🌀 13

3.4K 243 4
                                    

Vloryne duduk di sofa dekat jendela. Menatap lurus ke arah patung duyung kecil itu berada.

"Apa mimpi ini terus seperti ini?" gumamnya tanpa sadar.

Pangeran memperhatikan Vloryne. Pangeran juga mendengar pertanyaan yang dilontarkan Vloryne tadi.

Mimpi?

Pangeran maju selangkah dari tempatnya berdiri tadi. Berusaha membaca pikiran Vloryne lewat sihirnya.

Tidak, pangeran tidak bisa membaca pikirannya sama sekali. Tidak bisa. Seperti banyak kabut di dalam sana.

Tanpa ia sadari, pangeran semakin lama semakin mendekat. Langkah besar pangeran membuatnya cepat sampai di jarak 2 meter dari Vloryne. "Memangnya, menurutmu ini mimpi apa?" tanya pangeran penasaran.

Vloryne menoleh dan mendongak menatap pangeran. "Aku baru saja tertidur tadi malam. Dan mimpi ini datang lagi dan belum selesai juga." ucap Vloryne dengan mata bulat seperti bayi.

Pangeran membuang wajah karena Vloryne menatapnya terus menerus. "Apa kau juga sedang melakukan drama bertema pangeran tampan dan puteri cantik?" tanya Vloryne penasaran. Matanya belum mau lepas menatap pangeran.

Pangeran kembali melihat gadis di depannya, sekilas. Setelah itu matanya meneliti ruangan itu. "Tidak."

"Berarti kau pangeran asli?!" tanya Vloryne dengan wajah terkejutnya.

Pangeran diam menanggapi respon yang diberikan Vloryne.

Tiba-tiba saja, ekspresi Vloryne berubah. Menjadi kecewa. "Yahh... tapi sayangnya ini hanya mimpi. Dan sebentar lagi, aku akan terbangun. Kemudian aku tidak akan bertemu denganmu lagi." ucap Vloryne.

Pangeran beralih menatap Vloryne yang menatap lantai bawah dengan tatapan kosong. Pangeran tidak bisa menanggapi ucapan yang dilontarkan gadis di depannya itu. Karena memang benar. Mungkin jika dia tidak berhasil membawa kabur Vloryne, selamanya dia tidak akan bertemu lagi.

Hening cukup lama. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga akhirnya pangeran bersuara. "Apa kau lapar?"

Vloryne menggelengkan kepalanya, "Aku tidak ingin makan," Badan Vloryne menegak, mendongak untuk menatap pangeran yang sejak tadi berdiri di sampingnya. "Tapi, bolehkah aku melihat-lihat kerajaan ini? Lagipula inikan hanya mimpi, selepas bangun nanti, aku tidak akan ingat." Permintaan yang Vloryne inginkan sebenarnya sangat sederhana. Tapi itu sangat berat untuk dilakukan oleh pangeran.

Karena jika pangeran memenuhi permintaan itu, kerajaannya akan ada dalam bahaya.

"Kalau itu aku tidak bisa."

Dengan sigap tangan Vloryne meraih lengan besar pangeran. "Ayolah pangeran tampan. Ya, ya, ya?" rengeknya sambik menggoyang-goyangkan lengan pangeran.

Pangeran sedikit terkejut saat tangan mungil itu menyentuh lengannya. Tapi pangeran hanya diam. Tidak menepis gelayutan yang dibuat tangan mungil itu.

"Ya... Pa– tunggu! Namamu pangeran apa?" Goyangan tangan itu berhenti. Mata bulatnya itu menatap lekat pangeran.

"Kau boleh memanggilku apa saja."

"Wah! Ini pertama kalinya kau berbicara panjang!" seru Vloryne dengan senyum yang sangat lebar.

Menyebalkan! Batin pangeran berseru.

"Ya sudah, aku memanggilmu pangeran saja. Bagaimana?"

"Hmmm..."

"Oh ayolah... Pangeran, ya?" Pengangan Vloryne melonggar. Pangeran menatap pegangan itu lewat bawah matanya.

The Prince Mermaid Where stories live. Discover now