Part 40. Tangisan Iinas

45.3K 3.2K 264
                                    


"Nas, dipanggil boss tuh!"

Iinas yang lagi sibuk sama komputernya, teralih mendengar suara Niana. "Duh, kenapa lagi deh."

"Tau ah, tapi siap-siap aja. Kayaknya moodnya si Boss lagi nggak bagus. Gue nggak ada salah, tetep aja kena semprot." omel Niana yang baru aja keluar dari ruangan sang atasan. Mungkin setelah ini, bakalan Iinas yang dapet giliran.

"Huhh!"

Iinas segera ninggalin kerjaanya, karena dia tau, bossnya itu paling nggak suka nunggu. Apalagi kalau lagi bad mood begini. Bisa abis Iinas.

"Bapak manggil saya?" tanya Iinas setelah mengetuk pintu dan membukanya.

"Iya."

"Ada apa Pak?" tanya Iinas. Perasaan desain cafe yang dipegangnya masih lama deh deadline-nya. Progressnya juga masih fine-fine aja.

"Bagaimana progress dari Russel Cafe?" tanya bossnya datar.

"Baik Pak. Sudah 70%. Cuma, bagian interiornya yang masih kurang. Tapi saya yakin, tidak akan melampaui tenggang waktunya." jelas Iinas meyakinnya. Selama pengerjaan projek ini, nggak terlalu ada masalah. Owner suka dengan desain yang diajukan Iinas. Mereka juga nggak terlalu rewel dan minta ini dan itu.

"Bagus! Saya nggak mau ada keterlambatan. Kamu suruh Sita buat mempercepat interiornya. Dia tanggung jawab kamu."

"Iya Pak."

"Karena progress kamu bagus, lusa kamu berangkat ke Balikpapan. Aldi mendadak sakit."

"Saya Pak?"

"Iya, kamu."

"Kok mendadak sih pak?"

"Kalau Aldi bilang mau sakit dari minggu lalu, saya juga bakalan minta kamu dari minggu lalu!"

"Tapi kan yang ngerti desainnya itu Aldi, Pak. Saya nggak ngerti apa-apa."

"Kamu kan bisa mempelajarinya? Apa susahnya sih?!"

"Tapi Pak, sa-"

"Nggak ada tapi. Saya sudah minta Arny buat urus tiket kamu. Besok pagi, kamu berangkat ke sana. Kamu boleh pergi."

What the!

Apa susahnya katanya?

Iinas menggerutu sendiri. Dikiranya gampang apa mempelajari desain. Iinas kan sama sekali nggak ngerti sama projek itu. Mana proyek pemerintah provinsi lagi.

Ah, sial!

Kenapa hari seninnya yang cerah ini berubah jadi kelam sih? Lagian itu si Aldi, ngapain juga pake sakit segala. Nggak bisa ditunda besok apa?

"Kenapa Nas?" todong Niana langsung, pas Iinas kembali ke ruangan mereka dengan tampang kucel.

"Masak gue disuruh ke Balikpapan sih Na!"

"Hah? Ngapain?"

"Gantiin si Aldi!" jawab Iinas kesal. "Gue kan sama sekali nggak ngerti sama projek itu. Duh, bakalan disidang sama orang dinas nih gue."

"Emang nggak ada yang lain?"

"Tau deh! Awalnya aja muji, eh ujung-ujungnya gue disuruh pergi. Mana pagi banget lagi."

"Terus lo pergi sendiri?"

"Iya. Gimana sih si Boss. Harusnya kan principal-nya yang disuruh dateng. Atau paling enggak, yang satu tim sama mereka. Malah gue yang nggak ngerti apa-apa yang disuruh maju. Mana proyek pemerintah lagi!"

Guide to Our MarriageWhere stories live. Discover now