Part 8. Kelakuan Abi

40.6K 3.3K 73
                                    


Dengan kesal, Iinas masuk mengikuti Abi buat nyari gaun pengantinnya. Eh, baju pengantinnya. Iinas duduk di sofa yang telah disediakan, mengabaikan calon suaminya yang mengikuti mbak pegawai butik.

"Keluarkan semua modelnya. Biar saya pilih sendiri." Wuih, sombing sekali ternyata si batu kali. "Setelah itu, jaga jarak dengan saya."

What?? Jaga jarak? Emang lu truk gandeng apa?

Iinas menggerutu dalam hatinya melihat tungkah calon suaminya yang minta dikasih tambahan pelajaran PKn. Kalau perlu kasih salah satu ayat KUHP deh.

"Iya Mas." jawab pegawai butik kikuk. Sebenarnya mereka sudah biasa sih ngadepin orang kayak begini. Maklum, holang kaya. Kalau kelakuan minus, itu wajar. Begitu pikir mereka.

Tapi tetap saja, tiap mendapat perlakuan seperti ini, mereka masih saja sempat buat kaget. Nggak pernah terbiasa dengan kelakuan kayak begini.

"Ini semua koleksi dari kami, Mas tinggal pilih, nanti masalah ukuran, bisa dicustom." Mbak pegawai butik membawa satu rak beroda berisi model pakaian penganti lelaki untuk Abi, yang kalau menurut Iinas, modelnya sama semua.

"Gaun pengantinnya mana? Sekalian biar saya yang pilih." kata Abi setelah menerima koleksi baju itu. "Keluarkan semua." lanjutnya.

Nah, kumat deh songongnya.

Iinas mendengkus, memikirkan lagi gimana hudupnya nanti. Kelar deh, kelar!

Lima belas menit Abi mengobrak-abrik koleksi baju pengantin butik, diambil, digantung lagi, diambil, digantung lagi. Gitu terus sampai negara api menyerang. Baru deh, Iinas dipanggil.

"Sini." katanya. Tangannya sudah memberi kode ke Iinas untuk mendekat padanya. "Coba yang ini." lanjutnya, lalu menyerahkan sebuah gaun ke tangan Iinas.

"Yakin yang ini?" tanya Iinas. Dia kembali meneliti gaun yang baru saja dikasih Abi. "Katanya tadi mau yang simpel? Ini mana ada simpel-simpelnya? Ini malah lebih heboh dari gaun yang pertama saya coba!" kata Iinas jengkel.

Gimana enggak, gaun pertamanya tadi menurut Iinas sudah mewah. Gaun panjang dengan payet di bagian dada, dengan bagian bawah yang sedikit mengembang. Abu bilang suruh ganti yang simpel. Nah ini apa? Kalau bisa dibilang, yang baru saja dikasih Abi adalah gaun paling wow di butik ini.

Bukan cuma bagian bawahnya yang mengembang, tapi gaun itu dipenuhi dengan hiasan bulu-bulu. Entah bulu merak atau bulu angsa, Iinas nggak tau. Belum lagi, gaun itu besar dan panjang, yang pasti berat kalau buat jalan. Ohya, jangan lupakan buntutnya yang juga panjang. Berupa veil untuk menutupi kepalanya, tapi panjangnya udah kayak jalan tol.

Simpel dari hongkong?

Kalau keinjek, gue juga yang malu!

Iinas sudah membayangkan bagaimana pesta pernikahannya nanti. Dia yang pakai veil panjang, terus ada anak kecil lepas dari tangan ibunya, lari-larian, terus nginjek kerudungnya yang panjang. Tamat sudah riwayat Iinas.

"Mas mau ngerjain saya?" todong Iinas tidak terima. Betapa dia sudah kesal dengan calon suaminya ini.

"Tidak, saya hanya berubah pikiran." katanya santai. Lalu, calon suaminya itu meninggalkan Iinas dengan kejengkelannya dan duduk di sofa yang tadi diduduki Iinas. "Coba saja. Jangan banyak protes." tambahnya yang makin menyulut emosi Iinas.

Emang minta diguyur pake aer got nih laki!

Sabar Iinas, sabar.

"Keluar sana!" perintah Iinas. Ya masak iya, dia mau ganti baju tapi si batu kali mantengin di situ.

Guide to Our MarriageWo Geschichten leben. Entdecke jetzt