Part 15. Nasihat Satrya

45.3K 3.6K 196
                                    


Sudah dua hari sejak kepulangan 'love birds' ini dari hotel. Iinas masih ngambek, kayaknya bener karena PMS deh. Rasanya tiap lihat mukanya Abi, Iinas pengen nabok. Gemes banget.

Terus, dua hari ini mereka di rumah aja. Sehari di rumah mertua Iinas, abis itu langsung pindah ke apartemen Abi. Apa yang mereka lakukan? Nggak ada.

Iinas sih berharap mereka ada ngobrol apa gitu, quality time, atau jalan-jalan kemana gitu. Khayalan Iinas yang paling mustahil ya, mereka honeymoon ke Maldives gitu, atau ke hawaii, kan Abi kaya. Tapi sekali lagi, itu mustahil. Abi, ngajakin ngomong aja enggak, apalagi ngajakin ke Maldives. Pasti nunggu kota Jakarta disapu tsunami dulu, baru Abi mau ngajakin. Itu juga karena alasan ngungsi. Hadeuuh!

Jadinya, mereka hidup sendiri-sendiri. Pas di rumah mertuanya sih, Iinas masih ada teman. Mama Abi, orangnya asik banget. Gampang bergaulnya, meski beda generasi. Beda banget sama anaknya yang kayak Tembok Berlin. Minta diruntuhin.

Papa mertuanya juga kocak abis. Dia galak banget kalau sama Abi, tapi lembut banget kalau ke Iinas. Nggak beda jauh kayak Papanya Iinas sendiri. Cuma dalam versi yang lebih kocak. Berada di rumah mertuanya, membuat Iinas jadi bingung. Abi anak kandung apa anak pungut sih? Nggak ada mirip-miripnya sama Mama Papanya.

Kalau di apartemen? Jangan tanya lagi. Mereka diam-diaman kayak orang nggak kenal. Belum ada 24 jam, Iinas rasanya pengen meledak. Mau curhat ke Niana, Iinas malu. Kayak ketahuan banget masalahnya, lagian urusan rumah tangga memang nggak seharusnya dibuka-buka sih.

Untungnya, dua malam ini mereka tidurnya seranjang. Nggak pisah-pisah gitu, kayak nikah mainan. Cuma ya, Iinas di ujung kiri, si Abi di ujung kanan. Nggak ada guling pembatas juga kok. Malah mereka tudurnya hadap-hadapan. So sweet kan? Tapi hadap-hadapan punggung.

"Saya mau pergi." kata Abi pada istrinya.

Iinas lagi nonton tv. Satu jam yang lalu, mereka baru saja sarapan pagi. Iinas yang masak, bikin sandwich isi daging. Kata Mama mertuanya, Abi nggak suka sarapan yang berat-berat. Cukup roti-rotian kalau nggak, sereal. Beda banget sama Iinas. Kalau makan roti doang mah, ganti jam juga udah bikin lapar lagi. Sereal? Itu mah camilan. Lagian kayak balita aja, sarapannya pake sereal. Koko kranc!

"Pergi kemana?" tanya Iinas. Sebagai seorang Istri, Iinas harus tau dong kemana suaminya pergi.

"Ketemu Satria." jawab Abi, Satria ini sepupunya yang dokter itu loh. Yang istrinya lagi hamil.

"Ngapain?"

"Ya nggak ngapa-ngapain."

"Kalau nggak ngapa-ngapain, kenapa ketemu?"

"Kamu mau ikut?" tanya Abi balik. Mau pergi aja pake diintrogasi gini. Repot ya, punya istri?

"Buat apa?"

"Biar kamu tau nggak ngapa-ngapainnya saya sama Satria."

"Mas ngomong nggak jelas banget sih? Tinggal jawab mau ngapain aja, pake muter-muter." protes Iinas sewot. Beneran deh, Iinas tuh bawaannya pengen ngomel mulu kalau ngomong sama Abi.

"Saya cuma mau ngobrol biasa, sekalian mau minta nasihat pernikahan. Biar nggak suntuk juga di rumah." jawab Abi. Dia sudah berdiri dari tadi di sofa sebelah Iinas. Mau keluar, tapi belum dapat izin.

Iinas diam sebentar, mau minta nasihat pernikahan? Jadi Abi niat menikah dong? "Kamu mau ikut?" tawar Abi lagi, menghentikan pikiran Iinas.

"Jadi suntuk di rumah? Kenapa? Karena saya??" Iinas emang lagi jahat hari ini. Mungkin tiga hari lagi dia dapet. Berhubung Abi adalah orang terdekatnya, jadilah suaminya itu korban amukan PMS.

Guide to Our MarriageWhere stories live. Discover now