Chapter 28

53.3K 3.8K 196
                                    

Pagi ini Elia masih merasa sangat mengantuk karena kemarin dia hanya tidur 3 jam saja.

Tiba di kelas, Elia langsung meletakkan kepalanya miring diatas meja sambil menahan rasa kantuknya.

Tiba-tiba mata Elia melebar ketika ia melihat wajah Arsen yang muncul di hadapannya. Wajah itu juga diatas meja yang sama dengan Elia berhadapan dengan wajah Elia.

Elia langsung bersiap menegakkan tubuhnya namun satu tangan Arsen memegangi kepalanya seakan menyuruhnya kembali ke posisi semula. Kepala bersandar di meja.

"Tumben lo ngantuk pagi-pagi gini?" tanya Arsen masih dengan kepala tergeletak di meja.

"Kayaknya gue udah ketularan kalian deh... ngantuk bahkan saat pelajaran belum dimulai," Elia menjawab dengan pasrah dan masih ngantuk. Bahkan Elia malah membenarkan posisi kepalanya supaya lebih nyaman sambil memejamkan matanya.

Arsen tersenyum gemas melihat Elia. Arsen bisa memandang Elia tanpa pemberontakan darinya.

Wajah Elia yang polos, meski dengan mata terpejam dia tetap terlihat cantik dan wajah itu sekarang sangat dekat dengan wajahnya. Wajah itu juga sangat tenang. Membuat Arsen menginginkan posisi ini selama mungkin.

"Kalau ada Pak Fatih, lo bangunin gue ya!" pinta Elia pada Arsen untuk membangunkannya bila guru Matematikanya datang.

Arsen tidak menjawab. Dia hanya ingin menikmati pemandangan yang ada di depannya sekarang ini sampai Arsen pun tidak sadar kalau guru Matematikannya itu sudah datang.

"Arsen! Elia!" teriak Pak Fatih ketika melihat mereka berdua tak memperhatikannya.

Arsen dan Elia terperanjat kaget dan langsung menegakkan tubuh mereka.

"Iya Pak!" jawab mereka berdua serentak.

"Ini masih pagi! Kenapa kalian malah tiduran di kelas! Elia, kamu juga! Kenapa ikut-ikutan tidur di kelas?!"

"Maaf Pak. Saya janji saya tidak akan tidur di kelas lagi," sesal Elia.

"Ya sudah. Sekarang kita mulai pelajarannya!"

Arsen hanya tersenyum melihat Elia dengan responnya. Kalau Arsen dan teman-temannya sudah biasa ditegur seperti itu oleh guru tapi untuk Elia? Jelas sekali dia tidak pernah ditegur guru seperti itu.

Pelajaran pun dimulai. Pak Fatih menulis 10 soal matematika di papan tulis.

"Ada 10 soal di papan. Saya akan menunjuk kalian satu-persatu untuk maju mengerjakan 1 soal tersebut. Jika kalian tidak dapat mengerjakannya, silahkan berdiri di samping papan tulis! Kalian yang berdiri tidak akan duduk sampai ada teman kalian yang menjawab soal dengan benar untuk membebaskan kalian dari hukuman. Mengerti?!" jelas Pak Fatih.

"Mengerti...!" jawab mereka serentak dan sangat semangat.

Pak Fatih langsung mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum antara heran dan takjub. Tidak biasanya kelas ini semangat pelajaran matematika seperti ini. Sepertinya mereka sudah siap dengan soal-soal ini.

"Ayo Aster, jangan mewarnai kukumu di kelas saja! Maju dan kerjakan soal nomer 1!" perintah Pak Fatih.

Aster pun maju dan langsung menempatkan dirinya berdiri di samping papan tulis.

"Kenapa kamu tidak mencoba mengerjakannya dulu?" tanya Pak Fatih heran.

"Nyerah Pak! Ampun!" jawab Aster sambil mengangkat tangannya yang sontak membuat semua penghuni kelas tertawa terbahak-bahak.

"Kamu ini kenapa? Emang saya mau nembak kamu?"

"Jangan nembak saya Pak! Ampun! Bapak kan sudah punya istri! Saya gak mau jadi pelakor...."

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now