Chapter 2

116K 5.6K 108
                                    

Elia mengepang rambutnya menjadi dua bagian dan mengikatnya dengan pita merah kesanyangannya. Dia menarik napas sebelum berangkat ke sekolah karena ia menyadari kini ia sudah berhasil naik kelas dan masuk kelas unggulan, kelas XI IPA A SMA Kirana.

"Elia...!" terdengar suara teriakan seseorang memanggilnya ketika ia sudah sampai ke pintu gerbang sekolah.

Elia berhenti berjalan dan menoleh ke belakang. "Sandra!" ucapnya sambil tersenyum bahagia.

Sandra adalah sahabatnya sejak ia masih SMP. Mereka selalu berada dalam satu kelas bahkan teman sebangku saat di bangku SMP. Cewek berpenampilan rapi dan berkacamata itu sekarang juga telah berhasil masuk kelas unggulan, XI IPA A.

Sandra berlari ke arah Elia dan langsung memeluk erat sahabatnya tersebut. "Elia...! Akhirnya kita bisa masuk kelas unggulan!"

Mendengar ucapan bahagia sahabatnya tersebut, Elia terdiam dan menelan ludanya kemudian tersenyum. "Iya."

"Umm, lo mau kan satu bangku lagi sama gue?" tanya Sandra sambil melepaskan pelukannya dan menatap Elia.

"Kalau nggak bukan sama lo sama siapa lagi?" jawab Elia sambil menggandeng tangan Sandra dan mengajaknya berjalan bersama menuju kelas baru mereka.

"El, selamat ya, akhirnya impian lo bisa satu kelas sama Bagas bisa terwujud."

Elia hanya tersenyum menanggapi ucapan Sandra.

"Gue tahu satu tahun ini lo belajar giat pelajaran IPA supaya bisa masuk kelas unggulan dan satu kelas sama Bagas."

"Emang lo nggak suka sama Bagas?" balas Elia bertanya.

"Heh, cewek siapa yang nggak terpesona sama Bagas? Tapi gue hanya sebatas kagum aja ya... bukan terniang di kepala sampe kebawa mimpi kayak lo mikirin Bagas!" sanggah Sandra.

"St.., jangan rame-rame! Lo tahu kan itu rahasia gue?" ucap Elia sambil memandang Sandra.

"Ups, sorry," Sandra meminta maaf sambil menutup mulutnya.

Elia dan Sandra memasuki kelas XI IPA A dan memutuskan menempati bangku deretan nomer dua yang masih kosong.

Tak lama mereka duduk di bangku tersebut sambil bercanda dan berkenalan dengan teman barunya, tiba-tiba suasana kelas mulai sepi karena semua terdiam dan berhenti mendadak dari aktifitasnya karena melihat sosok masuk dalam kelas mereka.

Semua penghuni kelas melongo melihat pemandangan di depan mereka. Mereka seperti melihat artis berjalan dihadapan mereka.

Bagas Prasetya Angkasa. Cowok tinggi, putih, bermata elang serta terkenal mempunyai tatapan dingin dan IQ yang tinggi di sekolah berjalan memasuki kelas. Tidak hanya itu, cowok itu jug terkenal sangat kaya. meski harta itu masih milik papanya, namun di mata semua orang, ia tetap seperti putra mahkota yang sempurna.

Saking terkenalnya Bagas sampai banyak membuat teman SMP satu sekolahnya bermimpi untuk sekedar menjadi teman sekelas Bagas disetiap tahunnya. Mereka berlomba-lomba masuk di kelas unggulan tidak hanya untuk menjadi yang terbaik tapi alasan lainnya adalah hanya untuk melihat idolanya setiap hari dan tentunya berharap idolanya tersebut memperhatikan mereka dan akhirnya menjadi kekasihnya.

Salah satu fans Bagas adalah Elia. Dia menyukai Bagas sejak SMP namun saat SMP dia selalu gagal memasuki kelas unggulan. Setelah masuk SMA dia belajar sangat giat untuk memenuhi impiannya untuk masuk di kelas unggulan XI IPA dan akhirnya impiannya berhasil. Kini ia sudah satu kelas bersama Bagas. Lalu apa selanjutnya? Apakah hanya untuk melihat idolanya setiap hari saja?

"El, idola lo datang tuh!" bisik Sandra di telinga Elia.

Elia masih melongo seakan tak mendengar bisikan tersebut. Yang ada di pikiran dan matanya kini hanyalah Bagas seorang. Pikiran yang sama dengan sebagian besar cewek yang lain. Bagaimana dia bisa melihat Bagas, bagaimana cara supaya Bagas memperhatikannya, bagaimana cara supaya Bagas tertarik padanya dan bahkan menyukainya?

Bagas pun duduk di bangku paling depan tanpa mempedulikan banyak mata yang melihatnya. Mungkin dia sudah bosan menjadi pusat perhatian.

Tiba-tiba ada seorang siswi cantik masuk di kelas mereka. Mereka melihat sekitar semua bangku sudah terisi berarti siapa siswi tersebut? Apakah murid baru?

Siswi tersebut perlahan mendekati bangku Bagas dan sekarang sudah berdiri tepat dihadapan Bagas.

"Hm, Bagas, perkenalkan, nama gue Teli dari kelas XI IPS B. Gue ingin ngundang lo di acara ulang tahun gue nanti malam. Lo mau datang kan?" ucap siswi yang bernama Teli tersebut menjelaskan maksudnya sambil menyodorkan sebuah surat undangan untuk Bagas.

Bagas hanya menatapnya datar tanpa merespon ucapan Teli.

Tiba-tiba tiga siswi dari kelas XI IPA A, Dita, Rika dan Anggun mendekati Teli dan salah satu dari mereka mendorong Teli sampai Teli tersungkur ke lantai kelas.

Elia sontak berdiri dan melebarkan matanya melihat kejadian barusan yang ada di depannya namun berbeda dengan respon semua teman sekelasnya.

Ada apa dengan teman sekelasnya? Mereka masih nyaman duduk di kursinya masing-masing, melipat tangan dan tersenyum menikmati melihat kejadian buruk di depan mereka.

"Eh, lo! Lo itu baru keluar dari hutan apa? Orang purba ya?" teriak Dita, siswi yang mendorong Teli tersebut.

Teli mencoba menegakkan tubuhnya kembali dan berdiri. "Maksud lo apa?" tanyanya bingung.

"Pake nanya lagi! Eh, lo itu ya, jangankan minta Bagas untuk datang ke acara yang gak bermutu itu, lo bicara sama Bagas aja udah nggak pantes tau!" teriak Rika pada Teli yang membuat Teli semakin tidak mengerti.

"Memangnya kenapa?"

"Eh, lo sadar nggak sih kalau lo itu anak IPS? Hah? Halo...!" giliran Anggun berteriak sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Teli sampai Teli harus sedikit mundur.

"La... lalu kenapa... kalau gue anak IPS?" Telia mulai ketakutan karena dia merasa sendirian disini. Tidak ada yang membelanya bahkan Teli hanya melihat senyuman di hampir semua murid di kelas ini kecuali satu orang tapi orang tersebut hanya bisa memandanginya dan tak berani membantunya.

Iya. Elia. Dalam hatinya berkecamuk antara ingin membela Teli dan takut. Iya. Sebelumnya ia memang sudah bisa memprediksi ia akan sering melihat hal-hal buruk seperti ini terlebih lagi dia termasuk anak kelas unggulan IPA A. Tapi apa daya Elia sekarang? Dia sudah kalah dengan rasa takutnya.

"Omay, Omay, Omay! Jadi lo nggak tau? Oke, kita akan kasih tahu lo siapa lo sebenarnya!" ujar Dita dengan masih menggunakan nada tinggi.

Anggun mengambil spidol sedangkan Dita dan Rika mendorong Teli ke tepi jendela dan menutupi mereka dengan tirai jendela kelas. Anggun pun masuk ke dalam tirai tersebut dan entah apa yang mereka lakukan pada Teli.

Elia hanya bisa menelan ludah dan miris dalam hati melihat tirai yang menutupi empat orang tersebut sambil mendengar rintihan tangisan Teli. Sedangkan temannya yang lain masih duduk nyaman sambil melipat tangan menunggu bagaimana keadaan Teli selanjutnya.

Tak lama kemudian Teli keluar sambil menangis dan menutupi wajahnya dengan tangannya. Sepertinya wajahnya sudah penuh dengan coretan spidol.

Semua penguhi kelas tersebut tertawa terbahak-bahak tanpa ada rasa iba terhadap Teli, sedangkan Elia dan Sandra hanya bisa melotot sambil menutup mulutnya karena tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Lalu bagaimana dengan Bagas? Cowok yang membuat Teli merasa sudah masuk ke lubang buaya? Bagas hanya terdiam melihatnya kemudian membaca buku. Dia sama sekali tak peduli dengan Teli.

"Hey, Telmi! Sekarang lo balik ke kelas lo dan silahkan mengadu ke ketua kelas atau siapapun yang lo anggap teman lo itu ya! Gue pengen tahu, mereka berani balas apa nggak. Udah sono!" Dita berteriak untuk terakhir kalinya pada Teli sambil mendorongnya ke arah pintu kelas.

Teli pun berlari keluar sambil menangis menutupi wajahnya.

Elia mematung lemas. Dia melihat ke sekelilingnya. Sandra terdiam sambil menunduk tapi yang lainnya? Mereka tertawa, tersenyum, bergurau, membaca buku seperti tidak ada yang aneh dengan apa yang barusan terjadi.

"Apa ini? Apakah gue salah masuk kelas? Baru kali ini gue merasa seperti seorang pecundang!" gumam Elia dalam hati sambil duduk perlahan menyadari kenyataan yang ada.

TET.....

Bel pertanda pelajaran pertama masuk berbunyi. Mereka pun mulai tenang untuk memulai pelajaran pertamanya.

Guys, jangan lupa vote and commentnya ya...

:) :) :)

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang