Chapter 38

49.9K 3.4K 120
                                    

Cerita ini khusus buat kalian Readersku tersayang...

:) :) :)

***

Om Setya meminta Pak Surya untuk mempertemukan dia dengan Elia dan Bagas di kantor guru. Pak Surya pun segera memanggil Elia dan Bagas untuk segera ke kantor guru.

Dalam langkahnya, Elia masih bertanya-tanya mengapa dia dipanggil ke kantor guru.

"Elia," sapa Om Setya sambil berdiri dari kursinya. Om Setya sudah bersama Bagas disana.

Elia melebarkan matanya sedikit terkejut melihat Om Setya ada di kantor guru. Ia segera melangkah untuk mencium punggung tangan Om Setya.

"Om, bagaimana bisa Om kemari? Bagaimana dengan keadaan Om?" tanya Elia heran dengan kedatangan Om Setya serta khawatir dengan keadaannya.

"Hahaha... lihat! Om sudah sembuh bahkan Om sudah mulai kerja!"

"Hehe, iya Om."

"Ayo Nak, silahkan duduk." Om Setya mempersilahkan Elia untuk duduk di sisi kanannya sedangkan Bagas di sisi kirinya.

"Nak, sepertinya kamu sibuk sekali sampai kamu tidak bisa menemui Om. Jadi Om tentu yang harus menemui kamu."

Elia langsung salah tingkah dengan ucapan Om Setya. Haruskah dia bilang kalau dia bukannya tidak bisa menemuinya tapi dia sekarang sedang menghindari Bagas? Hah, jelas itu tak mungkin!

"Hmm... bukan begitu Om, saya—"

"Ah... sudahlah Nak, sekarang Om sudah bertemu denganmu. Om harus berterima kasih padamu ribuan kali Nak. Kamu sudah menolong Om, mendonorkan darahmu dan bahkan kamu sudah memberikan informasi penting mengenai si pelaku sampai pada akhirnya dia sudah ditangkap," jelas Om Setya sambil memegang tangan Elia.

Elia speechless dengan perkataan Om Setya. Beliau seorang pengusaha besar tapi beliau tidak malu untuk menemuinya dan berterima kasih padanya secara langsung apalagi dihadapan anaknya sendiri.

"Eh... i... iya Om. Sama-sama," jawab Elia kikuk.

"Elia, Nak, sekarang biarkan Om memberi hadiah untukmu sebagai simbol rasa terima kasih—"

"Tidak Om. Tidak usah—"

"Kamu tidak boleh menolak Elia..! Tidak baik menolah hadiah itu... lagian ini juga bukan hasil korupsi kok... Hahaha...."

Elia tersenyum sambil menutup mulutnya dan Bagas hanya tersenyum sambil melihat ke arah Papanya yang sekarang tertawa terbahak-bahak itu.

Setelah puas tertawa, Om Setya melanjutkan percakapannya. "Elia, Om ingin memberimu hadiah tapi Om tidak tahu kebutuhan dan kesukaanmu apa. Kalau kamu Om temani ke mall atau ditemani Pak Guntur takutnya kamu malu atau ada rasa gak enak... jadi Bagas yang akan menemanimu belanja ya...."

"Apa..?!" respon Elia kaget namun berbeda dengan Bagas yang tersenyum setelah mendengarnya.

Dalam hati Elia, dia ingin menjauhi Bagas. Dia benci Bagas yang ia sangka telah merencanakan pengeroyokan atas dirinya. Sedangkan dalam hati Bagas, ia sangat senang. Ia sangat ingin bersama Elia, di dekatnya, mengobrol bersama dia, melihat senyumnya, membelai rambutnya, menggandeng tangannya... ya... bahkan kalau bisa lebih dari itu!

"Bagas?" Om Setya bertanya kesiapan Bagas tanpa mempedulikan respon Elia yang masih shock.

"Baik Pa."

***

Elia berjalan keluar gerbang sekolah, tak sadar Bagas tiba-tiba ada di sampingnya.

"Mau gue anterin pulang?" tanya Bagas tiba-tiba.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now