Chapter 30

53.4K 3.6K 160
                                    

"El, habis ini lo kerja?" tanya Aster sambil berjalan dan merangkul pundak Elia keluar gerbang sekolah.

Tidak hanya mereka berdua saja yang berjalan bersama. Ada Tata dan Tyas yang juga mengiringi mereka.

"He'em."

"Yah... kapan dong lo bisa berlatih basket sama kita? Kata lo kita harus menang saat lomba antarkelas?!" Tata melihat Elia sambil mengerutkan dahinya.

"Ta, Elia tuh kerja! Bukannya tiduran!" Tyas menanggapi tak setuju.

"Tapi gimana dengan PR matematika kita? Katanya lo mau bantuin kita El?" tanya Tata.

Elia hanya tersenyum lalu menghentikan langkahnya dan berbalik arah untuk melihat semua temannya. Mereka semua pun juga menghentikan langkahnya.

"Sorry ya... untuk latihan mungkin gue belum bisa gabung tapi untuk belajarnya pas hari minggu aja ya...," ucap Elia sambil memandang teman-temannya.

"Santai aja El! Semoga aja lain kali lo bisa latihan sama kita," ujar Aster dengan rekah senyumnya.

Elia pun mengangguk lalu mereka berempat berpelukan.

"Makasih ya," ucap Elia bahagia.

***

"Elia, tadi Bagas datang ke rumah kita," Ibunya bercerita ketika Elia akan keluar rumah untuk bekerja.

"Apa?!" respon Elia kaget. Bagas? Datang di rumahnya? Apa dia tidak salah dengar?

"Iya sayang. Dia mau ngucapin terima kasih pada kamu dan kita semua! Katanya Papanya juga sudah membaik dan Papanya juga pengen ketemu sama kamu sayang!" jelas Ayahnya antusias.

Mereka berdua sengaja tidak menceritakan uang 100 juta yang diberikan Bagas karena mereka sudah berjanji pada Bagas kalau mereka tidak akan memberitahu Elia tentang bantuan Bagas tersebut.

Mereka berencana akan memberitahu Elia bahwa uang 100 juta itu dari orang yang mengatas namakan perusahaan telekomunikasi yang dulu telah menjanjikan Ayahnya sejumlah hadiah.

Tapi mereka tidak akan memberitahu itu hari ini. Takutnya Elia akan curiga pada Bagas mengingat kedatangan Bagas tadi pagi.

"Alhamdulillah kalau gitu. Tapi Elia harus berangkat kerja Yah. Lain kali kalau ada libur kerja, Elia pasti jenguk kok...," ucap Elia ikut senang.

"Ya sudah. Hati-hati ya!" ucap Ayahnya lalu Elia langsung menyalimi kedua orang tuanya sebelum pergi bekerja.

Elia keluar dari rumah dan tidak jauh dari rumahnya, mata Elia menemukan sosok Arsen yang sepertinya dari tadi sudah memperhatikannya dari jauh.

Elia pun tersenyum pada Arsen lalu berlari ke arah Arsen dan motor gedenya itu.

"Lo ngapain?" tanya Elia setelah sampai di dekat Arsen.

"Nungguin lo," jawab Arsen singkat santai sambil tersenyum.

"Kok tadi gak masuk ke rumah?"

"Belum siap ketemu sama calon mertua."

"Hahaha... bisa aja lo! Jangan ngaco lo! Terus lo ngapain nungguin gue disini?" Elia tak menanggapi serius ucapan Arsen.

"Gue mau anterin lo ke pom bensin."

Elia mengerutkan alisnya dan melanjutkan pertanyaannya pada Arsen. "Lo gak latihan futsal?"

"Hari ini teman-teman banyak yang sibuk urusan keluarga jadi ya... libur dulu lah...."

"Jadi lo mau gak gue anterin kerja? Mumpung ada gratisan nih!"

Elia tersenyum dan tanpa basa-basi langsung menaiki jok belakang motor Arsen. "Makasih. Yuk jalan!"

"Pake helm dulu!"

***

Setelah sampai di pom bensin, Elia turun dan mencoba melepaskan helmnya namun ia agak kesulitan melepaskannya.

Arsen pun akhirnya membantu melepaskannya. Setelah helm itu terlepas dengan bantuan Arsen, Elia segera merapikan rambutnya yang berantakan.

"Makasih banyak ya Sen."

Arsen mengangguk lalu menarik tangan Elia mendekatinya sampai Elia pun tersentak kaget dengan apa yang dilakukan Arsen terhadapnya.

Ternyata Arsen berniat mengambil kuncir rambut yang ada di pergelangan Elia. Tak sampai disitu, Arsen juga langsung menguncirkan rambut Elia ke belakang.

Elia seketika speechless karena perilaku Arsen. Dia hanya bisa pasrah mempercayakan Arsen untuk mengikat rambutnya.

"Kalau lo kerja, rambut lo harus dikuncir! Biar gak ribet!" ucapnya masih sambil menguncir rambut Elia.

Setelah selesai menguncirnya rambutnya, Elia tersenyum kikuk pada Arsen. "M... makasih ya."

"Sama-sama."

"Hmm... gue... gue kesana dulu." Elia gugup lalu cepat-cepat melarikan diri dari Arsen.

Dia takut kalau Arsen terus melihatnya gugup dan speechless seperti itu. Tentu saja dia akan malu!

Disisi lain, masih di area pom bensin tersebut, ada yang sudah dari tadi menunggu kedatangan Elia.

Dia ada di dalam mobil sport warna hitam. Dia sedari tadi memperhatikan Elia. Sayangnya yang ia perhatikan bukanlah wajah Elia saja melainkan Elia bersama cowok brandalan yang bernama Arsen dengan segala adegan mesra yang mereka lakukan tadi.

Bagas. Iya. Dia adalah Bagas. Dari tadi ia menunggu kedatangan Elia di pom bensin. Dari tadi ia memperhatikan Elia yang turun dari motor gede cowok brandalan itu. Dari tadi ia melihat bagaimana cowok brandalan itu sangat perhatian pada Elia. Bahkan meski dari jauh, Bagas bisa melihat rasa ingin memiliki di mata ketua kelas buangan tersebut saat dia menatap Elia.

Bagas mengerutkan alisnya, Bagas mengepalkan kedua tangannya kesal saat melihat mereka. Rasanya saat ini dia sangat ingin memukul cowok brandalan tersebut. Bagas ingin mengatakan sesuatu pada Arsen dan memarahinya.

"Lo gak pantas buat Elia! Elia itu suka sama gue! Dan gue yang akan jadi cowoknya Elia! Elia hanya akan jadi milik gue!"

Bagas tidak ingin Elia bersama cowok lain, tersenyum manis pada cowok lain apalagi disentuh oleh cowok lain. Bahkan Bagas tidak ingin sehelai rambut Elia pun disentuh oleh cowok lain.

Tapi apa yang sekarang Bagas lihat? Elia dibonceng oleh cowok selain dirinya! Elia tersenyum manis padanya! Dan cowok itu... cowok itu menyentuh rambut Elia!

Meski demikian, pikiran Bagas tiba-tiba terpecah. Dia mulai maragukan dirinya sendiri.

"Dia gak pantas buat Elia? Heh, Bagas, emang lo pantas buat Elia? ; Elia suka sama lo? Lo yakin Elia masih suka sama lo setelah lo nginjak dan nyuruh dia buang surat cintanya? ; Lo akan jadi cowoknya Elia? Lo gak inget malam itu lo hanya diam aja saat Elia dan keluarganya dipermalukan? ; Elia hanya akan jadi milik lo? Bagas, kayaknya lo udah ke PD an!"

Tetap Vote dan komen ya...

Mungkin hari ini Author akan doubel up...

Pastinya buat kalian readersku tercinta...

So, tunggu ya...

Makasih...

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now