Part 43. Mas Abi Nggak Ngambek Kok

52.6K 3.2K 336
                                    


Pelan-pelan, Abi nyuapin Iinas. Telur orak-arik ala dirinya berhasil disajikan dengan cukup baik. Ah, kalau telur doang mah, Abi bisa. Beda lagi kalau sama sate kambing!

"Enak?" tanya Abi.

"Enak. Pas garamnya."

Abi tersenyum. Seneng banget bisa masakin buat Iinas. Biasanya Iinas yang masak buat Abi. Ya, meskipun semenjak mereka berdua kerja, Iinas jadi jarang banget masak. Palingan pas weekend doang.

Ngomongin soal kerja, Abi jadi ingat. Abi pengen Iinas berhenti sekarang aja. Nggak usah nunggu-nunggu bulan depan. Ini tuh,  baru tanggal 6, dan bulan depan masih lama. Ngelihat Iinas yang sakit begini, Abi jadi nggak tega. Apalagi Iinas sering lembur dan pulang malam. Ditambah, Abi yang baru tau kalau Iinas suka skip makan siangnya.

Hahh! Gimana nggak sakit coba?!

"Iinas, kamu nggak usah masuk ya hari ini." pinta Abi sambil menyuapi Iinas.

"Masuk Mas. Kerjaan Iinas banyak."

"Tapi kan kamu lagi sakit begini. Kerjaan bisa nanti-nanti."

"Nggak bisa Mas. Hari ini harus selesai. Soalnya besok Iinas harus ke Balikpapan." jelas Iinas setelah berhasil menelan suapan Abi.

"Apa kamu bilang? Kamu mau ke Balikpapan?" Abi langsung menghentikan suapannya buat Iinas. Kaget sama apa yang baru dibilang Istrinya.

Iinas masih sakit, dan mau ke Balikpapan??

"Iya. Mungkin dua hari di sana." jawab Iinas tanpa dosa. Nggak tau kalau Abi udah mulai naik tensinya.

"Saya nggak ijinin!" kata Abi tegas.

"Tapi Mas, ini penting dan mendesak. Iinas harus berangkat buat nyeleseiin masalah di sana."

"Pokoknya saya nggak kasih izin!"

"Mas, please. Boleh ya? Iinas nggak main-main kok di sana."

"Enggak Iinas. Kamu nggak nyadar kalau kamu lagi sakit begini. Berangkat kerja aja saya larang. Apalagi berangkat ke Balikpapan. Nggak!"

"Mas, ayaolah. Boleh ya, sekali aja. Kan bulan depan Iinas udah resign."

"Nggak. Saya mau kamu resign hari ini juga!"

"Maaas..." Iinas mulai merengak. "Ya, boleh ya?"

"Nggak! Saya bilang tetap enggak. Terserah kalau kamu nggak nurut. Pokoknya saya nggak kasih izin." kata Abi tegas. Tangannya langsung meletakkan omelet yang masih setengah itu, ke pangkuan Iinas. Sedang dia sendiri, langsung berbaring memunggungi Iinas dan menutup seluruh tubuhnya pake selimut.

Duh, Mas Abi ngambek lagi nih.

"Mas, jangan ngambek dong." kata Iinas mengguncang pundak suaminya.

"Maaaas. Mas Abiii." tapi Abi tetap diam. Malah semakin ngeratin selimutnya.

"Iinas udah sembuh kok, nanti tidur bentar juga udah sehat lagi. Abis ini juga minum obat yang dibeli tadi malam. Jadi paginya bisa kerja lagi." jelas Iinas berusaha meyakinkan Abi.

"Mas Abiii. Jangan gini dong. Iinas belum kenyang makannya. Suapi yaaa."

"Makan sendiri." kata Abi datar.

"Suapi lagi yaaa."

"Jangan pergi."

"Iinas kemarin udah mau nolak, tapi nggak dibolehin sama si Boss."

"Makanya kamu resign aja hari ini." Abi mulai lunak lagi. Selimutnya udah dia buka sedikit dan mengubah posisinya jadi terlentang.

"Nanti kalau Iinas resign gitu aja, Iinas nggak dikasih surat rekomendasi dong. Kan tanggung jawab Iinas juga belum selesai." jelas Iinas.

Guide to Our MarriageWhere stories live. Discover now