Chapter 23

50.2K 3.3K 188
                                    

"Sandra!" teriak Elia sambil melangkah ke arah Sandra.

"Elia," Sandra berkata sambil mempersilahkan Elia duduk tepat di sampingnya.

"Jadi lo mau ngomong apa?" tanya Elia sinis dan to the point.

"El, kenapa lo gak bilang ke teman-teman kalau hutang itu udah lo bayar lunas?"

Elia tak mau menjawab pertanyaan Sandra. Dia lebih memilih diam sambil memalingkan mukanya.

Elia tidak menjelaskan hal tersebut karena ada keyakinan dalam dirinya kalau Sandra suatu saat pasti akan menyesal dan minta maaf padanya. Dia tidak ingin mempermalukan Sandra. Dia masih ingin memberi kesempatan Sandra untuk menyesali perbuatannya dan minta maaf padanya.

"El, gue... gue mau minta maaf sama lo. Gue udah ngecewain lo! Lo mau kan maafin gue?"

Elia terdiam sejenak dan tentu saja terkejud dengan sikap Sandra. Apakah ucapan maaf Sandra tulus dari hatinya?

"Masalah hutang itu... sepertinya teman-teman kelas unggulan masih berfikir kalau—" belum sempat Elia menyempurnakan kalimatnya, Sandra segera menyelanya.

"Gue udah jelasin semua El! Waktu itu emang gue diam, tapi setelah itu gue sadar gue salah dan gue udah jelasin ke teman-teman kalau hutang itu udah lo bayar lunas malam itu juga!" jelas Sandra berbohong.

Sandra sebelumnya tidak pernah mengklarifikasi maslaah hutang itu pada semua temannya termasuk Bagas yang sudah salah sangka pada Elia.

Elia masih terdiam tidak merespon.

"El, lo mau kan maafin gue?"

Elia seketika mengingat jaman ketika mereka dulu bersahabat. Tertawa bersama, saling curhat dan saling menguatkan. Mereka sangat dekat!

Elia berfikir sejenak dan sangat menyayangkan bila persahabatannya dengan Sandra akan berakhir dengan kekecewaan. Tidak ada alasan baginya untuk tidak memaafkan sahabatnya itu.

"Tentu. Tentu saja San, gue maafin lo!" jawab Elia sambil memeluk Sandra.

Sandra pun memeluk Elia lalu mengajak Elia jalan-jalan ke sekitar taman sambil mengobrol.

"El, gue punya kejutan... buat lo."

Elia mengangkat alisnya sambil tersenyum. "Oh ya?"

"Yuk!" Sandra menggandeng tangan Elia dan mengajaknya berjalan sampai mereka tiba di belakang salah satu bangunan di taman tersebut.

Elia mengerutkan dahinya ketika melihat wajah-wajah yang tidak asing sudah berada disana seakan sudah menunggunya dan Sandra. Iya, ada hampir semua anak kelas unggulan ada disana.

Elia langsung menoleh ke arah Sandra penuh tanya namun tiada guna. Beberapa dari mereka dengan cepat memegangi tubuh Elia sampai Elia pun tak bisa berkutik.

Tanpa basa-basi mereka langsung melempari Elia dengan telur ayam yang sudah mereka siapkan sebelumnya ditambah lagi dengan tepung terigu dan air. Saat ini Elia seakan diperlakukan seperti adonan roti.

Elia tak kuasa memberontak. Dia dijebak! Mereka terlau banyak dan dia... dia hanya sendiri!

Elia dalam keadaan lunglai, tubuhnya sudah basah dan kotor penuh dengan pecahan telur dan terigu.

Matanya mencari sosok yang menghianatinya, Sandra. Sandra menatapnya dengan rasa tega. Elia bisa melihat itu! Hati Elia seakan teriris sembilu. Sakit! Sakit yang bahkan tak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata. Hanya air matalah yang sekarang bisa mewakili isi hatinya.

"Hari ini lo udah bukti'in kalau lo emang anak buangan! Bodoh!" hina Dita lalu tertawa diikuti dengan semua temannya seperti orang gila.

Elia tidak menjawab. Dita memang benar! Dirinya bodoh! Dirinya percaya begitu saja pada Sandra padahal....

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now