🌀 29

1.6K 98 21
                                    

Pangeran melirik ke sebelah kanannya. Gadis itu tertidur sangat pulas. Hingga dengkuran halusnya terdengar, napasnya teratur dan begitu ... menenangkan.

Pangeran menghela napasnya, pandangannya kini terarah ke ikan-ikan kecil yang bercahaya di atas sana. "Lyzi, apa aku sudah bisa mengembalikannya sekarang?" tanya pangeran seperti bergumam. Dia sedang berbicara dengan Lyzi lewat telepati.

"Belum pangeran, saya sudah menyuruh ikan Oxu untuk melihat keadaan di daratan," jawab Lyzi.

Helaan napas lagi-lagi keluar dari mulut pangeran. Dia diam. Menatap kosong ikan-ikan di atas sana. Pikirannya melayang, mencoba mencari jalan keluar dari masalahnya ini.

"Pangeran? Pa—" sapaan Lyzi terdengar dan langsung terpotong oleh kalimat pangeran.

"Iya. Aku masih belum tidur," sambungnya datar.

Di sana, Lyzi menghela napas lega. Namun sayangnya, telepati ini tidak bisa mendengar itu. Hanya bisa mendengar suara orang yang berbicara saja. Bukan napas. "Syukurlah. Saya tengah merencanakan sesuatu untuk mengembalikan anak itu. Saya akan bantu pangeran sebisa mungkin," ucapnya panjang.

Pangeran menunduk, "Baguslah. Bantu aku. Akan kuberi imbalan yang setimpal untukmu."

"Baik pangeran. Tapi untuk imbalan, saya rasa tidak perlu. Pangeran, Raja, dan Ratu sudah memberi pekerjaan sebagai tabib kerajaan saja sudah lebih dari cukup," ujarnya lagi.

Pangeran tersenyum tipis, "Tidak apa. Ini hadiah dariku karena kau telah membantuku banyak."

Lyzi menundukkan kepalanya, "Te-terimakasih pangeran. " Lyzi menunduk hormat.

"Tidak perlu menunduk begitu."

"E-eh?"

"Hahahaha." Pangeran mengakhiri telepatinya dengan Lyzi, setelah tertawa kecil.

Dan di seberang sana, Lyzi terdiam mendengar suara tawa itu. Berapa tahun dia tidak mendengar tawa pangeran? Gadis itu benar-benar bisa mengubah pangeran. Dan... mungkin gadis itu juga bisa menghilangkan keresahan pangeran. Batin Lyzi.

Lyzi ikut tersenyum mendengar tawa itu. Pangeran sudah bisa tertawa lagi.

***

Tanpa pangeran ketahui, seseorang yang sedang tertidur di sampingnya itu mendengar sedikit obrolan singkat itu. Matanya memang tidak terbuka, namun telinganya cukup peka untuk mendengar suara samar itu, dan dia belum terbangun di saat obrolan sebelumnya.

Vloryne mendengar hanya dibagian hadiah-hadiah itu, dan juga tawa pangeran. Selebihnya dia tidak mendengar karena suara itu begitu pelan dan kecil.

Mendengar pangeran tertawa, membuat Vloryne ingin tersenyum. Namun, dia akan ketahuan nanti karena sudah menguping pembicaraan.

"Aku tahu kau terbangun," ujar Rafeyz tiba-tiba.

Jelas saja Vloryne kaget, sangat kaget. Dari sebelum-sebelumnya, Vloryne juga dikagetkan oleh Rafeyz karena tahu apa yang tengah dipikirkan Vloryne. Apa pangeran bisa membaca pikiran? Batin Vloryne bertanya.

Vloryne tetap menutup matanya, dan mulai tertidur lagi. Lebih baik dia menghindar daripada kena amarah pangeran.

"Aku akan menyelamatkanmu," gumam Rafeyz. Namun, entah kapan.

Mata Rafeyz kembali kosong menatap langit-langit gua. Ya, itu —gua—tempat kesayangan Rafeyz yang dibuatkan oleh Lyzi.

Saat itu, di taman belakang istana, ada sebuah peristiwa sangat tidak enak untuk diingat.

The Prince Mermaid Where stories live. Discover now