Chapter 29

52.1K 3.3K 51
                                    

Pagi ini Bagas sengaja tidak masuk sekolah untuk merawat Papanya yang masih ada di Rumah Sakit.

Mamanya yang sudah dua minggu berada di Paris untuk bebelanja belum juga datang. Bagas sudah biasa dengan sikap Mamanya yang suka keliling dunia, belanja barang-barang mewah dan yang paling tidak disukai oleh Bagas terhadap Mamanya adalah Bagas merasa Mamanya tidak peduli dengan keluarganya.

"Bagas, Mamamu belum datang?" tanya Papanya yang sudah sadar setelah operasinya.

"Udah lah Pa. Papa gak usah mikirin Mama," jawab Bagas dengan wajah kesal namun masih memegangi tangan Papanya.

"Bagas, kamu gak boleh marah sama Mama kamu Nak! Mungkin Mama kamu masih sibuk disana."

"Sibuk belanja? Udah deh Pa. Gak usah bahas mama!" sepertinya Bagas sudah malas membahas Mamanya.

"Ya sudah kalau begitu. -Bagas...."

"Iya Pa?"

"Bagas, malam itu, sesaat setelah ditabrak mobil, Papa masih bisa melihat gadis yang menolong Papa," Om Setya bercerita karena memang belum diberitahu Bagas dan Pak Guntur tentang kejadian setelah kecelakaan tersebut.

"Namanya Elia Pak. Bahkan dia sudah mendonorkan darahnya untuk Bapak," jelas Pak Guntur yang berdiri disamping tempat tidur Om Setya.

"Oh ya?!"

"Iya Pak. Sepertinya dia seumuran dengan Mas Bagas."

"Apa kamu tahu sekarang dia berada dimana? Atau alamat rumahnya?" tanya Om Setya pada Pak Guntur.

"Iya Pak. Saya tahu rumahnya. Waktu itu, saya antarkan dia pulang," jawab Pak Guntur.

"Elia satu sekolah sama Bagas Pa," sahut Bagas tiba-tiba yang sontak membuat Papanya dan Pak Guntur agak terkejut.

"Jadi dia temanmu?" tanya Papanya dan Bagas pun mengangguk mengiyakan.

Om Setya dan Pak Guntur pun langsung tersenyum dengan jawaban Bagas.

"Nak, bisakah kamu minta Elia untuk datang kemari? Papa mau bertemu dengannya dan berterima kasih padanya secara langsung."

"Pa, ini masih pagi. Dia pasti masih sekolah. Setelah pulang sekolah dia juga langsung kerja...."

Om Setya langsung mengangkat kedua alisnya. "Ternyata kamu tau banyak tentang Elia ya?" goda Papanya.

Bagas hanya mendengus mendengar ucapan Papanya namun Papanya malah tersenyum melihat respon Bagas.

"Ya sudah. Kamu sekarang ke rumah Elia untuk bertemu keluarganya. Sampaikan ucapan terima kasih dan salam Papa ke mereka sambil menunggu Elia pulang!"

"Menunggu Elia pulang? Terus Papa disini siapa yang nungguin?" tanya Bagas khawatir.

"Kan ada Pak Guntur! Sebentar lagi Mbok Jum juga kesini."

Bagas pun mengangguk pada Papanya lalu berpamitan untuk pergi ke rumah Elia.

Setelah sampai di rumah Elia, Bagas segera menyalami kedua orang tua Elia dengan rasa hormat.

Tanpa basa-basi Bagas langsung menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke rumah mereka.

"Saya atas nama Papa dan keluarga sangat berterima kasih pada Elia dan Bapak, Ibu sekeluarga. Papa juga menitipkan salam untuk kalian semua," ucap Bagas dengan segala rasa hormatnya.

Om Eko dan Tante Ani langsung tersenyum. "Iya. Sama-sama. Waalaikum salam," jawab mereka berdua.

"Lalu bagaimana keadaan Papa kamu sekarang Nak?" tanya Tante Ani khawatir.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang