Chapter 32

51.9K 3.8K 140
                                    

 Setelah berbincang dengan Om Setya, Elia berpamitan untuk pulang. Om Setya pun menyuruh Bagas untuk mengantar Elia pulang.

"Kenapa lo tadi malah bilang gitu?" tanya Bagas tanpa menolehkan pandangannya dari jalan saat dia menyetir.

Elia mencoba mengartikan pertanyaan Bagas. Ya. Tentu saja Bagas baru saja bertanya padanya kenapa dia tadi tidak menceritakan kelakuan Bagas yang sebenarnya saja pada Om Setya. Dia bisa balas dendam pada Bagas dengan menceritakannya pada Om Setya. Kenapa Elia malah bilang Bagas 'SOK'?

"Lo kan udah minta maaf sama gue," jawab Elia santai yang sontak membuat Bagas menoleh ke arahnya dan terdiam.

"Lo pacaran sama cowok brandal itu?" Entah mengapa pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Bagas.

"Ehm... Ehm...." Bagas yang baru sadar apa yang barusan ia ucapkan pura-pura batuk untuk mengurangi kegugupannya. Tapi kenapa ia harus gugup karena menanyai Elia hal itu?

Elia juga agak shock dengan pertanyaan Bagas.Yang dia maksud cowok brandal pasti Arsen. Tapi Elia heran mengapa Bagas bertanya itu padanya? Apa Bagas mulai perhatian padanya? Tidak! Itu tidak mungkin!

"Gue... sama Arsen hanya... teman," jawab Elia gugup terbata-bata.

Bagas tak bisa menahan senyumnya ketika mendengar jawaban Elia. Tak dipungkiri ada rasa lega dan senang di hati Bagas ketika Elia menjawab demikian.

Elia bisa melihat senyum yang melekat di kedua ujung bibir Bagas. Senyum yang langka. Entah mengapa Elia ikut senang dan lega akan hal itu. Tanpa ia sadari dia juga tersenyum sambil memandang Bagas yang tersenyum sambil menyetir.

"Tapi mengapa Bagas tersenyum? Apa Bagas mulai menyukai gue? Tidak! Itu tidak mungkin!" kembali lagi Elia meragukan isi pikirannya.

Ingin rasanya Bagas melanjutkan pertanyaannya dan mengetahui segala isi hati Elia. Bagaimana sekarang perasaan Elia terhadapnya. Tidak. Pasti Elia sudah tidak menyukainya! Pasti Elia sudah tidak menjadi pangagum rahasianya! Pasti Elia sudah illfeel padanya! Ya. Meski Elia sudah memaafkan dirinya.

"Hmm... Bagas... baju yang kemaren udah gue cuci. Besok pasti gue balikin kok!"

Bagas kembali tersenyum mendengar ucapan Elia. Sepertinya suara dan ucapan Elia selalu membuatnya ingin tersenyum.

"Jadi lo ingin gue make baju itu?" responnya sambil menoleh ke Elia.

Elia langsung speechless karena jawaban Bagas. "Ya... gak juga. Maksud gue—"

"Itu buat lo." Rasanya Bagas ingin sekali menambahkan kalimat setelah jawabannya tersebut. Ia ingin menambahkan 'Lo cantik banget kalau pake baju itu. Jangan dipake kalau lo bersama cowok selain gue! Apalagi kalau sama cowok brandal itu!'

Ya tapi apa daya. Bagas tak kuasa mengatakannya. Bagas terlajur malu dengan Elia akan sikapnya yang dulu terlalu arogan terhadapnya. Bagas juga bukan pacarnya Elia. Bagaimana bisa dia mengatakan semua itu?

"Tapi Bagas... baju itu sangat mahal. Gue—"

Bagas sekali lagi menoleh pada Elia dengan wajah seriusnya. Elia langsung terdiam seakan mengtahui maksud Bagas. "Sudah! Jangan menolak! Jangan banyak alasan!"

"Terima kasih." Akhirnya Elia menerimanya.

"Sama-sama."

Mareka saling diam untuk beberapa saat. Bagas masi sibuk menyetir mobil dan Elia yang setia dengan pandangan menyampingnya untuk melihat jalan.

"Teman kok mesra banget?" suara Bagas memecah suasana sunyi diantara mereka.

Elia sontak menoleh ke arah Bagas namun Bagas tetap dengan pandangan lurusnya.

Secret AdmirerUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum