Part 37. Emosi Abi

45K 3.1K 171
                                    

Sekian detik, Abi baru kembali mendapatkan kesaradannya. Kedua tangannya langsung menyentuh pundak wanita yang sedang nemeluknya. Abi mendorongnya keras, sampai wanita itu jatuh.

"Ayo, kita pulang." Abi kembali menggandeng tangan Iinas, dan menariknya pergi. Nggak perduli sama wanita yang meringis akibat dorongannya.

"Tapi Mas-"

"Kita pulang." jawab Abi makin datar. Padahal Iinas mau nolongin mbak-mbak yang baru aja Abi dorong. Kan kasian, Iinas dulu juga pernah jatuh kayak gitu. Rasanya tuh malu.

"Bi! Abi!"

Abi mengabaikan wanita itu. Wanita gila yang harusnya nggak pernah muncul di hidup Abi. Wanita yang dibenci Abi seumur hidupnya.

"Abii!" Wanita itu masih berteriak. Dorongan Abi barusan cukup kuat rasanya. Abi nggak perduli kalau yang didorong itu cewek. Yang tenaganya nggak ada setengah dari punya cowok.

"Abi tunggu!"

Setelah beberapa saat mencoba buat berdiri, akhirnya dia bisa mengejar Abi. Ada banyak hal yang harus dia jelaskan sama Abi. Juga, dia belum sempat minta maaf sama Abi.

"Jangan pernah lagi muncul di hadapanku!" desis Abi. Tangannya menepis kasar tangan wanita itu.

"Dengar Bi, kita harus bicara. Aku mau minta maaf."

"Cukup! Anggap saja aku sudah memaafkanmu! Dan untuk itu, jangan pernah muncul lagi!"

"Tapi Bi, Aku me-"

Abi malah narik Iinas makin cepat lagi. Iinas sampai harus setengah berlari buat ngikutin Abi. Kaki Abi yang panjang, ditambah langkahnya yang cepat, Iinas makin kuwalahan.

"Mas, pelan-pelan." kata Iinas. Kalau gini caranya, Iinas bisa muntah. Baru makan, tapi malah diajak lari.

Abi kesal menatap Iinas. Dia beneran pengen pergi dari tempat itu sekarang juga! Kalau bisa, Abi mau gendong Iinas. Biar jalannya yang lelet itu, bisa makin cepat.

Setelah menatap Iinas begitu, Abi menggeram, lalu pergi gitu aja. Ninggalin Iinas yang nggak percaya dibuatnya. Agak syok lihat Abi yang malah makin cepat perginya.

Jadi gue ditinggalin?

"Mas Abiiii!" giliran Iinas yang teriak.

Ah! Bodo amat!

Batin Iinas. Dia nggak mau perutnya sakit, terus muntah di tengah jalan dan dikerumuni orang-orang. Mendingan Iinas ditinggal Abi. Dia bisa naik taksi nanti pulangnya.

Iinas makin memelankan langkahnya. Udah nggak ada yang nunggu ini. Buat apa grasa-grusu. Pikirnya begitu.

Tapi, pas di depan pintu lobby, Iinas ngerasa tangannya ditarik. Oleh Abi. "Lama banget!" protes Abi.

Abi gemas sendiri sama Iinas. Dia bahkan udah 5 menit nunggu di depan lobby, tapi Iinas nggak sampai juga. Tangannya udah gatel pengen ngangkut Iinas ke pundaknya. Tapi Abi tahu, Iinas bisa ngamuk kalau digituin.

"Bodo!" jawab Iinas. "Kirain udah pulang duluan. Ngapain pake ditunggu?" tambah Iinas. Mukanya udah nggak santai, kesel sama Abi yang ninggalin istrinya gitu aja.

"Nanti kamu diculik mantan kamu yang nggak tau diri itu!" balas Abi ikutan ngegas.

Iinas langsung jalan ninggalin Abi. Kesel. Udahlah acara jalan-jalan baru sebentar, ada mantannya datang, eh malah ketambahan wanita siapa tadi. Iinas juga nggak kenal. Cuma Abi yang tau.

Hahh! Mantannya tuh! Mau ngajakin balikan juga?!

Dasar! Nggak tau apa Abi itu udah jadi suami orang??!

Guide to Our MarriageМесто, где живут истории. Откройте их для себя