🌀 15

3.1K 204 0
                                    

"Di setiap kesedihan, setelahnya akan datang kebahagian. Dan begitupun sebaliknya. Karena kehidupan harus seimbang bukan?"

***THE PRINCE MERMAID***

Yuta's POV

"K-kau kenapa?" Athan yang pertama kali menanyakan keadaan Fey. Sementara aku hanya berpikir dia habis menangis selama dua hari ini.

"Ayo masuk." ucap Fey dengan suara serak.

Aku dan Athan pun masuk ke dalam kamar milik Fey. Tidak banyak yang berubah dari posisi barang-barangnya saat terakhir aku kemari seminggu lalu.

Fey duduk di tepi kasur, sedangkan aku dan Athan duduk di sofa panjang di sudut ruangan ini.

"Kau kenapa?" tanyaku, mengulang pertanyaan Athan yang belum dijawab Fey.

Mata Fey tiba-tiba saja mengeluarkan cairan. Tidak menetes. Hanya membendung di daerah matanya.

"A-apa Vloryne sudah kembali?" tanyanya. Saat dia mengucapkan kata 'Vloryne' air matanya luruh seketika.

"E-eh... jangan menangis. Vloryne akan baik-baik saja." ucapku menenangkan. Sambil berdiri mendekat ke arah Fey. Takut ia menjadi depresi.

Tangisnya pecah seketika, "Ba-baik katamu? Dia tenggelam dan sudah dua hari tidak ditemukan baik katamu?!" suara parau yang terdengar saat dia berteriak tidak terima dengan ucapanku tadi. "Itu karena aku Vloryne tenggelam!"

Aku segera duduk di sampingnya, berusaha menenangkannya dengan mengusap bahunya. Kulihat Athan yang tengah duduk, menunduk dengan tangan mengepal di atas paha. Keadaan menjadi pilu.

"Kita tidak tahu. Yang Vloryne butuhkan hanya doa dari kita. Semoga saja dia terselamatkan saat air danau mengalir ke laut."

"Aku keluar sebentar." ujar Athan, bangkit  dan keluar dari kamar.

Kulirik Athan sebelum membuka pintu, matanya memerah. Entahlah dia menangis atau tidak. Tapi aku juga sangat ingin menangis. Namun, jika aku juga ikut menangis, kedua temanku yang lain akan semakin terpukul.

"Ehm, Fey, aku ingin menyusul Athan sebentar. Kau tunggu di sini, dan jangan menangis." Aku bangkit, dan memperingati Fey dengan ucapanku tadi. "Ingat! Jangan menangis lagi." ancamku saat setengah badan ini sudah keluar dari ruangan.

Aku menutup pintu kamar Fey pelan-pelan. Dan berjalan ke arah kanan dari kamat, ke tempat Athan berada sekarang. Dia sedang berdiri di balkon.

Tangannya terlipat di atas besi. Memandang lurus taman kecil di belakang rumah Fey.

Aku menepuk bahunya pelan, "Ath," sapaku. Dia menoleh sekilas dan melanjutkan kegiatannya tadi. "Fey juga butuh penyemangat. Kau jangan bersedih di depannya." ucapku, masih dengan tangan yang merangkul bahunya.

Dilepaskannya tanganku dari bahunya, "Aku hanya butuh angin segar."

Athan sekarang berbeda, buka Athan yang suka jahil dan pecicilan. Sekarang dia selalu membalas ucapku dengan nada datar. "Ath, bagaimana kalau kita memasak makanan? Setelah itu kita bagikan kepada orang~" Apa aku salah bicara? Raut wajah Athan seketika berubah masam.

"Ath?"

"Hm?"

"Kita memasak dan kita bagikan ke orang banyak dan meminta doa mereka untuk Vloryne." lanjutku.

Athan menoleh, "Baiklah. Apa yang kita masak?" tanyanya yang membuatku bernapas lega.

*

"Hey! Tepung adonan dulu setelah itu tepung kering." ujar Athan ketika tanganku mengaduk-aduk adonan tepung ini.

"Apa yang akan kita buat memang?" tanya Fey sambil mengambil tempat untuk meletakan adonan ini.

Athan yang tengah sibuk meracik topping-nya menjawab tanpa menoleh ke lawan bicaranya. "Membuat pastry."

"Wah, pastry! Apa topping-nya?" seruku gembira. Ya aku sangat suka pastry.

"Chocolate almond puff pastry." Ketika Athan menyebutkan kalimat itu, hatiku serasa berjingkrak-jingkrang gembi— tunggu, sayangnya satu sahabatku lagi tidak ada.

"Kenapa Yuta?" tanya Fey.

Aku memasang senyum saat dia menepuk bahuku. "Tidak ada."

"Kau suka topping itu kan?" Athan ikut bertanya.

Aku mengangguk, "Iya. Tapi..." Sepertinya jika aku bilang sejujurnya, maka wajah-wajah didekatku ini akan berubah sedih.

"Apa?" tanya Athan dan Fey serentak.

Baiklah, "Vloryne tidak di sini. Tidak bersama kita." ucapku.

Dan seketika wajah mereka tertunduk muram.

***

Vloryne's POV

Malam ini, laki-laki itu benar-benar tidur di kamarku—ralat, kamar kerajaannya, yang menjadi kamar inap sementaraku.

Sangat aneh rasanya aku di satu kamar dengan orang yang tidak kukenal, dan orang itu laki-laki pula. Sebab itu mataku tidak ingin terpejam sama sekali. Karena merasa aneh sekaligus ... takut. Takut bila laki-laki ini berniat jahat terhadapaku.

Hmm... Jam berapa ya sekarang?

Mataku menelusuri sudut ruangan ini, tampaknya, jam di ruangan ini hanya ada satu. Jam beker. Yang terletak di atas nakas yang tepat sekali berada di balik punggungu. Ingin aku melihat jam, namun niat itu aku urungkan seketika. Karena, ya, laki-laki itu pasti tidak akan tertidur sangat cepat.

Dan... omong-omong, aku sudah berapa lama tidak ke kamar kecil? Badanku terasa sangat lepek, dan lembab.

[ 2 jam ]

Huufftt...

Aku lelah terus memiringkan badan seperti ini.

Aku berbalik badan dengan mata tertutup. Berusaha untuk mengintip apa yang sedang dilakukannya. Namun, helaan napas membuatku menutupkan mata erat-erat.

Tbc

18 November 2018

A.n :

Kasihan Rafeyz yang kesusahan cari cara untuk mengembalikan Vloryne //tepuk pundak Rafeyz// *ditepis*

Ohiya!

Aku ada bocoran sikit,

Vloryne membuka matanya, dan dadanya terasa dihimpit benda berat di depan dadanya.

Udah sih itu aja. Selamat weekend

Kemana weekend kalian?

Kalau aku sih, di pulau kapuk alias kasur, wkwkwkw

Seee yyyaaa~~ <3

Dahdah

The Prince Mermaid Where stories live. Discover now