Bonus part

53.7K 2.2K 18
                                    

Jika kalian beranggapan bahwa hidup Devanno dan Adelia sempurna, kalian tidak sepenuhnya benar.

Tepat disaat usia kandungan anak kedua yang ke tiga bulan, mereka harus merelakan anak mereka pergi. Mereka terpaksa harus mengikuti kata dokter yang mengharuskan mereka untuk merelakan anaknya untuk pergi selama-lamanya. Hal ini di karenakan kandungan Adelia sangat lemah hingga tak dapat di pertahankan. Lagipula, jarak kehamilan pertama dan kedua terlalu dekat. Awalnya mereka sangat terpukul, namun seiring berjalannya waktu, mereka sadar bahwa mungkin ini sudah menjadi jalan dari Tuhan agar mereka fokus merawat El hingga ia besar nanti. Akibat dari peristiwa ini, Adelia dilarang untuk hamil hingga beberapa waktu kedepan demi kesehatan Adelia. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, mereka harus menerima kenyataan ini.

"Pa-pa." ucap El terbata namun sedikit berteriak saat melihat Devanno masuk kerumah.

"A-pa?" jawab Devanno meniru suara El yang membuat El tertawa.

"Tumben udah pulang mas." kata Adelia.

"Loh, aku pulang cepet kamu heran. Aku lembur, kamu lebih heran. Gimana yang bener?" ledek Devanno.

"Ihh serius."

Devanno sedikit terkekeh karena kelakuan manja istrinya ini.

"Kerjaan aku udah selesai sayang. Jadi aku bisa pulang cepet." jawab Devanno sembari mengusap rambut Adelia dengan lembut.

"Coba aja setiap hari gini." kata Adelia memeluk pinggang Devanno dari arah samping dengan manja.

"Manja deh. Malu tuh sama El." sahut Devanno seraya merangkul tubuh mungil Adelia.

"Biarin. Aku udah jarang manja sama mas Devan sekarang."

"Iya nanti malem aja manja-manjaannya. Sekarang aku mau mandi dulu. Badan aku bau."

"Wangi kok. Aku suka."

"Iya kamu suka, tapi El enggak." balas Devanno. "Aku mandi sebentar ya sayang. Nanti kita main sama El." sambung Devanno mengecup puncak kepala Adelia.

Sesudah mandi, Devanno bergabung dengan Adelia yang sedang bermain dengan El. Pria kecil tampan ini sedang membolak-balikkan buku bacaannya. El adalah anak yang suka melihat gambar di buku. Kata orangtua Devanno dan Adelia, sifatnya sama persis dengan papa dan mamanya dulu.

"Baca apa sih anak papa?" tanya Devanno. Ia mengecup kening anaknya sekilas.

El tak menjawab. Ia hanya fokus pada buku di depannya dengan bibir yang ia manyunkan.

"Awas bibirnya jatoh itu." ledek Adelia.

"Hush! Ngaco kamu." sahut Devanno. "Bibir sexy nih. Nanti cewek-cewek pasti pada klepek-klepek sama El nih." sambung Devanno menggendong El di pangkuannya.

"Enak aja. Cewek-cewek ngga boleh cium El. Cuma mama yang boleh."

"Gimana kamu bisa tau kalo pacarnya nanti ngga cium dia?"

"Ya aku ikutlah kalo dia ngedate. Enak aja."

Devanno terkekeh. "Ngaco aja nih mama."

Di hadapkan El ke wajahnya. El tertawa senang karena jarang sekali Devanno bisa pulang secepat ini.

"Jalan-jalan sama El yuk, Ya?" ajak Devanno.

"Kemana?"

"Singapore lucu kali ya? Kita ke Universal."

"Ngapain ah, buang-buang uang aja. Mending beli pempers tuh buat dia. Lebih berguna."

"Kamu ini aneh. Masa liburan disamain sama pempers." sahut Devanno. "Itu kan udah ada jatahnya sayang. Aku bakal pastiin kalo kalian ngga kekurangan kok." lanjutnya.

"Tapi apa baik pergi ke luar negeri gitu?"

"Emang kenapa? Kan naik pesawat."

"Ih yaiyalah naik pesawat. Maksudku tuh sama dokter. Mobil sama pesawat kan beda."

"Nanti kita tanya aja dulu sama dokternya. Intinya, kamu mau atau enggak? Aku harus booking ticket dulu."

"Hmm.. Kalo liburan sih, aku mau aja."

Devanno mencibir. "Dasar mama nih."

"Beneran liburan nih?"

"Iyalah. Minggu depan kita liburan."

"Asikk.. Makasih ya mas. Aku sayang banget sama mas Devan."

"Aku juga sayang sama kamu." balas Devanno mengecup kening Adelia.





Sedikit aja.. Namanya juga bonus hahahaha

 My Lecturer My Husband → K.M.GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang