Chapter 22

53K 3.6K 131
                                    

"Ini penghinaan! Ini penghinaan bagi kelas kita!" teriak Dita lantang didalam kelas.

Iya, semua anak kelas unggulan sudah berkumpul di dalam kelas saat jam istirahat untuk membahas hal yang barusan terjadi.

"Iya! Bagas ketua kelas unggulan, kebanggaan kelas kita, bahkan kebanggan sekolah kita dan dia telah dihina oleh anak buangan?!" tambah Anggun.

"Mereka pikir, mereka siapa? Bahkan kelas IPA B saja tak berani mengangkat wajahnya didepan kita! Tapi mereka anak kelas buangan IPS F malah berani mengusir Bagas?!" lanjut Rika memanasi.

"Bagas, menurut gue, Elia udah keterlaluan sama lo!" Dimas mengutarakan pendapatnya pada Bagas.

"Kita balas saja Elia dan teman-teman barunya itu!" tiba-tiba Sandra berkomentar yang tentu saja komentarnya itu membuat semua penghuni kelasnya terkejut.

Bagas menggeryitkan alisnya sambil melihat Sandra dari jauh.

"Kayaknya si Sandra punya dendam kesumat deh sama Elia," ucap Eza lirih disamping Bagas.

"Iya. Sandra benar! Kita harus tunjukkan pada mereka siapa kita dan siapa mereka!" Dita menyetujui saran Sandra.

"Iya, iya... iya!" respon sebagian besar temannya.

Suasana kelas unggulan kini panas, gaduh. Segaduh keramaian kelas IPS pada umumnya di sekolah itu.

"Diam semua!" Bagas berteriak sambi berdiri lantang membuat suasana kelas dalam sekejab menjadi tenang tanpa suara.

"Ini urusan gue sama Elia. Gue yang diusir oleh Elia, jadi kalian semua gak usah ikut campur!" ujar Bagas sambil melihat semua temannya.

"Tapi-," Dita tidak setuju namun satu telapak tangan Bagas sudah melebar untuk Dita pertanda dia tak suka diprotes oleh seseorang.

"Gak ada yang boleh ikut campur urusan gue! Kalian bisa urus urusan kalian masing-masing!" perintah Bagas sebelum ia meninggalkan kelas.

***

"Elia..! Lo keren banget tadi," teriak Aster sambil berlari menuju bangku Elia diikuti oleh semua temannya.

Kini semua teman barunya sudah mengerumuninya, tapi Elia masih terdiam entah apa yang ia rasakan. Campur aduk!

"Kenapa lo tadi ikut campur?" tanya Elia sambil menoleh pada cowok yang duduk disampingnya tanpa mempedulikan banyak temannya yang mengerumuninya.

"Gue ketua kelas disini! Ada yang gaduh di kelas gue dan lo mau gue diem aja?" jawab Arsen ketus dan sok bijak.

"Emang kapan kelas lo gak gaduh?" tangkis Elia tak terima.

"Tau apa lo tentang kelas gue?!" balas Arsen menantang Elia.

"Arsen, gimana kalau nanti kelas unggulan balas dendam sama kalian?" tanya Elia khawatir.

Arsen terdiam sejenak sambil tersenyum melihat Elia. Elia yang merasa respon Arsen itu tak wajar langsung menyiutkan pandangan matanya.

"Maka kita juga akan melawannya," jawab Arsen singkat yang sontak membuat semua temannya terkejut tak percaya.

"Apa..?! Arsen, lo gak serius kan?" tanya Elia heran.

"Gue serius! Mereka biasa bully anak IPS tapi mereka belum pernah bully kelas kita kan? Mereka belum tau kita. Kalau mereka ngeroyok kita, maka kita akan lawan mereka!" ujar Arsen serius.

"Arsen, tapi mereka itu anak kelas unggulan!" Rifki mengingatkan.

"Gue tau! Gue juga tau mereka anak emas di sekolah kita! Kenapa? Kalian takut? Kalau mereka nyakitin kita apa kita akan diem aja kayak orang bego?" lanjut Arsen.

"Tapi Sen, kita kan udah diCap 'bego' di sekolah ini!" sahut Tata tiba-tiba.

"Ya jadi jangan bego-bego amat! Kita juga udah biasa diskors kan?"

"Iya, benar! Kita gak boleh diam aja! Kita harus lawan mereka!" jawab teman-temannya yang lain.

"Tidak! Kalian gak boleh diskors!" ucap Elia lantang yang membuat semua temannya terdiam.

"Kalau kalian gak ngelakuin kesalahan, ngapain kalian harus menerima hukuman?" lanjutnya.

Arsen tiba-tiba terpana mendengar ucapan Elia barusan. Dia tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Elia. "El, kita gak akan diskors karena kita gak akan nyerang mereka duluan. Yang kita bicarakan itu 'Seandainya' mereka nyerang kita duluan, maka kita gak akan takut!"

"Tapi El, gimana kalau mereka nyerang lo aja?" Aster menanyakan hal yang sangat logis.

Seketika Elia teringat semua hinaan dan kekecewaan yang pernah ia terima dulu saat berada di kelas unggulan.

"As, lo masih inget kan aturan kelas kita? Jika bagian dari kelas kita tersakiti maka kita semua akan bela teman kita!" Tyas menjawab serius.

"Gak! –Sorry, tapi gue akan nurutin kata hati gue, bukan aturan kelas IPA A atau IPS F!" ucap Elia tegas tak setuju.

"Tapi El-," kalimat Tyas terputus karena Arsen menghentikannya dengan melebarkan tangannya ke arah Tyas.

"Kita akan hargai keinginan Elia," ujar Arsen memutuskan.

***

Hari berganti, sore ini Elia libur bekerja dan akan pergi ke taman kota Green untuk menemui seseorang. Sepertinya mereka sudah janjian disana.

Tet... Tet...

Langkah Elia tiba-tiba tak seimbang. Dia cepat-cepat meminggirkan kedua kakinya untuk menghidari kendaraan yang mengklakson dirinya.

Untung saja tubuh Elia tidak jatuh dan baik-baik saja. Elia segera melihat siapa pengendara yang tega mengklakson dan hampir menyerempet dirinya yang sudah berjalan minggir itu.

Pengendara motor besar yang berhenti itu membuka helmnya, memperlihatkan wajahnya pada Elia. Sontak Elia melebarkan matanya setelah melihatnya. "Arsen?"

"Lo mau kemana?" tanya Arsen tanpa meminta maaf pada Elia.

Elia mendengus kesal. "Bukan urusan lo!"

"Oh iya, gue lupa. Elia gak akan jawab pertanyaan pribadi."

Elia tak menghiraukan ucapan Arsen dan lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju taman kota Green.

"Gue mau ke arah sana, lurus. Kalau lo mau nebeng, gue oke-oke aja kok," ucap Arsen menawarkan namun tawaran itu sama sekali tidak digubris oleh Elia. Elia masih saja melangkah maju.

"Ternyata lo sama aja kayak teman-teman lo dulu itu ya... songong! Gue lupa kalau lo jebolan kelas unggulan," kata Arsen kesal sambil menyalakan mesin motornya dan bersiap untuk pergi meninggalkan Elia.

Ketika motor Arsen mulai berjalan dan melawati Elia, tiba-tiba Elia menghentikan Arsen.

"Tunggu!" teriak Elia sambil berlari menuju Arsen.

Arsen diam menunggu apa yang akan Elia katakan namun dia agak terkejut ketika Elia tanpa basa-basi menaiki motornya. Iya, Elia duduk tepat di belakang Arsen.

"Sorry," ucap Elia singkat.

"Jadi lo mau kemana?"

"Taman kota Green."

"Oke," jawab Arsen sambil tersenyum.

***

Setelah sampai di taman kota, Elia pun turun sambil merapikan rambutnya yang tadinya berantakan terkena angin.

"Makasih banyak ya," ucapnya.

"Sama-sama. Janjian sama cowok?" tebak Arsen sembarangan.

Elia tidak mau menjawab dan hanya memicingkan matanya sambil memandang Arsen.

"Oke, oke. Gue gak akan bertanya pertanyaan pribadi lagi... gue cabut dulu ya!" ujarnya sebelum meninggalkan Elia di taman.

Elia berjalan memasuki taman kota dan menyapa orang yang dari tadi menunggunya di taman.

"Sandra!"

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now