Part 48. Konseling Satria

40.8K 3.1K 354
                                    


Abi benar-benar meradang hari ini. Rasanya pengen ngamuk aja. Bukan, bukan ngamuk. Abi malah pengen gebukin orang. Kenapa? Kenapa lagi kalau bukan karena Iinas yang nempel banget sama Fahim.

Abi sampai heran sendiri. Perasaan, selama mereka menikah, Iinas kalau ketemu Fahim juga biasa aja. Nggak yang manja banget kayak gini.

Contohnya tadi pagi buta pas sarapan. Dan ya, akhirnya mereka semua sarapan pagi subuh-subuh. Iinas bukanya duduk di dekat Abi, malah nempel sama Fahim. Belum lagi, Iinas yang manja banget minta disuapin sama Fahim. Mana pake tangan lagi! Rasanya Abi pengen balikin meja makan saat itu juga. Tapi sayang, ada mertuanya di sana. Jadinya Abi nggak berani.

Terus, paginya, selesai mereka sarapan Iinas masih aja nempel sama Fahim. Ngajakin nonton film pagi-pagi. Dan, Iinas tiduran di pahanya Fahim. Sumpah ya, kalau boleh, Abi pengen tenggelamin aja itu kakaknya Iinas.

Dan sialnya lagi, Abi diabaikan seharian sama Iinas. Nggak dianggep banget. Pokoknya Iinas ngintilin mulu kemana si Fahim pergi. Mana hari Sabtu lagi. Udah jelas Fahim juga libur.

Tambah terpuruklah Abi.

Hingga akhirnya, di sinilah dia sekarang. Di sofa empuk, bersama wanita yang cantik banget. Pakr jilbab warna ungu muda. Senyum wanita itu sungguh bisa buat hati seorang Satria klepek-klepek. Manda, Istrinya Satria, juga bayi mungil berusia hampir 3 bulan di pangkuannya. Almeera.

"Kenapa lagi lo?" tanya Satria yang baru aja dateng. Duduk di sebelah Manda tentu saja.

"Cuma suntuk aja." jawab Abi. Sebenarnya dia mau cerita, tapi ada Manda di sana, jadinya Abi nggak mau. Fyi, Abi ini orangnya cukup tertutup. Hanya beberapa orang saja yang dekat dengannya. Termasuk Satria, tapi tidak termasuk Manda.

"Iinas lagi?" tebak Satria.

Abi cuma diam aja.

"Ma, ajak Meera main di taman aja ya." kata Satria. Ngasih kode buat Manda, kalau mereka butuh bicara berdua aja.

"Oke," jawab Manda. "duluan ya, Bi."

"Iya." jawab Abi datar.

"Kenapa?"

"Kesel gue!" Dan Abi mulai menunjukkan dirinya yang lain. Atau yang sebenarnya? Ya beginilah dia kalau udah di udah di depan sepupu tercintanya ini.

"Kenapa lagi sih?"

"Lo tau Fahim kan?"

"Iya tau, kakaknya Iinas kan? Kenapa?"

"Masak dia lengket banget sih sama Iinas. Heran gue." adu Abi.

"Lengket gimana?" tanya Satria nggak ngerti sama maksud Abi. "Kayak upil sama jari telunjuk gitu?"

"Jorok banget sih lo!" Abi melempar tatapan tajam juga ekspresi jijiknya ke Satria. Iyyuh banget deh perumpamaan Satria itu.

"Ya terus gimana?"

"Ya lengket banget Sat! Nempel banget pokoknya, mulai dari Iinas yang suka banget nyiumin kakaknya itu, sampai pelukan, terus suap-suapan lagi." jelas Abi kesal.

"Ya kan Kakaknya sendiri sih Bi. Lo gimana sih?"

"Tapi tuh beda Sat. Mereka dekatnya nggak kayak sodara. Nggak kayak kita gini. Emang gue pernah cium lo?" bantah Abi.

"Anjir lo! Bisa mabok tujuh turunan gue kalo lo sampe nekat nyium gue. Amit-amit!! Ngaco lo kalo ngomong!"

"Nah kan? Terus kok mereka gitu?"

"Ya beda kali Bi! Namanya adek, kadang emang suka lengket gitu sama kakaknya. Terus kakaknya sayang banget sama adeknya. Masalahnya dimana?"

"Ya itu masalahnya Sat! Gue nggak suka! Iinas aja bisa sampai lupa sama gue."

Guide to Our Marriageحيث تعيش القصص. اكتشف الآن