Part 35. Jalan-jalan Sama Iinas

62.7K 3.3K 313
                                    


Pagi yang cerah!

Setelah seharian kemarin Iinas digempur tanpa ampun sama Abi, di minggu pagi yang cerah ini, Iinas sudah merencanakan buat jalan-jalan sama Abi. Ya meskipun palingan cuma ke mall, atau makan di luar, tapi ini akan lebih baik dari pada Iinas dikurung di kamar sama Abi.

Kemarin, Iinas juga udah memohon sama Abi buat nggak ngelakuin itu lagi di sepanjang hari minggu. Iinas minta waktu istirahat. Iinas butuh refreshing katanya.

Abi menyutujuinya, walaupun setelah perdebatan dan rayuan alot yang berujung dengan Iinas tepar lagi di atas ranjang. Sama malamnya Iinas juga harus menuruti Abi dan membuat dirinya tepar di atas sofa. Abi emang beneran udah gila!

Kapan-kapan, Iinas mau tuntut Bang Satria yang udah ngasih buku laknat itu buat Abi. Abi yang seneng, tapi Iinas yang lemes. Ya, walaupun pas digituin, Iinas selalu manggil-manggil dan mendesahakn nama Abi sih. Cuma, pas udah selesai, Iinas baru ingat kalau digituin tuh bikin capek badannya.

"Kamu udah siap?" tanya Abi.

Iinas masih di depan meja rias. Abi udah siap dari tadi, dan menunggu Iinas buat dandan. Ternyata, Iinas lama juga dandannya. Untung cantik!

"Bentar. Dikit lagi."

"Apanya sih yang belum?"

"Maskaranya belum nih." jawab Iinas. Dengan cekatan, tangannya mengambil mascara, dan mengoleskan ke bulu matanya yang udah lentik itu.

Abi cuma mendesah lelah aja. Maskara tuh apaan sih? Abi nggak ngerti. Lagian, apa gunanya coba bulu mata Iinas digituin. Iinas polosan aja Abi udah suka.

Hah! Mending Abi nunggu sambil nonton tv aja.

Iinas cukup mengacaukan fantasi dan planingnya. Harusnya hari ini kan mereka lewatin kayak kemarin, cuma pake posisi yang beda-beda aja. Abi juga pengen banget ngelakuin itu di meja dapurnya. Pasti Iinas terlihat lebih lezat dan menggairahkan.

Tapi, melihat Iinas yang memohon dan mengeluarkan rengekan manjanya, Abi bisa apa? Dan akhirnya mereka hari ini keluar buat jalan-jalan. Padahal Abi lebih senang mereka berdiam diri saja di rumah. Kan bisa buat menghindari maksiat!

"Ayo Mas!" Iinas muncul dari depan kamar mereka.

Abi segera mematikan tv di depannya. Berdiri, dan menarik pinggang Iinas merapat ke tubuhnya. "Ayo." katanya.

"Mas, ini jalannya nggak bisa yang biasa aja?" protes Iinas sambil berusaha melepas tangan amAbi yang meingkar di linggangnya.

"Memang ini tidak biasa? Kan kita jalannya nggak sambil salto."

"Hish!" Iinas mencubit pinggang Abi.

"Sudah, kamu jangan banyak protes, nanti saya malah berubah pikiran." kata Abi. Melihat Iinas dalam balutan busana tertutup gini aja, nggak sedikitpun menyulitkan Abi buat melihat apa yang ada di balik pakaian Iinas. Abi tau semuanya. Abi udah hafal. Kemarin sudah dieksplore sama Abi.

Sedang Iinas cuma merengut pas Abi bilang gitu. Kalau sampai nggak jadi, Iinas bakalan minta aja buat dipulangin ke rumah orangtuanya. Iinas mau ngadu sama mereka, biar Abi dimarahi.

.....

Pertama kalinya Abi nemenin Iinas shopping, dan rasanya Abi mau jadiin sekalian yang terakhir. Dua jam mereka mengitari mall, dan Iinas belum menemukan apa yang dicari.

Kan, apa Abi bilang! Berdiam diri di apartemen itu lebih menyenangkan!

"Iinas, kamu cari yang bagaimana sih?" tanya Abi mulai kesal.

"Yang modelnya kayak gini, Mas." Iinas menunjuk sebuah baju. "Tapi bahannya yang ringan, terus warnanya soft gitu." tambahnya.

"Memang selama dua jam tadi kita keliling, nggak ada?"

Guide to Our MarriageWhere stories live. Discover now