Part 10. Mas Abi Homo?

41K 3.2K 57
                                    


Apalagi yang Iinas harapkan pas semobil sama calon suaminya selain hening?

Iinas masih memikirkan pembicaraannya dengan Niana di depan lift tadi. Bagaimana bisa, dirinya tidak ingat kalau pernah menggosipkan Abi. Si cowok cakep anak konglomerat yang homo itu?

Kalau sebelumya Iinas bisa santai buat mengatasi hatinya, sekarang udah enggak. Gimana mau santai? Masa iya Iinas nikahnya sama gay. Iinas masih belum bisa ngebayanginnya. Gila aja!

Iinas kembali mengingat waktu bersamanya dengan Abi. Yah, meskipun baru sehari itu. Belum bisa digunakan buat pengamatan yang pasti.

Rasanya nggak ada yang aneh sih sama Abi waktu itu. Cuma-

Oh, dia pernah minta jaga jarak sama pegawai butik! Apa itu tanda-tanda gay?

Tapi kalau itu kayaknya sih cuma kesombongannya si Abi.

Hmm... Kayaknya nggak ada yang aneh deh dari si Batu kali. Palingan cuma ngeselin, songong, datar, sama minta ditampol doang. Lainnya normal kok.

Iinas masih terus begelut dengan pikirannya. Nggak mungkin deh kalau si Abi ini homo. Mamanya nggak mungkin setega itu.

Oh ya, waktu itu bahkan mereka menyempatkan diri buat sholat dhuhur dan ashar di masjid kok. Nah, kelihatan alim gitu si Abi. Masa iya dia mau menghianati Tuhannya?

Duh, rasanya Iinas udah nggak tahan lagi. Rasa penasarannya udah nyampe ke ubun-ubun. "Mas!" panggil Iinas di tengah keheningan mereka. Kok rasanya mau ke restoran aja jauh banget ya? Dari tadi nggak nyampe.

Abi diam. Entah dia tidak dengar atau mendengar tapi mengabaikan Iinas. Atau dengar, tapi menunggu ucapan Iinas selanjutnya. Nggak ada yang tahu.

"Mas Abi!" panggil Iinas lagi. Kalau mau ngomong, Iinas harus memastikan lawan bicaranya bisa mendengar dengan baik dong?

"Hmm." jawab Abi sekenanya.

"Saya mau nanya." kata Iinas.

"Iya apa?" tanya Abi. Matanya tetap fokus pada jalanan malam.

"Mas Abi homo ya?"

.....

Kalau ada adegan begini di novel atau film, pasti responnya kalau nggak berhenti mendadak, ya nabrak tiang listrik. Kalau nggak gitu langsung keselek paha ayam pas lagi makan.

Tapi enggak berlaku buat Abi. Dia diam, tetap tenang memegang kendali mobilnya. Lalu hening. Iinas jadi bingung sekarang. Sopan nggak sih tanya begituan ke orang lain di pertemuan kedua? Tapi gimana dong, dari pada kepala Iinas pening saking penasarannya. Lagian ini demi masa depannya kan?

"Mas Abi?!" tegur Iinas lagi. Kali aja calon suaminya itu nggak denger. "Jawab dong!"

"Enggak." jawab Abi singkat.

"Itu nggak ada lanjutannya semacam 'nggak salah lagi' gitu kan?" todong Iinas yang belum tenang.

"Enggak ada." jawab Abi lagi.

"Bener?" tanya Iinas belum percaya.

"Iya. Kenapa? Kamu mau suruh saya buat buktiin?" jawab Abi masih datar. Matanya nggak beralih dari jalan sedikitpun.

"Ya udah percaya. Tapi bener ya?" Iinas meyakinkan lagi.

Tapi Abi cuma diam, tidak merespon pertanyaan Iinas barusan. Lalu hening lagi. Iinas bingung mau ngomong apa lagi, sedang Abi... Nggak tau deh apa yang lagi dipikirin sama dia. Sampai akhirnya mereka tiba juga di restoran tujuan mereka. Kali ini Resto Jepang.

Guide to Our MarriageWhere stories live. Discover now