Chapter 7

52.8K 3.6K 21
                                    

Hari berlalu, pagi ini semua murid sudah memenuhi bangkunya siap untuk mata pelajaran Fisika.

Bagas mengambil tasnya dan menemukan secarik kertas kecil berisikan tulisan.

Dear Bagas,

Melihatmu sudah merupakan candu bagiku....

Tanpa sadar kau telah memberikan racun rindu padaku....

Namun sayang, aku tak punya penawar itu....

Sehingga namamu selalu ada di benakku....

-Secret Admirer-

Bagas langsung menoleh ke arah kanan dan kirinya namun dia tidak melihat sesuatu yang aneh. Semua teman sekelasnya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tidak ada yang memandanginya atau mencuri pandang terhadapnya.

Sekali lagi ia tak peduli dan melanjutkan membuka buku Fisikanya.

Pelajaran Fisika sudah berlangsung. Semua murid mencatat apa yang harus mereka catat di papan tulis namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Sandra tentang Elia.

Biasanya Elia sedikit banyak mencuri pandang pada Bagas meski saat pelajaran berlangsung, tapi kali ini? Elia dari tadi sangat serius belajar dan mencatat. Apa dia benar-benar sudah melupakan Bagas?

***

"El, coba lo kemaren nonton pertandingan futsal, keren abis...!" cerita Sandra dengan ngototnya sambil makan bakso di kantin sekolah saat jam istirahat.

Elia meminum jusnya sebelum merespon cerita Sandra. "Iya, banyak yang bilang gitu juga."

"Emang lo gak penasaran?" tanya Sandra heran.

"Udahlah San..., lo tahu kan sekarang gue mau hidup normal tanpa mikirin Bagas!"

Disela-sela obrolan, tak sengaja mereka mendengar obrolan lain dari meja sebelah. Sepertinya sekumpulan anak XI IPS.

"Malang banget sih nasib Teli...," ucap salah satu dari mereka.

"Iya. Disaat hari ulang tahunnya tapi dia malah dapat musibah dibully sama anak kelas unggulan!" yang lain menanggapi.

"Jelas dia shock lah sampai dia keluar dari sekolah ini!" tambah yang lain.

Elia dan Sandra hanya diam sambil bertatapan penuh arti.

"Anak kelas unggulan emang gitu! Lihat aja betapa songongnya mereka saat jalan apalagi berpapasan dengan kita! Kalau mereka lihat kita, mereka seperti melihat sampah!"

"Udahlah guys, nggak ada gunanya kita ngomong kayak gini. Kenyataannya mereka adalah murid-murid terbaik dan andalan sekolah kita plus dari jaman bahula sampai sekarang adegan 'takut dengan kelas unggulan' itu masih melekat di sekolah ini!"

"Oke, oke, tapi tetep aja mereka itu antisosial!"

Tiba-tiba Sandra berdiri dan mendekati sekumpulan cewek IPS tersebut karena tak tahan dengan obrolan mereka namun Elia masih duduk terdiam di kursinya.

"Eh Kalian!" teriak Sandra yang sudah berdiri di samping meja makan mereka.

Sontak mereka semua terbelalak kaget serta ketakutan melihat Sandra. Meski penampilan Sandra lebih mirip cewek culun, tetap saja Sandra ditakuti oleh mereka karena Sandra adalah anak kelas unggulan.

"Kalian mengolok-olok kelas gue? Hah?!" Sandra berteriak dengan nada tinggi.

Mereka hanya diam dan saling pandang karena ketakutan.

"Eh, sekarang gue nanya ya sama kalian semua. Dulu saat tes masuk penjurusan kelas XI, siapa diantara kalian semua yang tidak memilih kelas unggulan? Hah? Ayo jawab!"

Mereka tentu saja tidak bisa menjawab pertanyaan Sandra. Iya. Tentu saja dulu mereka semua berharap bisa masuk ke kelas unggulan karena kelas tersebut memang kelas terbaik dengan 'status sosial' yang tinggi di sekolah tapi kenyataannya kemampuan mereka tidak mencukupi untuk memasuki kelas tersebut.

Tiba-tiba Dita, Rika dan Anggun, sekumpulan cewek yang dulu membully Teli juga mendekati mereka.

"Ada apa nih San?" tanya Dita santai pada Sandra.

Kedatangan Dita, Rika dan Anggun menambah ketakutan di raut wajah mereka. Bagaimana tidak? Teman sekelas mereka, Teli dibully sampai dia memutuskan untuk keluar dari sekolah ini. Dan sekarang diam-diam anak IPS menjuluki mereka sebagai 'Black Geng' mengingat wajah Teli saat keluar dari kelas unggulan penuh dengan coretan spidol warna hitam.

"Ini-," Sandra mencoba menjelaskan namun Elia segera menyelanya.

"Eh, tidak. Tidak ada apa-apa kok Dit," ucap Elia cepat sambil menggandeng tangan Sandra.

Sandra melihat Elia dengan wajah cemberut namun Elia tidak peduli dan langsung menggeret Sandra keluar kantin.

"Lo kenapa sih El?" tanya Sandra sambil melepas tangan Elia dari lengannya.

"Lo yang kenapa?!" Elia bertanya kembali sikap Sandra yang menurutnya berlebihan.

"El, mereka menghina kita! Masak kita harus diem aja? Kita anak kelas unggulan!"

Elia menatap mata Sandra dengan tajam. "San, coba bayangin kalau gue yang jadi Teli, lalu lo akan bisa berada di posisi mereka! Mereka baru saja kehilangan teman mereka! Teman mereka dibully didalam kelas kita! Mereka gak bisa berbuat banyak buat teman mereka! Wajar dong kalau mereka marah sama kita!"

"Tapi El, kita udah dihina!"

"San, lo udah marahin mereka di depan umum kan? Terus kenapa lo masih mau ngadu ke Dita? Gue rasa lo udah sangat berlebihan!" jelas Elia dengan volume naik yang mulai kesal karena tak sependapat dengan sahabatnya.

Sandra mendengus dan terdiam. Dia tidak bisa melawan perkataan Elia. Elia pun terdiam dan mengatur nafasnya.

"San, gue minta maaf ya udah teriak-teriak sama lo."

"Iya gak pa pa kok El, gue juga minta maaf."

"Kita balik ke kelas yuk!"

Sandra tersenyum dan memberi anggukan setuju pada Elia sebelum mereka berdua berjalan ke kelas.

Tungguin lanjutan ceritanya ya....

Jangan lupa vote dan komen....

Love you....

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now