Chapter 16

51.3K 3.8K 98
                                    

Elia masuk dalam kelas dan....

BRONG....

Suara pintu kelas seakan ada yang membanting.

Elia dan semua temannya menoleh ke arah pintu dan melihat Dita yang telah membating pintu kelas diikuti Rika yang sedang mengunci pintu tersebut dari dalam.

Dita dengan murka melangkah cepat ke arah Elia dan langsung mendorong Elia sampai Elia tersungkur menabrak bangku kelas.

"Sebenarnya mau lo apa..?!" teriak Dita dangan segala aura kemarahannya.

Elia mencoba mengembalikan keseimbangan tubuhnya dan berdiri di depan Dita. Semua mata di kelas itu memandang mereka berdua. Mereka melongo sambil menunggu kelanjutan adegan tersebut.

"Gue mau lo jangan ikut campur urusan gue!"

"Tadi kita bantuin lo dan lo malah ngehina kita di depan umum kayak tadi? Apa lo gila..?!" kemurkaan Dita belum juga reda.

"Kalau itu tadi lo sebut bantuan. Denger ya, gue gak pernah minta bantuan sama lo!" jawab Elia kesal dengan meninggikan volume suaranya.

"Dasar lo-," ucap Dita sambil mengangkat satu tangannya bersiap menampar Elia namun Elia segera menangkis tangan Dita dan membanting tangan tersebut sampai Dita pun hampir tersungkur ke lantai.

"Jangan sentuh gue dengan tangan lo yang najis itu!" Elia kini benar-benar hilang kesabaran. Dia dan keluarganya sudah banyak masalah dan hal ini... ini sangat menambah stress di pikirannya!

Semua mata terbelalak tidak percaya dengan apa yang terjadi dan yang mereka dengar. Mereka bukan tidak percaya dengan sikap Dita tapi tidak percaya dengan sikap Elia.

Elia yang mereka kenal biasanya tidak sepemberani itu. Dia adalah gadis pita merah yang sederhana, tidak suka mencampuri urusan orang lain, apalagi membully anak kelas IPS dan apa yang mereka lihat sekarang? Elia sama sekali tidak takut dengan Dita bahkan melawannya?

"Lo gak pa pa kan Dit?" tanya Anggun sambil membantu Dita.

Lalu bagaimana dengan Sandra? Sandra hanya diam tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Teman-teman...! Ada satu anggota kita yang telah berkhianat! Dia telah mempermalukan kelas kita didepan umum! Dia telah merendahkan kelas kita! Dia telah membuat reputasi kelas kita menurun!" teriak Dita memprovokasi kelas dengan lantangnya.

Elia megerutkan kedua alisnya sambil mendengus tidak percaya.

"Dia telah membela dan membantu anak IPS bahkan rela bertengkar dengan kita demi anak IPS! Apa itu tidak merusak reputasi kita sebagai anak kelas unggulan..?!"

"Iya. Betul...!" jawab Rika membela Dita.

"Teman-teman, jika kalian merasa Elia benar. Ayo tunjukkan suara kalian!" kali ini Dita menantang Elia dengan suara teman sekelasnya.

Elia terdiam dan memandangi satu persatu teman sekelasnya namun semuanya hanya diam dan tidak ada yang membela Elia. Yang paling sakit adalah ketika mata Elia tertuju pada Sandra. Sandra hanya menundukkan kepalanya saja. Sahabatnya itu tidak membelanya.

Lalu bagaimana dengan Bagas? Elia tak sedikitpun menaruh harapan pada Bagas. Bagas adalah orang yang paling sadis di kelas ini. Adalah hal yang paling bodoh bila Elia masih berharap bantuan Bagas.

Semuanya diam bahkan mungkin suara burung pun tak berani memasuki kelas itu. Hanya sedikit cahaya dan angin saja yang berani masuk di kelas yang sekarang pintu dan tertutup tersebut.

Tiba-tiba Dita melangkah mendekati Sandra sambil tersenyum. " Bagaimana dengan lo?" tanyanya namun Sandra hanya diam seribu bahasa sambil menundukkan kepalanya.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now