Chapter 36

48.4K 3.6K 100
                                    

Tim basket kita udah kalah. Tim kita tinggal tim futsal cowok, tarik tambang sama cerdas cermat," ucap Arsen sambil berdiri di depan kelas sebelum ia dan semua temannya menuju lapangan untuk bemain futsal melawan kelas unggulan yang dipimpin oleh Bagas dalam pertandingan final ini.

"Gak pa pa Sen, kalau pun hari ini tim futsal kita kalah, kita masih juara dua kan?! Udah banyak murid di sekolah ini yang membicarakan kita karena kita udah bisa masuk di babak final..." Aster berpendapat.

"Kita gak akan kalah! Kita harus menang!" ujar Arsen tegas dan serius.

"Kita harus memberikan semangat yang terbaik buat tim kita! Supaya kita menang!" teriak Elia semangat yang membuat semua temannya ikut semangat.

Pertandingan futsal akan dimulai. Arsen dan timnya sudah sangat siap begitu pula dengan tim kelas unggulan. Mereka masing-masing sudah sangat percaya diri akan kemenangannya. Tapi pertandingan basket sudah dimenangkan kelas unggulan. Apakah hari ini kemenangan pertandingan futsal juga akan menjadi milik mereka? Sebelumnya mereka tidak pernah kalah....

Elia melangkah mendekati Arsen sambil membawa sebotol air mineral. "Apa lo mau minum dulu?"

Arsen tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Nanti saat gue haus, gue akan minum." ucapnya sambil mengambil botol tersebut dari Elia.

"Sen, apapun hasilnya nanti, kalau kalian bermain sebaik mungkin, kita semua pasti akan bangga dan senang!" ucap Elia sambil tersenyum menguatkan Arsen sebagai kapten.

Arsen tersenyum sambil mengangguk pada Elia.

Meski dari jauh, Bagas bisa melihat adegan Arsen bersama Elia tersebut. Bagas sangat cemburu. Iya. Cemburu!

Bagas juga ingin Elia memberikan minuman padanya, menyemangatinya dan tersenyum manis padanya! Tapi apa yang ia lihat? Elia memberikan semua itu pada Arsen!

Bagas mengepalkan tangannya kesal. Bagas tidak rela bila Elia melakukan semua hal manis itu pada cowok lain kecuali dirinya. Tapi apa hubungan Bagas dengan Elia? Apa Bagas punya hak untuk melarang Elia dekat dengan cowok lain? Tidak kan?

"Elia, lo akan lihat gimana gue ngalahin dia, sama seperti gue ngalahin permainan basketnya! Gue gak akan biarin lo muji cowok itu!" ucap Bagas lirih sambil memandang Elia dari jauh dengan tangan masih mengepal geram.

Pertandingan futsal dimulai. Semua penonton sangat semangat menyemangati tim jagoan mereka masing-masing.

Aster and the geng sudah berpakaian layaknya cheerleader lengkap dengan riasan tebalnya dan menari-nari untuk menyemangati tim Arsen. Sebenarnya Aster juga meminta Elia untuk menjadi cheerleader, namun tentu saja Elia menolak. Dia tidak biasa berpakaian minim, make up tebal apalagi menari-nari di depan banyak orang. Itu bukan dirinya! Alhasil ia hanya duduk menyemangati tim Arsen bersama teman-temannya yang lain.

Selama pertandingan, Elia bisa melihat jelas keunggulan permainan tim lawan mereka. Bagas dan timnya sudah sangat mahir dalam bermain futsal. Pengalaman mereka dalam bermain futsal sangat banyak. Mereka selalu menang sebelumnya!

Dalam permainan mereka, Elia juga bisa melihat rasa ketidaksukaan satu sama lain antara Bagas dan Arsen. Tiba-tiba disela- sela permainan....

BRUK....

Bagas dan Arsen bertabrakan. Keduanya jatuh. Arsen jatuh tengkurap dan Bagas jatuh terlentang.

Semua penonton terbelalak dan menganga. Beberapa dari mereka berdiri sambil menutup mulutnya yang menganga saking terkejutnya.

Arsen memegangi lututnya yang sudah berdarah. -Dan Bagas? Bagas sepertinya tidak apa-apa.

Elia dan semua temannya berlari menghampiri Arsen karena menghawatirkannya. Arsen dibawa teman-temannya ke UKS dan posisinya yang menjadi kapten futsal digantikan oleh Juna.

Lagi-lagi Bagas melihat perhatian Elia pada Arsen. Rasanya Bagas tidak ingin melihat itu! Itu menyakiti hatinya meski tanpa disengaja!

Pertandingan pun selesai dengan hasil pemenangnya adalah kelas unggulan.

"Kita kalah lagi!" ucap Edgar pesimis setelah mereka semua berada di dalam kelas.

"Sulit sekali mengalahkan mereka...," lanjut Rifki.

"Padahal kita udah latihan hampir setiap hari!" ujar yang lain sedih.

"Sudahlah... yang penting kita semua kan sudah berusaha! Kita udah masuk babak final. Itu sudah hebat! Kita bangga sama kalian semua...!" ucap Elia membesarkan hati semua temannya.

Arsen menarik nafas dalam. "Iya. Kita udah melakukan yang terbaik. Itu yang terpenting!"

***

Elia berjalan ke luar gerbang sekolah untuk pulang. Dia berpapasan dengan Bagas. Mereka berpandangan sejenak kemudian Elia segera berlalu tanpa menyapa Bagas. Bagas yang merasa sikap Elia yang sudah beberapa hari ini dingin padanya pun tak tahan. Bagas tak segan menarik tangan Elia sampai tubuh Elia pun hilang keseimbangan dan mendekati tubuh Bagas. Bagas beralih memegangi pundak Elia untuk menjaga keseimbangan tubuh Elia namun Elia segera menangkisnya.

"Lepas!" Elia memberontak.

"Lo itu kenapa sih El?" tanya Bagas geram.

"Lo—" kalimat Elia terhenti karena melihat luka di siku kanan Bagas. Elia langsung teringat insiden tadi saat Bagas bertabrakan dengan Arsen.

"Bagas, tangan lo—" ucap Elia khawatir sambil memegangi tangan Bagas.

Entah sadar atau tidak, Elia tanpa basa-basi menggandeng tangan Bagas supaya dia dan Bagas duduk di tepi taman sekolah yang mulai sepi itu.

Elia membuka tasnya dan mengeluarkan obat antiseptik lalu segera mengoleskannya di siku Bagas dengan telaten. Sesekali Elia meniupnya supaya rasa nyeri Bagas berkurang.

Hati Bagas luluh seketika. Ia tak lagi kesal dengan sikap Elia yang awalnya cuek padanya. Kini Elia bahkan sangat perhatian padanya. Bagaimana bisa sikap Elia berubah drastis seperti ini?

Bagas merinding saat tangan Elia menyentuh sikunya dengan lembut sambil meniupnya. Sepertinya kehangatan sikap yang Elia berikan padanya membuat Bagas semakin terpesona pada Elia.

"Kenapa lo tadi gak ke UKS sekalian?" tanya Elia setelah selesai mengobati luka Bagas.

"Apa lo biasa perhatian sama semua orang?" alih-alih menjawab pertanyaan Elia, Bagas malah menanyainya balik.

"Maksud lo?"

"Jadi selera lo udah menurun dratis? Setelah lo suka sama ketua kelas unggulan dan sekarang lo suka sama ketua kelas buangan?" Bagas mencibir Elia tanpa rasa ragu sedikitpun.

Elia mendengus lalu menjawab, "Arsen teman gue, teman sebangku gue, ketua kelas gue, Arsen baik ke—"

"Ck," respon Bagas kesal lalu berdiri bersiap untuk pergi.

Bagas tidak ingin mendengar Elia membicarakan cowok lain apalagi memujinya di depannya.

Elia terdiam karena repon Bagas. Bagas yang sangat terlihat tak suka bila dia membicarakan Arsen di depannya. Apakah Bagas cemburu dengan Arsen?

Elia menelan ludahnya kemudian berdiri untuk menatap Bagas dan memberanikan diri untuk bertanya pada Bagas. "Kenapa? –kenapa lo kesal?"

"Gue gak suka sama dia! Gue gak suka lo perhatian sama dia!" jawab Bagas jujur tanpa rasa ragu lalu meninggalkan Elia yang sekarang mematung kaku. Terdiam karena mencoba menafsirkan jawaban Bagas yang barusan ia dengar.



Hahh...?! OMG Bagas...?!

Apa kabar nafas?!

Vote dan komen ya...

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now