Part 51. Abi Trauma Lagi

47K 2.7K 188
                                    


"Mmaaaas... Aaah!"

"Ssst. Jangan kenceng-kenceng sayang. Nan-ti oranghh.. orang tua. kamu. denger." kata Abi terbata-bata. Sebelah tangannya segera menutup mulut cantiknya Iinas.

"Mmmhhh..."

"Tahan sayang, bentar lagiih." Abi terus bergerak. Pelan, namun intens. Membuat Iinas makin kelabakan. Sesekali tubuhnya meluk Iinas yang meringkuk miring di tepi ranjang.

Tubuh Iinas bergetar, gerakan Abi barusan udah nggak bisa dia tolerir lagi. Tubuhnya udah kejang-kejang kayak kesetrum. "Haahhh... Haaah." juga napasnya jadi ngos-ngosan.

Abi berhenti sebentar, ngebiarin Iinas buat menikmati saat-saat pelepasannya. Lalu, selang beberapa detik kemudian, Abi gerak lagi, pelan-pelan. "Aku lanjut ya." katanya.

Iinas diam aja. Tubuhnya masih bergetar halus dan otaknya masih ngeblank. Ini adalah seks pertama mereka setelah hampir satu bulan mereka puasa.

Jadi ceritanya, sekitar sebulan yang lalu, Abi ada kerjaan di Surabaya. Dia di sana sekitar seminggu lamanya. Tentu aja dia sendirian, nggak bawa Iinas buat nemenin dia kerja. Karena, sekarang usia kandungan Iinas udah masuk bulan kedelapan.

Nah, pasti tau sendirilah gimana Abi kalau nggak ada Iinas. Kacau hidupnya. Dan, begitu pulang, Abi kalap. Maruk. Lepas kontrol, saking kangennya sama istrinya yang makin montok itu. Abi lupa waktu dan lupa diri pas begituan sama Iinas, hingga terjadilah tragedi berdarah dari Abi buat Iinas.

Abi panik banget saat itu, keringet dingin langsung ngucur deras di sekujur tubuhnya. Pikirannya kosong, dan jantungnya udah mau copot aja.

"Iinas, gimana ini? Kamu berdarah!" katanya panik. Gak banyak sih darang yang keluar, tapi cukup buat bikin abi kehilangan napas beberapa detik.

"Sakiit Mas." rengek Iinas, perutnya berasa nyeri sekarang, ngebuat Abi makin panik. Apalagi, air mata Iinas udah mulai ikutan ngalir. "Mas sih!" Iinas berusaha buat duduk, mau lihat seberapa parah kelakuan  Abi kali ini.

"Aduh! Ya Allah!" Sedang Abi malah mondar-mandir nggak jelas. Kuku-kuku jarinya udah mulai habis karena digigitin.

"Panggil dokter Mas!" teriak Iinas, bingung ngelihat Abi yang muter-muter di depannya.  Mana masih telanjang lagi.

"Dokter! Iya dokter!" Abi buru-buru lari buat ngambil hp di atas nakas. Bingung, dokter mana yang harus ditelepon. Ini kan udah jam 11 malem, rumah sakit udah tutup kan? Gimana dong? Nanti Abi malah ganggu tidur dokternya lagi.

"Mas cepetan! Sakiit!?" teriak Iinas. Gemes sendiri ngelihat kelakuan suaminya.

"Dokter mana ini yang harus aku telepon?" tanya Abi makin panik aja.

"Panggilin Mama Papa aja! Buruan." Iinas nggak kuat lagi. Sebenernya nggak yang sakit banget sih, masih bisa Iinas tahan. Cuma ya Iinas takut banget. Takut terjadi sesuatu sama calon anak-anaknya.

Abi langsung ngelempar hpnya ke kasur, buru-buru lari buat manggil mertuanya. Iinas sama calon bayi-bayinya butuh pertolongan segera. Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk, rasanya Abi mau mati aja.

"Maaaaas!"

"Apalagi?"

"Pake baju dulu! Mas mau telanjang ngadep mertua?"

"Astaghfirullah!"

"Sekalian ambilin aku baju."

"Iya-iya." Abi lari lagi, ngebuka lemari dan ngambil baju apa aja buat dia pakai.

"Ini, bisa pakai sendiri?" tanyanya. Otaknya udah mulai bener kayaknya.

"Bisa. Cepet panggilin Mama." Tanpa bicara lagi, Abi langsung ngacir buat bangunin mertuanya.

Guide to Our MarriageWhere stories live. Discover now