14

76.1K 4.1K 457
                                    

"Mas, kita ketemuan sama kak Siska yuk" ajak Adelia saat mereka sudah di dalam perjalanan pulang dari kampus.

"Sekarang? Kamu udah siap?" Devanno balik bertanya.

Adelia mengangguk. "Aku ngerasa bersalah banget sama kak Siska"

Devanno tersenyum seraya membelai rambut Adelia. "Kamu udah dewasa sekarang"

"Emang tadinya anak kecil?" tanya Adelia yang membuat Devanno tertawa.

Mereka berdua memutuskan untuk bertemu dengan Siska di sebuah restoran di dekat rumah Siska. Ini kemauan Adelia sebenarnya. Karena ia kasihan pada Siska yang sedang hamil jika harus pergi jauh-jauh. Setelah memesan makanan, mereka langsung berbicara apa maksudnya mereka bertemu.

"Kak Siska. Sebelumnya aku mau minta maaf sama sikap aku kemarin sama kakak ya" kata Adelia memulai.

Siska tersenyum. "Ngga apa-apa, Adelia. Aku juga minta maaf karena aku cerita ngga langsung pada intinya kemaren"

"Jujur kemaren aku kaget banget pas kakak bilang kakak hamil dan kakak butuh mas Devan. Pikiranku bener-bener kacau. Apalagi, hari itu aku abis ujian" kata Adelia sesekali menoleh ke Devanno.

"Iya. Wajar kok. Maksud aku butuh Devan itu karena dia satu-satunya orang yang deket sama aku disini. Semua keluargaku ada di luar negeri. Aku ngga tau harus kemana lagi"

Adelia mengangguk mengerti. "Tapi sekarang ada aku juga. Kalo kakak butuh apa-apa, kabarin aku aja. Aku siap temenin kakak" kata Adelia tersenyum senang.

Devanno memegang tangan Adelia dibawah meja. Ia tersenyum bangga karena perilaku Adelia.

"Iya! Aku bakal sering repotin kamu sama Devan pasti" ucap Siska. "Gimana setelah nikah sama Devan? Dia orangnya jail kan?" tanya Siska.

"Banget kak! Apalagi kalo di kampus. Dia sering banget sengaja bikin aku marah. Waktu itu aku pernah disuruh bawa bukunya satu biji ke ruangannya. Taunya dia cuma pengen ngeliat muka aku doang. Nyebelin kan?"

Siska tertawa renyah. "Dia emang gitu. Kadang isengnya bikin kita kesel"

"Ini kok kalian akrab banget kalo lagi ngomongin orang ya?" sindir Devanno yang membuat mereka tertawa.

Dengan kejadian ini, Adelia jadi sadar bahwa selama ini yang membuat masalah adalah dia. Adelia tidak pernah menunggu sampai orang selesai bicara dulu. Ia selalu menarik kesimpulan tanpa mendengar kata orang.

                                  ......

"Aduh. Hari ini ujian materi kamu lagi. Pasti soalnya susah" pagi-pagi Adelia sudah mengoceh.

"Gampang. Yang penting kamu udah belajar materi yang aku kasih" kata Devanno.

"Kamu mana pernah ngasih soal yang ada di buku? Kamu pasti ngasih soal yang jawabannya pake logika" omel Adelia.

"Kamu itu ngambil jurusan Psikologi. Masa iya jawabannya terpatok sama buku? Gimana kamu ngelayanin klien nanti?"

Adelia memanyunkan bibirnya kesal. Kesal karena apa yang dikatakan Devanno selalu benar.

"Mas, bocorin soalnya dong" pinta Adelia.

Devanno yang sedang menyetir, menggeleng. "Enak aja. Kamu emang istri aku. Tapi kalo di kampus, kamu tetep mahasiswi aku"

"Ih pelit! Ayolah mas. Please" pinta Adelia lagi sambil menggoyang-goyangkan tangan Devanno.

"Eh, aku lagi nyetir Aya. Bahaya" kata Devanno yang membuat Adelia menghentikannya. "Aku punya kiat gimana kamu bisa ngerjain soalnya. Mau ngga?" tanya Devanno.

Adelia langsung mengangguk mengiyakan.

"Sini aku bisikin" Adelia mendekat. "I love you" bisik Devanno, kemudian mengecup pipi Adelia.

Adelia menepuk lengan Devanno. "Ih apaan sih" ucapnya yang membuat Devanno mengacak rambut Adelia gemas.

Kelas Adelia sudah siap untuk mengikuti ujian akhir semester. Devanno pun sudah masuk ke kelasnya dan sudah siap dengan soal-soal di tangannya.

"Adelia! Kesini. Tolong saya bagikan soal-soalnya" titah Devanno.

Dengan perasaan kesal, Adelia menghampirinya.

"Jangan gitu mukanya dong. Cantiknya hilang" bisik Devanno saat Adelia ada di depannya.

Adelia memutar bola matanya malas. "Ini aja pak?" tanyanya.

Devanno mengangguk mengiyakan. "Yang diawal soal kamu ya. Khusus buat kamu" bisiknya lagi. "Cepat bagikan. Waktunya ngga banyak" sambung Devanno.

Adelia membagikan soalnya dan menyimpan lembar paling pertama. Dia mengira, Devanno akan membedakan soalnya. Namun ternyata, Devanno meninggalkan note kecil di tengah soal milik Adelia yang bertuliskan 'Semangat sayang! Aku yakin kamu pasti bisa'. Adelia melirik Devanno yang sedang tersenyum licik itu.

Setelah melewati serangkaian ujian, akhirnya seluruh mahasiswa dan mahasiswi telah menyelesaikan semester ini. Mereka tinggal menunggu hasil kerja keras mereka setelah enam bulan ini.

Adelia dan Devanno memutuskan untuk langsung pulang tanpa mampir kemanapun setelah pulang dari kampus. Mereka sangat lelah.

"Sayang, amplop yang kemaren aku taro disini mana ya?" tanya Devanno.

Ya. Meskipun niat mereka pulang adalah untuk istirahat, tapi tetap saja Devanno langsung membuka laptopnya saat sampai di rumah.

"Kemaren aku taro di meja kerja mas" jawab Adelia.

"Tolong ambilin dong sayang. Aku lagi cek email nih"

Adelia segera mengambil amplop itu dan memberikan ke Devanno.

"Tolong buka deh. Bacain apa itu di dalemnya" kata Devanno.

Saat Adelia membuka amplopnya, Devanno mematikan laptopnya dan berdiri.

Ternyata isi amplopnya adalah dua tiket pesawat menuju Dubai.

Adelia menoleh ke Devanno karena bingung. "Ini apa?"

Devanno memeluk pinggang Adelia dari depan. "Kita bulan madu yuk?"

Adelia mendelik kaget. "Kita bulan madu? Ke dubai?" tanyanya dengan nada riang.

Devanno mengangguk mengiyakan. "Itu hadiah buat kamu. Mau kan?"

Adelia langsung mengangguk. "Mau banget! Makasih ya mas" katanya memeluk Devanno.

"Sama-sama sayang. Maaf aku cuma bisa ajak kamu ke Dubai aja"

"Aku seneng banget mas. Makasih ya"

Devanno melepas pelukannya. Ia menatap Adelia. "Aku akan berusaha buat kamu jadi wanita yang paling bahagia di dunia ini"

"Kayanya udah" ucap Adelia.

Devanno tersenyum. "Aku sayang sama kamu"

"Aku juga sayang sama mas Devan"


Tbc.

 My Lecturer My Husband → K.M.GWhere stories live. Discover now