2.9

58.2K 2.3K 122
                                    

"Boleh ngga kalo kamu sendiri aja, Dev?" tanya Siska yang membuat semua terdiam.

Tak ada yang berani mengeluarkan kata-kata. Hingga akhirnya Siska tertawa.

"Aku bercanda. Kalian mukanya tegang banget sih?!" katanya yang membuat Adelia dan juga Devanno bisa bernafas lega.

"Kamu nih bikin kita......"

"Aku ngga akan bikin rumah tangga sahabat aku rusak lagi gara-gara aku. Jangan serius-serius banget ah." ledek Siska terkekeh.

"Kak Siska mah bikin kaget." kata Adelia manja.

"Uuhh.. Maaf ya sayang." Siska beralih memeluk Adelia. Mereka memang sudah seperti adik dan kakak. Semenjak kejadian saat itu, mereka menjadi dekat.

"Aku sama mas Devan bakal cariin kakak tempat yang aman. Ngga usah takut lagi ya kak." kata Adelia.

"Ngga perlu sayang. Aku udah putusin buat tinggal sama orang tua aku. Kemarin, mereka dateng dari luar negeri. Jadi aku bisa sama mereka." kata Siska.

"Kamu serius?" kali ini Devanno yang bertanya.

Siska mengangguk mengiyakan. "Iya! Makasih ya kalian selama ini udah baik sama aku. Maaf juga karena aku sering ganggu kalian."

"Kakak ngomong apa sih? Aku seneng kok ada kakak disini. Itu ngebuat aku kaya punya kakak perempuan." kata Adelia.

"Makasih ya. Aku sayang banget sama kalian berdua." kata Siska menoleh kearah Devanno dan Adelia bergantian.

"Kita juga sayang sama kak Siska. Iya kan mas?"

Devanno hanya mengangguk serta tersenyum.

.......

Setelah itu, Siska pamit. Benar-benar pamit. Ternyata, ia sudah merencanakan untuk kembali keluar negeri demi keamanannya dan juga anaknya. Tentu saja awalnya Adelia sedih mendengarnya. Tapi jika dipikir, akan lebih baik jika Siska menjauh dari kota ini daripada harus terus ketakutan sepanjang waktu.

Saat tengah memasak, tiba-tiba saja Devanno memeluk Adelia dari belakang.

"El masih bobo?" tanya Adelia.

"Tadi bangun. Aku kasih susu, bobo lagi."

"Pinter ya sekarang udah bisa boboin El."

"Udah dari dulu kali." kata Devanno seraya menopangkan dagunya ke bahu Adelia.

"Aya, seneng ngga sekarang?" tanya Devanno.

"Seneng kenapa?"

"Sekarang kan udah ngga ada lagi yang bakal ganggu hubungan kita."

Adelia menghentikan kegiatannya dan berbalik menghadap Devanno.

"Maksud kamu penganggu itu kak Siska?"

"Siapa lagi?"

"Ih sembarangan banget kamu." Adelia mencubit pelan perut Devanno. "Kak Siska itu kesepian. Udah wajib buat kita temenin dia mas." sambung Adelia yang membuat Devanno tersenyum.

Devanno melingkarkan tangannya di pinggang mungil Adelia.

"Aku ngga sangka loh kamu dewasa banget sekarang." ucapnya.

"Hmm mungkin karena masalah-masalah yang terjadi sama kita kali ya? Aku jadi bisa berfikir lebih dewasa."

Devanno mengangguk setuju. "Ini adalah contoh hikmah di balik masalah. Meskipun masalah kita beraaat banget, kita bisa laluin itu dengan baik. Itu adalah bukti kalo cinta kita itu kuat. Ya kan?"

"Cinta? Emang mas cinta sama aku?"

Bukannya menjawab, Devanno justru mematikan api kompornya. Tiba-tiba saja ia menggendong Adelia ala bridal dengan sekuat tenaga.

"Aku buktiin kalo aku cinta sama kamu." tuturnya sembari berjalan menuju kamar mereka.

......

Sudah seminggu semenjak Siska pergi. Kehidupan rumah tangga Devanno dan Adelia menjadi semakin bahagia. Bukan berarti saat ada Siska, mereka tak bahagia. Hanya kadang, beberapa kali Siska menelepon Devanno karena ketakutan dirumah sendirian. Dengan paksaan Adelia, Devanno menuruti permintaan Siska itu.

Pagi-pagi, mereka sudah bercanda tawa di ruang keluarga.

"Mama, El nih bandel. Papanya di pukul." adu Devanno bak anak kecil.

"Pukul terus nak, ngga apa-apa." canda Adelia.

"Ngaco!" sahut Devanno.

Dengan terus tertawa, El terus memukul wajah Devanno yang sedang menggendongnya.

Sesaat kemudian, El terbatuk karena tertawa.

"Nah kan. Udah udah. Stop mas." kata Adelia mengingatkan.

"Ah gitu aja batuk. Payah nih anak papa." kata Devanno. "Sama mama dulu ya. Papa mau minum dulu." sambungnya.

Adelia yang sedang menonton drama, mulai memanggku El di kedua pahanya.

"Mau minum ngga?" tanya Devanno.

Adelia hanya menggeleng tanpa menoleh. Seperti biasa, ia akan berkonsentrasi saat menonton drama kesukaannya.

Setelah mengambil segelas air di dapur, Devanno kembali duduk di samping Adelia.

"Sebentar lagi El ulang tahun nih. Mau di rayain dimana ya yaang?" tanya Devanno.

"Emang mas ngga sibuk?"

"Enggaklah. Kalo El ulang tahun pasti aku cuti."

"El tuh suka Paw Patrol. Dia seneng banget kalo nonton itu. Kita buat temanya itu aja kali ya?"

"Boleh. Dari sekarang di cari-cari vendornya deh. Biar kita ngga ribet urusinnya juga."

"Ih enak banget El ulang tahun pake vendor. Waktu aku ulang tahun, kayanya biasa aja."

"Eh, kok sama anaknya iri? Yaudah nanti kalo kamu ulang tahun, aku pake vendor deh. Temanya scooby-doo ya? Kamu suka kan?"

"Iihhhhhhh nyebelin." protes Adelia yang membuat Devanno tertawa.

Devanno merangkul Adelia dengan sangat mesra.

"Maaf ya kalo aku belum bisa jadi suami yang bikin kamu bahagia."

Adelia menyenderkan kepalanya di dada Devanno. "Mas tuh ngomong apa? Menurut aku, mas itu adalah suami terbaik buat aku. Mas udah bisa ngebuat aku jadi lebih baik daripada dulu."

"Jadi lebih baik itu bukan dari aku. Tapi dari diri kamu sendiri. Kalo kamu ngga niat jadi lebih baik, kamu ngga akan bisa kaya sekarang."

"Iya! Tapi mas ikut andil dalam perubahan aku itu. Makasih ya mas."

"Udah jadi tugas aku sayang." kata Devanno mengecup puncak kepala Adelia.

"Mas, titip El dulu dong. Mau pipis." ucap Adelia memindahkan El ke pangkuan Devanno.

Beberapa saat Adelia di kamar mandi, Devanno di kejutkan dengan suara teriakan dari arah sana.

"MAS DEVAAAAAANNN!!!!!"

Dengan cepat, Devanno menggendong El dan menghampiri Adelia.

"Kenapa? Ada apa?"

"Aku hamil."








THE END!

 My Lecturer My Husband → K.M.GWhere stories live. Discover now