Part 18. Iinas Maunya Apa?

46.2K 3.8K 314
                                    


Malam pun tiba, setelah seharian Abi berpanas-panas ria membakar daging kambing khusus buat Satria. Beuh, kalau bukan sepupu, ogah Abi. Mana Iinas nggak mau bantuin lagi. Semua diserahkan sepenuhnya ke Abi. Mulai motong, nusuk-nusuk, sampai bakar. Iinas cuma bikin bumbunya aja. Sama kasih tutorial yang kelewat singkat buat Abi.

Padahal Abi kan nggal bisa masak. Dia bisanya cuma bikin sereal dikasih susu srawberry. Kalau nggak gitu, roti bakar pakai selai coklat. Itu juga bakarnya pakai mesin. Bukan pakai api kayak gini. Rasanya, AC di apartemen Abi langsung berhenti bekerja pas Abi bakar satenya. Panas banget.

Semua hidangan udah siap. Ternyata Iinas jago banget masaknya. Mejanya sudah dipenuhi hidangan yang menghugah selera. Kecuali, satenya Abi. Dari bentuknya aja udah nggak meyakinkan. Abi motongnya bener-bener asimetris, udah gitu, gedhe banget, terus gosongnya nggak rata.

Hhh... Ya udahlah ya, buat Satria ini. Nggak usah bangus-bagus. Dia mah daging kambing mentah juga diembat, apalagi udah dibumbui begini. Dimakan kali, setusuknya.

Meja makan udah on set. Tadi Iinas juga sempet minta diberhentiin buat beli bunga. Jadi, sekarang meja makan Abi yang biasanya monoton, jadi lebih cantik. Beda banget auranya. Kelihatan, kalau yang punya rumah udah punya istri.

Abi menyusul Iinas ke kamar, tadi istrinya itu emang pamit duluan buat bandi dan rapi-rapi. Abi juga mau cepet-cepet mandi. Badannya udah bau sangit akibat kebanyakan main api sama kecap.

Pas Abi masuk, Iinas baru keluar dari kamar mandi, udah siap dengan gamis warna hijau mudanya, minus hijab di kepalanya. Rambut panjangnya masih basah.

Iinas cantik juga ya ternyata?

Batin Abi. Eh, tapi Abi ang nggak pernah bilang kalau Iinas jelek kok.

"Ehem!" Iinas berdehem. Tumben-tumbenan si Abi ngelihatin begitu. Biasanya, diajak ngomong aja nggak mau ngelihat. Bikin emosi!

"Kamu cantik." kata Abi.

Kesambet kambing mana nih si Abi? Pasti arwah kambing yang dibakarnya tadi. Nggak terima, dipotong asimetris begitu. Nggak ada estetikanya sama sekali kalau kata Iinas.

Maunya Iinas cuek aja, tapi emang pipinya nggak tau malu. Langsung blushing cuma karena dikatain cantik sama Abi. Ah, sial.

Iinas diam aja, ninggalin Abi buat ngeringin rambutnya yang masih basah. Udah jam lima lewat, bentar lagi maghrib, terus tamunya datang. Iinas kudu siap-siap.

Iinas duduk di depan meja rias, megang hair dryer buat ngeringin rambut panjangnya yang basah. Susah emang kalau punya rambut panjang begini, keringnya lama. Kadang bisa bikun Iinas mager buat keramas.

Lagi mulai asyik ngeringin rambut, Abi malah duduk di sebelahnya. Belum jadi masuk ke kamar mandi. Cuma mandangin Iinas yang sibuk sama hair dryer-nya.

"Kenapa?" tanya Iinas jengah, ditatap begitu, bisa-bisa Iinas lumer. Iinas kan murahan kalau di depan Abi. Dan, ceritanya Iinas kan lagi ngambek, jadi nggak boleh kelihatan baik di depan Abi.

"Kamu cantik." kata Abi lagi.

"Iya saya tahu." jawab Iinas. So what? Apa maksud Abi bilang Iinas cantik begitu?

"Kamu jangan marah lagi sama saya ya? Saya benar-benar bingung. Nggak tahu kamu mau apa kalau nggak bilang." kata Abi. Kayaknya udah mulai beres nih otaknya Abi. Udah mrylai bisa diajak buat ngomong serius sama Iinas.

"Harusnya kemarin saya langsung aja ya? Nggak usah tanya kamu dulu." kata Abi lagi.

"Langsung apa?" tanya Iinas bingung. Abi ngomong apaan sih?

"Having sex sama kamu. Harusnya saya nggak usah tanya kamu dulu kan? Langsung aja. Gitu kata Satria. Tapi pakai pemansan dulu." jawab Abi.

Hampir aja rambut panjang Iinas kesedot sama hair dryer karena bengong dengerin Abi.

What?

Having sex?

Ya Tuhan!

Lagian siapa sih yang mikirin masalah having sex itu? Kenapa dari kemarin Abi bahas itu terus?

"Mas!" panggil Iinas. Mematikan hair dryer-nya dan meletakkan di atas meja. "Mas Abi sadar nggak sih ngomong apa?"

"Iya sadar."

"Kenapa mikir gitu? Lagian siapa sih yang mau having... Ehem! S-sex?" kata Iinas lirih plus gugup. Kayaknya kalau ngomong sama Abi kudu gamblang begini kali ya? Biar Abi paham dan nggak salah tangkep.

"Kamu. Kata Satria gitu. Kamu ngambek dan marah-marah karena nggak dapat jatah 'itu' dari saya." jawab Abi.

Ya Tuhan! Kenapa juga Mas Abi musti tanya beginian sama sepupunya. Mau ditaro mana muka Iinas pas ketemu sama Satria nanti?

"Mas kenapa tanya Bang Satria? Kenapa nggak tanya saya, saya maunya apa??" Iinas geram. Abi ini mikirnya gimna sih? Semakin banyak dia tanya Iinas, kan semakin banyak juga komunikasi yang terjalin di antara mereka. Ini yang diinginkan Iinas.

KOMUNIKASI! Ngobrol. Bicara. Cuap-cuap. Pillow talk! Dan sejenisnya.

Bukannya having sex!

Duh!

"Jadi kamu nggak mau having sex sama saya?" tanya Abi menyimpulkan.

Ya Allah, Gusti! Kenapa Abi bahas itu terus sih?

"Bukan itu poinnya, Mas! Mas ngerti nggak sih kalau saya ajak ngomong??" tanya Iinas makin emosi. "Saya itu maunya kita ngobrol baik-baik, bicarain masalah pernikahan kita, tujuan nikah kita apa, atau apa aja, biar kita makin deket. Biar pernikahan ini nggak stuck sampai di sini! Biar hubungan kita nggak gini-gini aja, Mas! Kayak orang asing!" lanjut Iinas berapi-api.

"Mas mau, kita begini terus?" tanya Iinas lagi.

Abi menggeleng. Dia berpikir, lama-lama istrinya ini mirip mamanya juga. Suka ngomelin Abi. Wah, Abi harus kuat nih kena omel tiap hari. Kayak Satria. Abi harus mulai menyusun mind set-nya.

"Terus kenapa bahas begituan mulu? Mas pengen?"

Abi menggeleng cepat. Ini semuakan kata Satria. Tapi, Iinas langsung merengut. Jadi Abi nggak nafsu ya sama Iinas. Sebegitu tidak menariknya Iinas di mata Abi? Iinas murung seketika.

Kali ini, Abi menangkap ekspresi sedih Iinas. Apa Abi salah bicara?

"Eh. Ee... Bukan gitu. Maksud saya, em... maksud saya itu... " Abi bingung mau ngomong apa. "Maksud saya, saya juga sama kayak kamu. Belum mau mau begituan." jawab Abi akhirnya.

"Hmm." jawab Iinas. Dia mulai kembali menyalakan hair dryer-nya.

Abi jadi serba salah. Kenapa Iinas jadi murung dan jutek tiba-tiba begitu? Katanya nggak mau having sex sama Abi, giliran Abi bilang nggak mau, kok Iinas jadi marah begitu. Katanya juga bukan karena masalah ini. Kok sekarang malah makin suram gitu auranya.

"Jadi kamu mau itu ya? Kalau kamu mau, saya juga mau kok." kata Abi mencoba menenangkan dan menghibur Iinas.

Tapi, Iinas malah membanting hair dryer-nya di atas meja.

Abi melongo di tempatnya.

Jadi Iinas maunya gimana?

Cewek emang susah! Makanya selama ini Abi nggak pernah mau berurusan sama cewek, selain sama Mama dan Neneknya. Gitu aja Abi udah pusing setenga mati.

Beneran, Abi perlu ketemu sama Satria sesegera mungkin! Udah urgent banget ini.

.....

Yeay double buat hari ini!

Semoga kalian suka yaa. Terimakasih buat vote dan komen kalian.

Jangan lupa buat like, coment, share, add to your reading list and follow my profile yaah.

Seeya tomorrow.
Love,

Sinnad
15012019 17.40

Guide to Our MarriageTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon