Chapter 8

53K 3.6K 62
                                    

Setelah selesai mengerjakan PR matematika di meja belajarnya, Elia melamun mengingat Teli dan Lisa.

"Teli memutuskan keluar dari sekolah dan Lisa... setelah kejadian itu tingkat kepercayaan diri Lisa terlihat menurun drastis. Kejadian itu benar-benar menjadi tamparan keras bagi psikologis Lisa. Lalu bagaimana nasib gue nanti?" pikir Elia sambil meletakkan kepalanya miring bersadar meja.

***

Dear Bagas,

Kau adalah impianku....

Semangatku....

Dan separuh dari hatiku....

Wahai bintangku, mungkin kau tidak tahu siapa diriku....

Namun biarlah aku memandangi keindahanmu....

-Secret Admirer-

Pagi ini Bagas mendapat surat itu lagi. Bagas membuang mukanya sambil mendengus. Sepertinya ia mulai risih dan terganggu dengan surat yang datang padanya berturut-turut selama tiga hari tersebut.

"Gue harus tau siapa pengirimnya supaya dia gak ngirim ini lagi ke gue!" ucapnya lirih sambil meremas kertas tersebut.

Meski pelajaran matematika masih berlangsung, pikiran Bagas ternyata mulai tidak bisa lepas dari surat tersebut. Dia mengingat benar tiap kata dan kalimat yang telah ia baca kemudian ia mulai menelusuri dengan logikanya.

Tentu saja Bagas berfikir dia yang mempunyai banyak sekali penggemar dari teman sekelas, adik kelas sampai kakak kelas dari kelas IPA maupun IPS. Lalu siapa yang mengirim surat ini? Tapi tunggu...

Bagas mulai mengingat lagi tiap bait puisi yang ditulis si Secret Admirer tersebut.

Surat pertama di bait kelima, Saat kita bisa saling memandang....

Surat kedua di bait pertama, Melihatmu sudah merupakan candu bagiku....

Surat ketiga di bait terakhir, Namun biarlah aku memandangi keindahanmu...

"Sejauh ini si penulis selalu memberikan makna 'melihat' terhadap puisinya. sepertinya dia punya banyak kesempatan untuk melihat atau mandang gue. Apalagi dia dengan leluasa menyelipkan surat ini di buku atau meja gue. Apa dia teman sekelas gue? Tapi siapa?" gumam Bagas dalam hati sambil melihat ke arah teman perempuan sekelasnya yang sekarang semuanya fokus mendengar Bu Monic menerangkan pelajaran bahasa inggris.

Dia masih belum bisa menerka siapa sebenarnya sang penggemar rahasia. Dia tidak punya pendangan kecurigaan pada siapapun diantara mereka karena dia memang masih belum mengenal satu persatu karakter dari temannya dikarenakan selama ini dia memang sangat cuek dan angkuh.

"Yang jelas bukan Lisa. Dia udah shock karena kejadian tempo hari."

"Sandra! Kemari dan coba jawab soal nomor 3!" Bu Monic meminta Sandra mengerjakannya di depan kelas.

"Iya Bu."

Sandra pun menjawab soal tersebut di papan tulis tanpa adanya kesulitan. Bagas yang melihat tulisan Sandra di papan tulis segera berfikir kembali tentang penggemar rahasia tersebut. Iya. Dia harus mencocokkan tulisan yang ada di surat itu dan tulisan teman-temannya. Meski si penggemar rahasia menggoreskan tulisannya dengan sangat indah tapi tetap saja pasti ada beberapa huruf yang sama.

"Dia bukan Sandra," Bagas menetapkan kesimpulan keduanya.

Ketika jam istirahat belangsung, Bagas langsung menemui Pak Suparman, satpam sekolah.

"Pak, saya mau nanya. Bapak tau gak hari ini siapa teman sekelas saya yang datangnya paling pagi?"

Pak Suparman menerawang keatas mencoba mengingat. Karena penghuni kelas IPA unggulan sudah turun temurun terkenal di sekolah tentu saja Pak Suparman selaku Satpam juga hafal nama-nama dan wajah mereka.

"Wah, Bapak gak tau Mas. Tadi banyak siswa-siswi yang masuk pagi jadi Bapak gak perhatikan mereka satu-satu!"

"Yaudah Pak, makasih ya."

"Sama-sama."

Bagas pun kembali ke kelasnya dan melihat pertengkaran teman sekelasnya, Saka dan Haris saling beradu mulut memperebutkan Claudia, cewek cantik yang juga merupakan anak kelas unggulan.

Semua penghuni kelas berdiri ketakutan melihat mereka bertengkar, sebagian yang lain melerai mereka supaya tidak main kekerasan fisik namun Bagas lebih memilih tidak peduli dan duduk santai di kursinya.

"Udah...! Udah...! Jangan bertengkar kalian berdua!" lerai Claudia yang berada di tengah-tengah Saka dan Haris.

"Claudia itu cewek gue! Kita berdua udah sering jalan bareng!" teriak Saka sambil melotot pada Haris dan bersiap memukul Haris.

"Aahg...!" teriak semua cewek di kelas tersebut ketakutan namun untungnya Eza langsung mencegah Saka memukul Haris.

"Eh, gue udah jadian sama Claudia itu 3 bulan!" Bela Haris yang juga bernada tinggi yang tak mau kalah ingin juga memukul Saka.

"Aahg...!" teriak lagi semua cewek ketakutan namun Haris juga tidak jadi memukul Saka karena dicegah oleh Dimas.

Bagas yang tadinya memainkan game onlinenya rupanya sudah merasa terganggu dengan keadaan kelasnya. "Berisik!" ucapnya masih dengan nada rendah sehingga teman-temannya tidak bisa mendengar ucapannya.

"Eh, Claudia! Sebenarnya lo itu ceweknya siapa?" tanya Dita selaku ketua Black Geng.

"G... gue... emang deket sama mereka berdua tapi-"

BRONG....

Terdengar suara gertakan meja yang sangat keras. Semua penghuni kelas melihat ke arah sumber suara yang telah mengehentikan pejelasan dari Claudia tersebut. Mereka semua semakin takut dengan keadaan ini ketika melihat Bagas sudah berdiri dengan wajah khas ketidaksukaannya di depan meja yang barusan ia gertakan.

Bagas mulai melangkah mendekati mereka dan sampai tepat di depan gadis cantik bernama Claudia.

"Lo...! Kalau lo disuruh milih, lo lebih memilih jadi ceweknya Saka, Haris atau... gue?" tanya Bagas tiba-tiba pada Claudia yang membuat semua penghuni kelas tak percaya dengan perkataan Bagas termasuk Claudia, Saka dan Haris.

Elia yang berdiri disamping Sandra menelan ludah sambil memasang pendengaran dan pengelihatannya baik-baik.

Claudia speechless tiba-tiba dengan pertanyaan Bagas. Sejauh ini dia masih belum menjawab.

"Ck," respon Bagas sambil membalikkan tubuhnya bersiap menjauh dari kerumunan tersebut.

"T... tunggu!" pinta Claudia pada Bagas yang berhasil membalikkan lagi tubuh Bagas di depannya.

"Ba... Bagas, tentu... tentu saja gue akan pilih jadi cewek lo! Itu gak usah ditanya... jadi... mulai hari ini gue mau jadi cewek lo!" jawab Claudia dengan gugup namun cukup percaya diri.

Bagas terdiam sejenak sambil memandang ekspresi Saka dan Haris yang cemberut lalu Bagas tersenyum sinis. "Jadi... cewek sampah ini yang kalian rebutkan? Menyedihkan!" ujar Bagas datar lalu berjalan menjauhi mereka.

Semua teman yang lainnya termasuk Elia dan Sandra menganga sambil menutup mulutnya setelah melihat respon Bagas. 'Cewek Sampah' , itukah pemilihan kata yang diambil Bagas untuk Claudia?

"Bagas!" teriak Claudia.

Bagas menghentikan langkahnya untuk mendengar Claudia.

"Lo tadi tanya ke gue, kalau gue disuruh milih mau jadi ceweknya siapa... tapi kenapa setelah gue pilih lo kenapa lo malah ninggalin dan ngehina gue?" tanya Claudia tak terima sambil mendekat ke Bagas.

Bagas mengerutkan alisnya melihat Claudia. "Gue hanya tanya 'Kalau'... gue gak pernah bilang kalau gue mau jadi pacar lo, " jawab Bagas santai sambil melanjutkan langkahnya menuju bangkunya.

Claudia terdiam sambil menangis namun tidak ada yang mempedulikannya.

TET...

Bel masuk pelajaran sudah berbunyi. Semua penghuni kelas mulai duduk di bangkunya masing-masing termasuk Saka dan Haris yang tidak lagi mempedulikan Claudia.

"Dia jelas bukan Claudia," Bagas menyimpulkan logika ketiganya mengingat si Penggemar rahasia hanya memandangnya, hanya menyukainya. Sangat tidak mungkin bila sang Penggemar rahasia berkencan dengan pria lain sepertihalnya Claudia.



Secret AdmirerWhere stories live. Discover now