Part 41. Iinas Sakit

49.1K 3.2K 292
                                    

Udah jam 21.25, dan Abi masih stay di ruangannya. Padahal biasanya Abi paling lama di kantor tuh jam 20.00 WIB. Abi nggak suka lama-lama di kantor, dia juga nggak suka karyawannya lembur di kantor sampai larut malam, kecuali memang ada agenda yang mendesak.

Semua gara-gara Iinas nih. Tadi Abi telepon istrinya, katanya Iinas masih lembur. Mau Abi samperin, Iinasnya nghak mau. Dan, akhirnya Abi pasrah nungguin Iinas di ruangannya sambil tiduran di sofa.

Tapi lama-lama Abi bosan juga, udah dari abis maghrib tadi, kerjaannya kelar. Nggak ada yang menuntut minta perhatian lebih darinya. Mana belum makan juga. Abi lapar. Kangen Iinas juga.

Iinas udah makan belum ya?

Telpon aja deh.

"Halo! Kamu belum selesai juga?" tanya Abi langsung pas Iinas ngangkat teleponnya.

"Belum Mas. Bentar lagi ya."

"Udah makan?"

"Belum. Kerjaan Iinas masih banyak."

"Emang nggak bisa diselesein besok? Ini udah malem loh."

"Besok ngerjain yang lain lagi. Bentar ya, 15 menit deh."

"Yaudah, saya tunggu di lobby bawah aja kalo gitu. Kalo kamu belum selesai juga, saya angkut paksa!"

"Issh! Iya!"

"Hmm. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

.....

Kaki Abi udah gerak-gerak nggak sabar di sofa lobby. Udah berapa lama Abi nunggu? Sekarang jam 21.53 WIB, tapi Iinas belum nongol juga. Lama-lama mau Abi susulin juga nih!

"Mas? Maaf ya lama..."

Akhirnya Iinas datang juga. Abi udah mau aja naik ke lantainya Iinas. Abi juga udah mau ngomelin Iinas karena lama, tapi nggak jadi.

"Kok kamu pucet gini?" Abi langsung berdiri dan meriksa wajah istrinya. Tangan besarnya juga ngecek suhu tubuhnya Iinas.

"Capek." adu Iinas. "Nggak enak badan juga. Tadi aja sampai muntah-muntah."

"Apa? Kenapa? Kamu sakit? Kenapa sampai muntah-muntah?" tanya Abi beruntun. Tangannya langsung menggeret pinggang Iinas buat duduk di sofa. Dari pas ngelihat wajah Iinas yang pucet sama badannya yang kelihatan kemah, Abi udah khawatir banget. Dan sekarang, Iinas bilang kalau tadi muntah-muntah??

"Nggak tau. Maag kali. Tadi telat makan siangnya." jawab Iinas lesu.

"Dan sekarang kamu telat makan malam lagi??"

"Ehehehe." Iinas cuma nyengir menerima todongan suaminya.

"Terus kenapa nggak hubungi saya? Saya kan di atas!" omel Abi.

"Nggak papa kok, nanti Mas sibuk. Takutnya ganggu."

"Ngomong apa sih kamu?" protes Abi. Nggak suka Iinas ngomong kayak gitu. Sekarang, Abi kerja kan juga buat Iinas. Iinas lebih penting dari kerjaannya. "Makanya kalau kerja jangan diforsir. Biar saya aja yang kerja." lanjutnya. "Saya nggak suka kamu sakit begini. Lain kali, kalau ada apa-apa kabari."

"Iya, bulan depan Iinas mau resign aja."

"Beneran?" Abi nggak nyangka Iinas bakalan resign secepat ini. Abi tau kalau sebenarnya Iinas cukup berat kalau cuma disuruh diam di rumah aja.

"Iya Mas. Aku udah capek juga."

"Bagus. Nanti kamu bisa temani saya kerja." kata Abi menyeringai. Bibirnya dengan cepat mengecup pipi pucat Iinas.

Guide to Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang