🌀 34

1.1K 68 5
                                    

"Mengapa lama sekali?" Gumaman Fallona membuat beberapa mahluk di sana mengernyitkan keningnya.

Haru tentu sudah menurunkan Yuta dari gendongannya. Dan dia mengeluh kalau pinggulnya sakit akibat berat badan Yuta yang lumayan.

"Delvian pasti sedang menggerutu sekarang." Ujaran Edzard membuat Haru terkekeh. Yuta yang tidak tahu menahu, hanya bisa diam memperhatikan.

Sedangkan Fallona, dia diam memikirkan sesuatu yang sepertinya tidak berjalan sesuai rencana.

Yuta mengela napasnya, "Aku jadi seperti tokoh utama sekarang."

Yang mendengar gumaman Yuta menoleh ke arahnya serempak. "Hahaha... Ada-ada saja kau ini Yut," sahut Haru sambil mengelus punggungnya.

Fallona yang berada lebih dahulu dari para lelaki itu menoleh ke belakang. "Siapkan kekuatan kalian. Akan ada serangan dadakan sebentar lagi." Setelah Fallona menyampaikan sederet kalimat tegas, semua terdiam, mempersiapkan apa yang dibilang Fallona. Tapi, tidak dengan anak manusia itu. Dia hanya mundur ke belakang, tepat di balik punggung tegap Edzard.

Dan benar saja. Apa yang baru saja dibilang Fallona, lima menit kemudian suara petir terdengar. Yuta menoleh ke belakang, begitupun dengan yang lainnya. Ini sangat mendadak. Bahkan ini belum sampai setengah jalan keluar dari penjara bawah tanah—ah, mungkin bawah air.

Beberapa pasukan mermaid dengan senjatanya masing-masing sudah tergenggam erat di tangan mereka dan siap menyerbu para anak-anak itu. Tak hanya pasukan mermaid, mereka menunggangi seekor hiu putih yang lumayan besar, dan dikelilingi oleh bulu babi beracun di kantung yang dibawa hiu itu.

Haru menatap semuanya kalang kabut, kekuatannya bahkan belum dikatakan sempurna, tapi dia harus bisa melawan mereka semua. Demi anak manusia yang tidak diketahui asal mulanya.

Edzard, dia sudah merubah dirinya menjadi seperti warna pasir. Entah sejak kapan, dia memasuki barisan itu dengan tenang. Mengambil semua kantung berisi bulu babi dan mengumpulkannya.

Fallona yang jaraknya lumayan jauh dari sekumpulan makhluk jahat itu, kini sudah menarik Yuta dengan berenang cepat—ya sedangkan Yuta berlari sambil diseret oleh Fallona. Oh, jangan lupakan ikan bergigi tajam itu, dia membuntuti Fallona dan Yuta.

Semburan bola-bola cahaya berwarna beda berlomba-lomba untuk menggapai tubuh Haru. Dan dengan tidak siapnya ia harus menghindari semua bola-bola yang terbang secara acak itu. Mulai dengan berenang ke langit-langit, menundukkan tubuhnya, dan menelungkupkan tubuhnya di bawah pasir. Dia berhasil melewati masa-masa sulit baginya itu.

Haru memfokuskan perhatiannya pada barang yang dibawa pasukan itu. Berusaha menggerakkan tombak-tombak itu dengan telekinesisnya yang belum begitu sempurna.

"Kau bisa Haru. Harus bisa," batin Haru sambil terus memfokuskan atensinya.

Dan, salah satu tombak yang dibawa prajurit yang paling depan melayang. Haru membulatkan matanya. Tombak yang tadinya melayang terhempas ke bawah.

Tanpa disadari, para prajurit tengah menggabungkan kekuatannya. Dan Haru ingin menangis saja rasanya. Sebuah bola besar berwarna merah menyala menggelinding ke arahnya. Dengan radius yang bisa dikatakan lumayan jauh dari tempatnya, Haru berenang dan meluncur ke langit-langit lorong. Berpegangan pada langit-langit itu yang membuatnya harus turun lagi setelah bola besar itu menggelinding di belakangnya.

"Duyung sialan kalian semua. Tidak ada untungnya jika kalian membunuhku, percayalah." Ujaran Haru membuat para prajurit melemparkan tombak mereka.

Dan... satu tombak berhasil menggores lengan kiri Haru. Darah keluar dari sana, ditambah rasa perih dan nyeri yang kian lama ia rasakan.

Edzard yang hendak menyabotase hiu-hiu itu menoleh ke sumber erangan. Melihat darah mengambang di sekeliling pemuda itu.

Hiu yang memang dasarnya tidak bisa menahan bau anyir, dengan liarnya berenang dengan tergesa ke arah Haru.

Dan Edzard, jangan tanyakan keadaannya saat ini, bahunya juga terkena sedikit goresan dari gigi hiu itu. Ditambah rasa panik akan Haru.

Sedangkan Haru, dirinya sekarang sudah seperti putus asa. Mendudukkan tubuhnya di pasir dan meringis sambil memegangi lengannya yang terasa begitu nyeri.

"Kumohon dengar aku Fabio. Fabio," ucap Edzard, hendak menyambungkan telepatinya dengan Fabio. "Fabio. Kumohon tolong keadaan di sini dulu. Kekuatan Haru sepertinya dimatikan karena tombaknya dilumuri racun."

***

Fabio yang tengah asyik mengurung beberapa penjaga di dalam lingkaran airnya, tersentak. Edzard menghubunginya. Dengan segera dia mencari sosok Parviz yang sepertinya berada di langit-langit. "Par, aku ingin menyusul Edzard, sepertinya kita tidak akan diberi jalan dengan mudah." Fabio berenang dengan kecepatan tinggi, meninggalkan kedua temannya dan para penjaga yang meringis di dalam sel air yang dibuat Fabio.

"Dia mau apa ke sana?" tanya Delvian yang sedang menjinakkan beberapa penjaga.

"Aku tidak tahu. Tapi kelihatannya sangat darurat." Parviz menyahut sambil berpikir.

"Dasar sembrono. Argh, aku lebih memilih di sini bersama Edzard."

"Hei! Tunggu, kalau dia ke sana dalam keadaan darurat, berarti semua teman kita juga dalam keadaan gawat!" Seruan Parviz menyentak Delvian. Kalau sampai Edzard meminta bantuan, itu artinya lawan mereka bukan hanya di depan sini. Tapi di belakang, samping kanan dan kiri.

***

Di sisi lain, Fallona dengan terengah-engah mengandeng tangan Yuta. Dan Yuta, napasnya tak kalah beda dengan Fallona. Terlebih Yuta berlari, bukan berenang. Dan berlari di air seperti ini, memang sulit.

"Lona, a-aku hufft... tidak sanggup berlari lagi," lirih Yuta sambil membungkukkan badannya dengan menopang tangannya di lutut.

"Yuta, maafkan aku. Aku membawamu kedalam masalah yang lebih rumit, tapi aku berjanji akan menyelamatkan dan menemukan temanmu," ucap Fallona dengan tangan mengapit di depan dada. "Kita tidak bisa menunggu di sini. Kita harus segera menemui Fabio dan Delvian," sambungnya dengan nada membujuk Yuta agar mau lari lagi.

Grappig, si ikan penerang bergerak-gerak tidak tenang. Fallona dengan kepekaan yang bagus, bertanya ke Grappig. "Ada apa?"

Tak berselang lama, muncullah sesosok makhluk yang Fallona kenali. Fabio. Dia berenang dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Tepat di radius dua meter dari tempat Fallona dan Yuta, Fabio berhenti. Mengernyitkan keningnya bingung.

"Eh? Dimana yang lainnya? Edzard bilang Haru kehilangan kekuatannya," ujar Fabio. Fallona dengan cepat menjelaskan keadaan di mana ada hanya ada Edzard dan Haru yang mengatasi.

"Di mana Delvian dan Parviz?" tanya Fallona.

"Cukup jauh dari sini." Fabio menoleh ke belakangnya. Kemudian menatap Yuta di depannya, "Kuharap anak manusia ini selamat. Hei! Kau itu laki-laki, ayo kuatkan tubuhmu." Setelah mengatakan kalimat yang menurut Yuta menjengkelkan, dia berenang dengan kecepatan yang sama seperti tadi.

Fallona memberikan tangannya, membantu Yuta untuk menegakkan tubuhnya. "Ayo. Setelah ini kita istirahat."

Mau tidak mau, Yuta harus menurut agar sampai pada tujuannya. Membawa Vloryne kembali ke dunianya.


Tbc

7 Desember 2019

A.n :

Senin Ulangan~~

Doakan aku bisa masuk 3 besar lagi :")  aminnnn... Dan semangat untuk yang Senin juga ulangan ><

Aku mau lanjut ngetik. Biar Minggu aku fokus belajar buat PAS.

Emm... MOHON MAAF KALAU GAK NGEFEEL SAMA SEKALI :( DAN MOHON MAAF KALAU ACTIONNYA KURANG :( (biar jelas aku minta maaf, makanya dicaps)

Byeee

Ikan yang comel

🐟🐟🐟

The Prince Mermaid Where stories live. Discover now