Part 32. Mas Abi Ngambek Lagi?

57.3K 3.6K 324
                                    


Ciuman mereka terus berlanjut. Iinas masih asik duduk di pangkuan Abi sambil membalas lumatan Abi. Tangannya nggak bisa diam, dari tadi meremas pundak Abi, kalau nggak gitu ya rambutnya Abi.

"Mass... Emmh!" Iinas nggak tahan pas bibir Abi menghisap lehernya. Hijabnya juga udah lepas dari tadi. Jadi, Abi bisa bebas eksplore leher mulusnya.

"Iinaas." desah Abi. Selangkangannya udah ngilu dari tadi. Apa lagi pas dia mengajak Iinas duduk di pangkuannya. Sakit banget rasanya. Ditambah Iinas yang nggak bisa diam. Badannya gerak-gerak mulu, sering banget nyenggol adik kebanggaannya.

Iinas mendekap kepala Abi di dadanya. Nafasnya mulai dia atur. Mereka berdua nggak boleh keterusan. "Mas, udah ya." kata Iinas. Menghentikan bibir Abi yang berusaha menggapai lehernya.

"Kamu siksa saya."

"Tapi kita nggak boleh gini."

Abi segera mendekap Iinas makin erat. Mencoba meredakan hasratnya yang mulai naik ke permukaan. Perlahan, dibaringkan tubuhnya ke sofa panjang apartemen. Membawa serta Iinas dalam pelukannya.

Abi mejamin mata, tangannya mengelus lembut punggung Iinas. Kakinya mengapit rapat kaki-kaki Iinas. "Kita belum mandi mas." kata Iinas dalam kurungannya Abi.

"Nanti saja."

"Belum makan juga."

"Nanti."

"Tapi aku lapar."

"Kamu diam dulu sebentar. Nanti kita delivery saja."

"Tapi aku nggak bisa nafas."

Setelah menghela napasnya, Abi akhirnya ngelepasin Iinas. Dibalik tubuh istrinya itu, lalu mendekapnya dari belakang. "Sekarang sudah bisa." kata Abi.

"Sempit Mas."

"Kamu bisa diam sebentar nggak sih?"

"Iya. Oke, diam." Iinas diam, nurutin Abi.

Beberapa menit mereka diam. Abi dengan usahanya buat nenangin adik kecilnya, dan Iinas hang diam karena memang disuruh diam sama Abi.

"Iinas, kamu jangan gerak-gerakin bokong kamu begitu." kata Abi yang merasa ketenangannya diusik sama bokong seksinya Iinas.

"Enggak kok. Kan aku diam, Mas tuh yang maju-maju. Sampe kerasa." bantah Iinas.

Nggak mau debat, Abi sedikit menurunkan tubuhnya. Menghindari serangan bokong Iinas yang buat kepalanya tambah pening.

"Iinaas." panggil Abi. Sebelah tangannya mengelus perut Iinas, makin lama makin ke atas.

"Hmm?" Iinas nurunin tangan nakal Abi.

"Buka dikit ya?" Tangan Abi balik lagi ke atas.

"Apanya?" tanya Iinas, kembali nurunin tangan Abi.

"Ini." jawab Abi, lalu tangannya meremas sebelah dada Iinas.

"Ih! Nggak boleh Mas." Iinas menggenggam tangan Abi, lalu diletakkan kembali di perutnya.

"Dikiiit aja." mohon Abi. Kini giliran tangan kirinya yang mulai ngulah.

"Nggak boleh!"

"Kenapa? Nggak ada yang larang kok. Asal jangan masuk aja."

"Kata siapa??"

"Satria."

"Hish!" Sebenarnya, sedekat apa sih Abi sama Satria ini?? Apa-apa kok perasaan Abi selalu nyebut Satria. "Nanti kebablasan Mas. Mas mending mandi sana deh. Biar adem pikirannya."

Guide to Our MarriageWo Geschichten leben. Entdecke jetzt