Chapter 31

51.5K 3.7K 90
                                    

Bagas keluar dari mobil mewahnya dan melangkah menuju Elia hingga ia sampai di depan Elia.

"Lo mau beli bensin? M... mana mobil lo?" Elia sambil mencoba bersikap biasa.

"Lo bisa ikut gue gak?" tanya Bagas tanpa mempedulikan pertanyaan Elia.

Elia pun langsung salah tingkah. "Tapi gu... gue lagi kerja."

"Gue udah ijin sama Bos lo. Yuk!" ucap Bagas sambil menarik tangan Elia tanpa permisi.

"Eh, eh... Bagas...." Elia merengek namun Bagas tentu saja tak mempedulikan rengekan Elia. Dia terus membawa Elia masuk ke mobilnya.

***

"Kapan lo ijinnya?" Elia bertanya sambil menoleh ke arah Bagas yang lagi sibuk menyetir.

"Ada pertanyaan lain gak?" Bagas bertanya balik dan masih fokus menyetir.

"Bagas! Nanti kalau gue dipecat gimana?" tanya Elia khawatir sekaligus kesal.

Bagas menoleh sebentar ke arah Elia yang sudah memperlihatkan wajah khas kecemasannya. Bagas tersenyum lalu menjawab. "Sebelum lo dateng, gue udah ijin."

Elia menghela nafas lega. "Tapi tunggu, sebelum gue dateng? Jadi dia lihat gue tadi sama Arsen?Ah, ya sudahlah... gak penting juga."

"Bagas, gue denger tadi lo ke rumah gue. Harusnya lo... gak usah repot-repot ke rumah—"

"Gak repot kok."

"Jadi kita mau kemana?"

"Papa mau ketemu sama lo."

"Apa?!" Elia berteriak kaget sambil menutupi mulutnya sampai Bagas pun mengerutkan alisnya heran dengan respon Elia.

"Bagas...! Berhenti disana!" pinta Elia histeris sambil menunjuk sebuah minimarket.

"Ngapain?" Meski heran, Bagas tetap menuruti Elia dan memarkirkan mobilnya di minimarket tersebut.

Elia tidak mempedulikan pertanyaan Bagas dan langsung keluar mobil untuk membeli buah dan susu di minimarket.

"Buat apa?" Bagas bertanya sambil melihat kresek putih yang berisi buah dan susu itu ketika Elia masuk ke mobilnya lagi.

"Ya buat Om Setya! Masak gue jenguk gak bawa apa-apa?!"

Bagas hanya tersenyum medengar jawaban Elia lalu kembali menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.

"Bagas," sapa Papanya ketika melihat Bagas masuk ke ruangan.

Bagas masuk bersama Elia. Om Setya tersenyum pada Elia. Sepertinya Om Setya masih mengenali wajah gadis yang telah menyelamatkannya tersebut.

"Kamu pasti gadis yang menyelamatkan saya. Elia kan?" tebak Om Setya yang sudah pasti benar.

Elia tersenyum dan langsung mencium tangan Om Setya yang masih terinfus dengan hati-hati. "Iya Om. Saya Elia."

"Sini, duduk di samping Om!" pinta Om Setya sambil menepuk sebelah kanan sisa tempat tidur yang ia tempati.

Elia terdiam sambil melihat ke arah Bagas seakan menanyakan, "Apa tidak apa-apa duduk disini?"

Bagas yang mengerti maksud Elia pun mengangguk padanya. Setelah itu Elia langsung duduk di samping Om Setya.

Om Setya memegang tangan Elia. "Nak, terima kasih banyak ya. Kamu telah menolong Om."

"Iya Om. Sama-sama."

"Elia, Bagas bilang kamu satu sekolah sama dia?"

"Iya Om. Kita satu angkatan tapi beda kelas," jawab Elia.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now