🌀 5

6.4K 494 15
                                    

Berharap bisa bertemu lagi, tapi takdir mengatakan tidak. Tapi mengapa mengapa awal dipertemukan?

***THE PRINCE MERMAID***

"Enak kan malam-malam begini minum segelas kopi?"

Aku memutar bola mataku malas, sembari mengaduk-aduk segelas susu dingin ini dengan sedotan.

"Ayolah Ry, tak perlu takut begitu. Kau bersamaku." ucapnya lagi setelah menghabiskan kopi latte- nya.

Embusan napas kasar lolos dari mulutku, "Kau tidak mengerti bagaimana rasanya dimarahi seribu hari," ujarku malas.

Yuta terbahak mendengar perkataanku tadi. "Seribu hari? Hahaha, satu bulan saja tiga puluh hari. Seribu hari berapa bulan?" Ternyata Yuta sama jahilnya dengan Athan.

Aku menelusuri sudut-sudut cafe ini, interiornya sangat bagus. Baiklah, aku memang anak yang ketinggalan zaman, aku bahkan tidak pernah ke cafe ini walaupun tempatnya tak jauh dari komplekku.

Dan tepat saat mataku melihat di meja kasir, aku melihat Athan tengah berdiri di sana. Dengan cepat mataku mengalihkan pandangan ke tempat lain. Sebelum aku ketahuan pergi malam-malam begini. Dan setelah itu melaporkanku. Oh tidak.

"Em... Yuta," panggilku kepada Yuta yang sedang fokus ke sedotan yang dia mainkan.

"Kenapa?" Yuta menatapku.

"Jangan menoleh kebelakang ya?" pintaku, semoga saja dia tidak membabibuta melawan laranganku.

Alis Yuta terangkat satu, "Kenapa?"

"Ada seorang pegawai perempuan, roknya sobek," jawabku berbisik. Ya, tentu saja aku berbohong.

"Dia masih di tempat?" tanyanya dengan wajah serius.

"Iya, dia tidak tahu. Jadi kau tidak boleh melihat kebelakang dulu sebelum pramusaji itu pergi."

"Aku akan melaporkannya nanti ke manajemennya."

Mataku membulat sempurna mendengar ucapan Yuta. "Jangan! Em ... maksudku, hanya karena dia tidak sengaja, kau ingin dia kehilangan pekerjaannya. Kalau begitu kau manusia yang paling jahat."

"Kau baik. Baiklah, biar kau saja yang memberitahu dia nanti." Aduh, wajahku memerah.

Aku masih bingung bersama siapa Athan ke cafe ini. Dan di malam hari begini.

"Ayo, habiskan dulu susumu itu," kata Yuta menunjuk gelas susuku dengan dagunya.

*

"Yuta," panggilku kepada orang yang sedang berjalan di sampingku dengan tas ranselku di pundaknya.

"Hm?"

"Kau tidak apa-apa membawa tas berwarna merah muda-ku?" tanyaku hati-hati.

Dia tertawa pelan, memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. "Kalau aku malu, mungkin tadi aku tidak akan menawarkannya bukan?"

Aku tersenyum dan mengangguk. Itulah Yuta, tidak akan membantu seseorang setengah-setengah. "Terima kasih," ucapku tulus.

Dia menatapku dengan senyum tipisnya, "tidak masalah. Kau juga mau kuajak ke cafe tadi, dan itu kuanggap balasannya." ucapnya. Kami kembali ke isi kepala masing-masing, sepertinya. "Em... Ry?" Aku menoleh. "Bukunya berat sekali."

Aku menyelipkan anak rambut ke belakang telingaku, "erm... sayangnya bukan aku yang membuat buku itu. Jadi kau tidak bisa memprotesnya padaku." kataku.

The Prince Mermaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang