Chapter 24

51.6K 3.6K 180
                                    

"Berhenti kalian semua...!" teriak Pak Asep selaku guru BK yang tadi sudah ditelfon oleh Bagas.

Seketika mereka berhenti dan shock melihat guru BK nya datang tiba-tiba. Dalam pikiran mereka sekarang hanyalah rasa takut dan pertanyaan, bagaimana Pak Asep bisa mengetahui semua ini?

Pak Asep membulatkan matanya sambil menganga karena sangat terkejut dengan apa yang barusan dilihat oleh mata kepalanya sendiri.

Elia dengan keadaan yang sangat menyedihkan dan sendirian, dikeroyok oleh anak-anak sesama kelas unggulan? Tidak! Elia memang sudah tidak menjadi anggota kelas unggulan. Tapi apa ini?

Kelas unggulan yang selama ini dibangga-banggakan, diidam-idamkan, dipuja-puja... bagaimana bisa punya norma buruk seperti ini? Ini sungguh tidak masuk diakal! Tapi inilah kenyataan yang ada di depan mata Pak Asep.

"Apa yang kalian lakukan..?!" teriak Pak Asep murka.

Mereka hanya terdiam dan gemetar ketakutan. Bagaima kalau mereka kena skors? Bagaimana kalau Pak Asep memanggil orang tua mereka ke sekolah? Bagaimana kalau insiden ini masuk di sosial media? Bagaimana reputasi mereka? Bagaimana masa depan mereka kelak?

"Elia...!" teriak Arsen tiba-tiba yang datang bersama gengnya.

Arsen and the geng langsung berlari ke arah Elia yang sudah dalam keadaan buruk tersebut.

"Elia? Elia..? Lo baik-baik aja kan? " panggil Arsen khawatir sambil memegang kedua pundak Elia memastikan kesadaran Elia.

"Ar... sen, g... gue... gak pa pa," jawab Elia lemas.

"Sen, Gimana keadaan Elia?" tanya Pak Asep juga sangat khawatir.

"Pak, saya akan bawa Elia. Saya akan urus dia!" jawab Arsen sambil meminta persetujuan Pak Asep.

Pak Asep mengangguk cepat. "Iya. Cepat! Hati-hati!"

Segera Arsen membopong tubuh Elia untuk keluar dari taman.

"Guys, cepat telfon Geng cabe! Suruh mereka cepat datang ke basecamp kita dan suruh juga bawa baju cewek buat Elia!" pinta Arsen masih sambil membopong Elia.

"Eh, i... iya," jawab Rifki gelagapan sambil membuka HP nya.

Bagas datang ke taman kota dan langkahnya terhenti ketika dia melihat cowok yang dulu dia lihat sebangku dengan Elia di kelas buangan itu, sekarang dia sedang membopong Elia yang dalam keadaan buruk untuk segera keluar dari taman.

Tangan Bagas tanpa disadari mengepal kesal karena melihat itu. Dia merasa harusnya dia yang datang pertama untuk menolong Elia! Harusnya dia yang membopong Elia! Apakah Elia baik-baik saja? Apakah Bagas sedang merasakan sesuatu yang tak pernah dirasakan olehnya sebelumnya? Cemburu?

Bagaimana dengan Elia? Tentu saja Elia kini masih dalam keadaan sadar. Ketika ia dibopong oleh Arsen, dia melihat dari jauh ada sosok Bagas yang sedang berdiri memperhatikannya.

Entah mengapa hati Elia bertambah sakit ketika melihat Bagas ada di taman tersebut meskipun dalam insiden pengeroyokan tersebut tidak ada Bagas.

"Bagas, kenapa lo ada disini?" itulah prasangka dan keraguan Elia terhadap Bagas mengingat pertengkarannya terakhir dengan Bagas.

***

Arsen membawa Elia ke basecampnya. Disana Aster and the geng sudah ada disana.

"Elia..! Ya Tuhan! Apa yang terjadi sama Elia?" Aster berteriak histeris ketika melihat keadaan Elia.

"Dia dikeroyok sama mantan teman sekelasnya!" jawab Edgar cepat.

"Apa?!" Tata berteriak tak percaya.

Arsen segera meletakkan tubuh Elia ke kamar dengan hati-hati.

Secret AdmirerМесто, где живут истории. Откройте их для себя