Chapter 50 (Pertemuan Mantan)

48.1K 2.8K 193
                                    

"Astaghfirullahal adhim..!" teriak Elia saat mobil sewaan yang ia kendarai menabrak seorang pria paruh baya.

Elia langsung turun dari mobil dan bisa bernapas lega karena pria tersebut sepertinya tidak apa-apa tapi semua telur yang ia jual pecah. Tak sebutir-pun terselamatkan.

"Pak, maafkan saya... tolong maafkan saya ya, Pak," pinta Elia menyesal sambil memapah pria yang bernama Salim tersebut.

"Iya... tapi lain kali hati-hati dong, mbak! Tapi gimana telur-telur saya?" tanya pria itu menyedihi semua telurnya yang pecah.

"Saya akan ganti semuanya. Bapak apa ada yang sakit? Apa perlu saya bawa ke rumah sakit?" tanya Elia khawatir.

"Tidak Mbak. Alhamdulillah saya tidak apa-apa," jawab pria tersebut.

Elia menganti rugi semua telur yang pecah dan memberikan sejumlah uang sebagai rasa penyesalannya. Elia mengantarkan pulang Pak Salim di rumah kontrakan yang sangat kecil dan kumuh.

Elia pun menanyakan semua kondisi Pak Salim dan keluarganya. Namun Elia tercengang oleh penjelasan Pak Salim.

Pak salim dan banyak keluarga yang lainnya, sebenarnya dulu mempunyai rumah yang layak, namun seseorang atas nama perwakilan dari perusahaan yang membawahi pembangunan hotel Heaven telah membujuk mereka untuk menjual tanah dan rumah mereka. Mereka dijanjikan diganti dengan tanah yang luasnya dua kali lipat dan sejumlah uang.

Karena tergiur oleh iming-iming tanah yang luas, mereka pun menyetujuinya. Mereka mulai membangun rumah baru yang lebih sederhana di tanah hasil ganti rugi tersebut. Namun na'as, ternyata air di tanah itu berminyak dan bau. Selain itu tanah itu sulit sekali ditanami oleh tanaman dan bahkan sekarang di beberapa titik dari tanah itu sedikit tapi pasti menyemburkan lumpur hitam.

Besoknya, Pak salim pun mengajak Elia untuk melihat sendiri kondisi daerah tersebut.

Elia tercengang sampai dia harus menutup mulutnya yang terbuka. Sudah banyak rumah sederhana yang ada disana tapi Elia hanya menemukan sedikit sekali orang yang masih ada disana. Daerah itu sudah sangat kotor, jalannya sudah penuh dengan lumpur hitam. Bahkan rumput pun enggan untuk tumbuh disana.

"Setelah beberapa bulan kemudian, kita mendengar kabar bahwa tanah ini dulunya tempat pembuangan limbah. Kita sudah demo di depan gedung itu, tapi percuma. Siapa yang akan mendengarkan kita, rakyat jelata? Sertifikat hak milik tanah juga sudah menjadi milik mereka," jelas Pak Salim kemudian.

Pak Salim mempertemukannya dengan warga lain. Mereka masih ingin memperjuangkannya. Mereka ingin sesuatu yang lebih layak untuk ganti rugi tempat tinggal mereka yang sudah digusur.

"Saya akan mencoba bernegosiasi dengan mereka, Pak," janji Elia pada Pak Salim dan warga setempat.

***

"Maaf Nona. Sertifikat hak milik tanah sudah menjadi milik perusahaan. Warga juga sudah tanda tangan surat jual beli tanah. Kedua belah pihak sudah sepakat," ujar Jimy, selaku penanggung jawab pembangunan hotel Heaven.

"Pak, melihat kondisi mereka sekarang, apa perusahaan tidak ada niatan untuk memberikan ganti rugi yang lebih layak?"

"Kita sudah menganti rugi mereka 2 kali lipat," jawab Jimy santai.

Elia mengerutkan alisnya geram. "Apa..?! Pak, sebenarnya Bapak sudah tahu kan kalau tanah itu tak layak huni? Tanah itu bekas pembuangan limbah?!"

"Jaga bicara anda, Nona, kalau anda tak punya bukti!" Jimy mulai terusik dengan tuduhan Elia.

Elia tersenyum sinis. "Tak mungkin orang seperti kalian tidak tahu apa yang sebenarnya kalian berikan pada mereka. Bahkan untuk membelinya 10 ribu permeter saja orang tak akan sudi!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now