27

54K 3.1K 122
                                    

"Ayaaa!!!! Ayaaa!!!!!" Tata berlari menghampiri Adelia yang tengah membaca buku di kelasnya.

Kehamilan kali ini membuat Adelia menjadi seorang pemalas. Ia lebih banyak berdiam diri daripada pergi keluar rumah. Jika saja kuliahnya bisa lewat internet, mungkin ia akan melakukannya dirumah daripada ke kampus.

"Apa?" Adelia bertanya.

"Seluruh mahasiswa disini udah tau kalo kamu nikah sama pak Devan." jawab Tata yang membuat Adelia sangat terkejut.

"Kamu yakin? Mereka tau darimana?"

"Ngga tau! Tiba-tiba aja di mading ada foto kamu sama pak Devan."

Belum sempat Adelia merespon, beberapa mahasiswi mendatangi Adelia.

"Aya, kamu beneran udah nikah sama pak Devan?" tanyanya.

Merasa tak dapat jawaban, salah satu diantara mereka menggebrak meja.

"JAWAB DONG!!!!" sentaknya.

"Heh! Santai aja kenapa sih?!" kata Tata.

"Jawab kita, Ya! Apa bener kamu yang nikah sama pak Devanno?"

"Itu ngga ada urusannya sama kalian." jawab Adelia.

"Kenapa mesti kamu sih? Kamu tuh ngga pantes dapetin pak Devan." kata yang lain dengan nada kesal.

"Lalu siapa yang pantas dapetin saya?" kalimat pertanyaan itu membuat semua orang menoleh ke sumber suara.

"Pak Devan?"

Devanno mendekati mereka dengan santai. "Saya tanya sama kalian. Jika bukan Adelia yang pantas dapetin saya, terus siapa lagi yang pantes?"

Mereka diam membisu.

"Ada masalah kalau Adelia menikah sama saya? Apa saya harus minta izin dulu sama kalian kalo saya mau menikah?" tanya Devanno dengan nada menusuk.

"Eng-enggak pak."

"Kalian ini kan mahasiswi, seharusnya kalian berfikir secara dewasa. Apapun maksud kamu tanya itu ke istri saya, itu ngga akan ngaruh ke dia." kata Devanno tegas. "Kalau kalian beranggapan kalo Aya ngga pantes dapetin saya, apa lagi kalian? Kalian jauh lebih tidak pantas mendapatkan saya." lanjutnya.

Mereka masih tetap terdiam. Tidak ada satupun yang berani bersuara.

"Satu lagi. Jangan coba-coba buat bikin istri saya stress ya. Itu bahaya buat anak kami di perutnya." sambung Devanno yang membuat semua terkejut.

"Aya, kamu hamil?" tanya Tata senang.

Adelia mengangguk seraya tersenyum. "Akhirnya."

"Woah selamat ya sayang." Tata memeluk Adelia yang membuat Devanno senang.

Pandangan Devanno kembali mengarah ke mahasiswi tadi. "Untuk saat ini, kalian saya maafkan. Tapi jika saya dengar kalian mengganggu Adelia lagi, saya ngga akan tinggal diam. Mengerti?" Devanno mengatakan itu dengan emosi yang sangat baik. Ia masih tersenyum disaat kesal seperti ini.

"Mengerti pak. Kami permisi." kata mereka.

Setelah mereka pergi, Devanno menatap Adelia.

"Kamu ngga apa-apa kan?" tanyanya.

"Ngga apa-apa. Mas kenapa bisa kesini?"

"Tadi Clara telepon aku. Dia bilang, kampus lagi heboh karena berita ini."

"Maaf ya mas udah bikin khawatir." kata Adelia.

"Enggak kok. Ngga apa-apa." sahut Devanno. "Ta, udah kelar kan kelasnya?" tanya Devanno yang kali ini di tujukan untuk Tata.

"Udah kok pak. Bu Jayanti ngga masuk. Jadi kelasnya kosong."

"Yaudag sekalian pulang yuk?" ajak Devanno.

"Ta, bareng yuk." ajak Adelia.

"Ngga usah deh. Aku harus temenin Clara ke toko buku soalnya." kata Tata.

"Yaudah aku duluan ya." pamit Adelia.

"Kita duluan ya, Ta." kali ini Devanno yang pamit.

"Iya. Kalian hati-hati ya."

Devanno dan Adelia beriringan berjalan menuju parkiran mobil. Sepanjang koridor, semua mata orang-orang tertuju pada mereka.

"Aku malu diliatin begini." bisik Adelia.

"Ngapain malu? Orang sama suami sendiri kok." kata Devanno sembari menggandeng tangan Adelia.

"Mas, jangan gini dong."

Devanno tak merespon. Ia terus menggandeng Adelia hingga ke parkiran mobil.

"Mau makan apa hari ini?" tanya Devanno saat mereka sudah masuk ke mobil.

Adelia tak menjawab.

"Kenapa? Mikirin yang tadi?" tanya Devanno.

"Aku cum---"

"Sayang dengerin aku!" ucap Devanno. "Ngga usah pikirin hal ngga penting kaya gitu. Masih banyak hal lain yang harus kamu pikirin dibanding itu. Inget sayang, kamu lagi hamil sekarang. Aku mohon jaga baik-baik anak kita. Aku ngga mau kejadian itu terulang lagi. Aku memang bakal jagain kamu. Tapi kamu harus lebih menjaga diri kamu sendiri." sambungnya.

"Aku tau mas. Aku paham itu. Tapi siapa yang ngga kepikiran sama hal itu. Emang aku ngga akan kena masalah karena kamu udah resign. Lain hal sama mahasiswa-mahasiswa disana. Aku pasti di omongin sama mereka."

"Kamu tinggal tutup telinga aja. Ngga susah kok."

"Kamu bisa gampang bilang itu, mas. Kamu ngga ngerasain gimana jadi aku."

"Aku akan cari cara buat jagain kamu. Ngga usah dipikirin lagi. Mending kita pulang, terus istirahat. Kamu pasti capek banget." kata Devanno yang mulai menginjak pedal gasnya.

                              .........

Beberapa hari setelahnya, Adelia sudah mulai terbiasa dengan sindiran, celotehan dari beberapa mahasiswa disini. Namun tak sedikit pula yang mendukung hubungan mereka. Bahkan dari mereka ada yang memberi semangat Adelia jika Adelia terlihat lelah di kampus.

"Kamu kuat kan, Ya? Kelas terakhir kok ini." kata Tata.

"Kalo ngga kuat izin aja, Ya. Jangan di paksain." kali ini Clara yang bicara.

"Astaga guys! Aku kuat kok. Aku udah pernah ngalamin ini, jadi udah biasa aja."

Belum sempat teman-temannya merespon, terdengar suara pintu kelas di buka.

"Selamat sore." suara itu berhasil membuat satu kelas ini terkejut.

"Pak Devan?"

Devanno tersenyum seraya berjalan menuju mejanya.

"Sudah lama sekali ya." kata Devanno.

"Pak Devan balik ngajar lagi?" tanya salah satu mahasiswinya.

Devanno mengangguk mengiyakan.

"Tapi, apa pihak kampus izinin?" tanya Clara.

"Kalo ngga di izinin, saya ngga mungkin ada disini kan?" Devanno balik bertanya.

"Kok bisa? Bapak lagi ngga bercanda kan?" tanya yang lain.

"Keliatannya gimana?" sahut Devanno. "Baiklah. Karena saya sudah kembali, saya akan adakan buat kuis esok hari. Ini demi nilai kalian yang kurang saat saya tidak ada." sambung Devanno yang membuat mereka semua mengeluh.

Adelia masih menatapnya tak percaya. Devanno tidak pernah cerita apapun tentang ini padanya. Yang ia tau, tadi pagi Devanno bilang bahwa ia akan menemui orang yang bisa membantunya untuk menjaga Adelia selama di kampus.

Merasa di perhatikan, Devanno menoleh ke arah Adelia. Ia menaik-naikan kedua alisnya seraya tersenyum.

Tbc.

 My Lecturer My Husband → K.M.GWhere stories live. Discover now