya jika sedang bersama orang, bahkan dua oranf tuaku sekalipun. Aku sudah pernah mengobati sisik ikan ini dengan obat merah, tapi tidak ada hasilnya, hanya membuat tanganku kotor. Dan tanganku akam terkepal terus kalau tidak di dalam kamar.

Jalanan komplek ini sangat sepi. Hanya ada anak-anak kecil berusia sekitar lima tahun sedang bermain sepeda, dan sepatu roda.

Ya, teman-temanku hanya duduk-duduk saja di taman. Tidak melakukan apapun. Atau belajar bersama misalnya.

Sesampainya di rumah, Mama menyambutku, "Kau baru pulang, Ry?"

"Iya." jawabku seraya tersenyum. "Aku masuk ke kamar dulu ya Ma?"

Mama menggangguk, aku pun berjalan menaiki anak tangga satu-persatu. "Ry? Mama melihat cahaya biru di meja belajarmu." kata Mama dari belakang.

Aku memutar tubuhku 180 derajat. "Mama melihat cahaya biru? Mungkin itu perasaan Mama saja kali." kataku dengan nada sedikit bercanda, dan tidak percaya.

"Em... mungkin. Mama sedang tidak enak badan juga, sepertinya."

Setelah Mama berbicara seperti itu, aku pun semakin penasaran. Kupercepat jalanku menuju kamar.

Tanganku dengan cepat meraih knop pintu, kubuka perlahan. Dan ...

Apa Mamaku baru saja bermimpi?

Tbc

30 Juni

Floweryum's note :

Baca ceritaku juga yuk. Judulnya ORBIS FUSHIGINA cerita kolaborasi dengan Kak Amel.

Vote dan commentnya jangan lupa. Dan, yang mau follback atau feedback, pm aja.

See you~~

floweryum

The Prince Mermaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang