Chapter 45

48.7K 3K 151
                                    

Guys, Please! Don't be a silent reader ya...!

Tinggalkan jejak kalian dengan Vote dan Komen...

Mau ngetik saran atau semangat buat Authornya juga sangat boleh kok!

Makasih udah baca juga... Love you!

*** 

"Bisa bicara berdua gak?" tanya Bagas pada Arsen. Ya. Bagas sudah menunggu Arsen di parkiran motor setelah pulang sekolah.

"Bicara sama gue?" Arsen memastikan karena sedikit heran dan terkejut.

"Gue serius," jawab Bagas singkat.

"Oke."

Bagas dan Arsen sudah berada di belakang halaman sekolah yang sekarang sudah sangat sepi.

"Lo mau ngomong apa?"

"Jauhin Elia!" jawab Bagas to the point.

Arsen langsung mengerutkan kedua alisnya. "Emang lo siapanya Elia?" tanyanya sinis.

"Itu bukan urusan lo. Lo cukup jauhin Elia!" jawab Bagas santai namun serius. Rasa cintanya pada Elia membuat Bagas takut akan kehilangannya. Takut bila Elia akan berpindah ke lain hati mengingat Arsen satu bangku dan terlihat sangat dekat dengan Elia.

"Lo suka sama Elia? Kata gosip itu, lo udah punya pacar...."

"Gue udah bilang itu bukan urusan—" ucapan Bagas terputus karena Arsen langsung menyambat kerah depan bajunya.

"Eh, denger ya. Gue suka sama Elia. Gue akan dapatin Elia. Jadi lo jangan ikut campur urusan gue!" Arsen mulai terpancing emosi.

Bagas tersenyum sinis. "Gimana kalau Elia suka sama gue?"

Mata Arsen membulat seketika dan energinya perlahan menurun. Disaat itulah Bagas melepaskan tangan Arsen dari kerah bajunya.

"Gak mungkin! Elia itu benci sama lo! Dia gak suka sama lo!" ucap Arsen sambil menaikkan oktaf suaranya.

Bagas yang sudah emosi langsung berbalik menyambat kerah baju Arsen. "Dengar! Gue suka sama Elia dan gue gak suka kalau ada cowok lain deket sama dia!"

"Oke, Elia bukan pacar lo dan juga bukan pacar gue. Jadi gue tantang lo balap motor. Siapa yang kalah maka dia harus menjauhi Elia... gimana?"

"Bangsat lo! Lo pikir lo siapa?! Gue—" Amarah Bagas benar-benar sudah diujung kepalanya. Bahkan sekarang dia sudah hampir memukul wajah Arsen. Bagas ingin sekali melanjutkan perkataannya bahwa dia adalah pacar Elia. Namun dia berhenti karena teringat keinginan Elia yang ingin hubungan mereka dirahasiakan dulu.

"Gue apa?! Ayo pukul..! Jangan bilang lo gak berani?" tantang Arsen sambil melepaskan tangan Bagas dari kerahnya dengan emosinya.

Bagas terdiam sejenak untuk berfikir. Kalau Arsen menantangnya bermain basket, futsal atau balap mobil, sudah tidak diragukan lagi dialah yang akan menang. Tapi balap motor? Bagas sama sekali belum pernah melakukannya. Baru kali ini Bagas meragukan kemampuannya....

"Lo udah ngalahin gue saat main basket dan futsal. Tapi untuk balap motor, jangan mimpi lo bisa menang lawan gue!" Arsen mencibir Bagas dan itu sangat membuat Bagas naik pitam dan tak bisa lagi menahan amarahnya. Bagas memukul Arsen sampai salah satu pipinya lebam.

Bagaimana tidak? Sebelumnya tidak ada seorang pun yang berani merendahkan Bagas seperti itu didepannya. Bagas selalu nomor satu. Bagas selalu yang terbaik. Dan sekarang cowok dari kelas buangan ini berani menyombongkan dirinya?

"Gue terima tantangan lo!" akhirnya Bagas menjawab dengan segala emosinya lalu pergi meninggalkan Arsen sendirian.

Apa jadinya jika suatu hal diputuskan saat emosi sudah diluar kendali?

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now