🌀 22

2.1K 157 5
                                    

Yuta’s POV

Entah apa yang harus kulakukakan sekarang. Setelah mengambil peralatan menyelamku dan dan memakainya, aku sudah berada di dalam air danau ini. Gelap, tentu karena ini adalah di dalam air, di mana cahaya yang bisa tembus hanya 2-3 setengah meteran. Aku hanya menyelam semakin dalam dan hanya menemukan lumpur di dasar sana. Aku bahkan tidak tahu ke arah mana aku berenang. Aku hanya mengikuti arus yang membawaku.

Oh, Ya Tuhan. Bagaimana keadaan sahabatku sekarang? Kumohon jaga dia baik-baik. Karena aku yakin dia belum meninggal. Di dalam mimpiku, dia seperti meminta pertolongan. Dan aku rasa, mimpi yang aku alami selalu benar dengan fakta.

Semakin maju dan ke dalam, gendang telingaku semakin sakit. Dan aku pun hanya melihat lumpur, ikan kecil, rumput, ranting, dan udang-udang kecil. Tak ada tanda-tanda gelembung napas manusia. Atau mungkin itu hanya harapan belaka yang tidak akan pernah terjadi? Dan mimpi yang kuanggap aka menjadi fakta itu hanya kebetulan? Jadi, Vloryne benar-benar sudah tiada?

Ah... kenapa aku mensugesti diriku begini? Aku harusnya lebih giat lagi mencarinya.

Kuelakan pikiran kotorku dan terus mencari sambil berenang maju.

Vloryne meninggal? Aku baru saja ikut membacakan doa tadi. Argh... yang benar saja!

Aku berhenti berenang. Tubuhku mengambang di permukaan air. Kubiarkan badanku relaks. Aku menatap langit yang penuh dengan cahaya matahari itu, sambil menenangkan pikiranku.

Yuta, kau harus tenang. Kau harus tenang.

Aku kembali berenang agar menepi ke ketepian. Aku harus menenangkan pikiranku. Aku tidak boleh goyang oleh tujuanku. Bersikap tenang dan berpikirlah. Itu adalah caramu.

Sesaat setelah menepi, aku naik ke atas tanah. Melepas selang yang berfungsi untuk bernapas di dalam air tadi. Aku menenteng sandal katak ini, dan berjalan pulang ke rumah.

Aku harus bersyukur untuk hari ini. Yang pertama, aku tidak ketahuan oleh Fey dan Athan saat menyelinap ke luar. Dan yang kedua, aku pulang dengan selamat dari danau itu. Beruntunglah kau Yuta.

Aku masuk ke dalam pagar rumahku. Ya, kedua orangtuaku masih berada di rumah Vloryne sampai 7 hari 7 malam untuk membacakan doa.

Aku berlari kecil menaiki tangga. Lantas melepaskan pakaian renang ini dan segera membersihkan diri di kamar mandi. Seusai mandi, aku langsung memakai pakaian casualku yang aku pakai saat aku di rumah Vloryne.

Aku duduk di tepi kasur, mengingat apa yang aku lupa saat Vloryne menghilang.

2 menit. Dan yeah, permen lollipop.

Aku beranjak mengambil permen itu dari dalam laci meja belajarku. Aku masih ingat aku menyimpannya di sana saat Athan datang mengetuk pintu dengan mata memerah. Ya Athan menangis dan menginap di rumahku semalaman, hanya untuk menangis.

Permen ini. Permen dari Vloryne. Tapi mengapa aku tidak ingat kalau dia yang memberinya sebelum menghilang?

Atau dia yang memasukkannya ke dalam saku celanaku, saat aku sudah terjun lebih dulu ke danau?

Aku membaringkan tubuh di atas matras-ku. Merasa lelah sekaligus penat karena habis menyelam tanpa hasil. "Mengapa? Kau benar sudah meninggalkan kami?" gumamku pelan sambil menutup mata pelan dan membukanya perlahan.

Aku membuka bungkus plastik permen lollipop itu tanpa kusadari. Aku mengamati permen bundar dan berwarna-warni itu dengan kening mengerut dalam.

"Apa yang aneh dari permen ini ya?" tanyaku pada diriku sendiri.
Aku menjilat permen ini, manis. Aku menggigitnya dan mengunyahnya. Manis. Tak terasa, permen yang aku lumat sudah habis. Entah ada efek sampingnya atau tidak, mataku terasa berat. Atau aku yang kelelahan? Ah, entahlah.

*

Putih. Setelah mataku menutup, aku terbawa ke tempat putih ini. Pusing menyerang kepalaku tiba-tiba. Aku memegang kepalaku karena sakit yang amat luar biasa.

"Argh..."

Aku menjambak rambutku kasar. "Argh... sakit!!!"

Lima detik aku berteriak seperti orang gila, rasa sakit yang mendera hilang seketika. Aneh. Ini sangat aneh.

Aku berbalik badan, mataku jeli meniliti tempat putih ini. Aku semakin bergerak panik memutar tubuh. Ini tempat apa? Apa aku mati setelah mengkonsumsi permen itu? Dan apa ini alam baka? Surga?

Aku semakin panik karena tempat putih ini tidak memiliki ujung. Aku berlari layaknya buronan internasional yang dikejar polisi. Ini buruk. Ini bukan  mimpi kan?

Napasku tersenggal. Aku memegang lututku karena sangat lemas setelah berlari yang tak menemukan celah atau lubang apapun.

Dan, di mana tempat aku pertama kali datang? Apa hidupku berakhir setelah makan permen itu?

Tunggu, jika aku mati, berarti aku bertemu Vloryne? Yang benar saja! Vloryne tidak sejahat itu memberiku permen beracun!

Argh... Aku ingin menangis rasanya karena tempat ini tidak ada seluk beluknya. Aku terduduk. Napasku sedikit demi sedikit mulai teratur. Aku mengatur napas, berusaha menenangkan diri.

Ya, kau harus tenang Yuta. Kau tidak boleh panik. Kau...

"AARRRGGHHH..."

Sialan! Sakit kepala ini kembali menyerangku. Aku menjambak rambutku lagi. Aku tidak peduli jika kulit kepalaku sobek.

INI MENYAKITKAN!

Tbc

28 Februari 2019

Dahli's note :

Yuhuuuu~

Aku kembali~

Membawa cerita ini semakin sulit dimengerti~

//liat atas lagi// *gaje amat saya?

Adakah yang mengerti part ini? Intinya aja deh, ada nggak?

Oh, nggak ada. Yaudah. Aku nggak maksa kalian komen di inline atas kok.

Saya cukup bersyukur karena tulisanku ini ada yang baca. Yang vote jangan dipaksakan. Bilang suka kalau kalian suka, dan bilang tidak jika tidak suka. Yang komen, juga jangan dipaksakan. Karena sesuatu yang dipaksa itu nggak enak :( //apasih?-_-//

Aku nggak maksa kalian komen, vote atau apapun itu. Kalian baca aja, aku sudah bersyukur. Apalagi vote dan komen :")

Okelah. Ingat pesanku aja ya. Pesan yang di atas itu.

Lanjut atau nggak ya?

D A H L I 🐟🐟

(buntut duyung)

The Prince Mermaid Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu