21

60.4K 3.3K 137
                                    

Sepulangnya Adelia dari rumah sakit, ia terus bermurung diri. Ia terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpanya beberapa saat yang lalu. Tentu saja itu semua membuat Devanno frustasi. Tawa canda Adelia hilang begitu saja bak di telan bumi.

"Kamu makan dong sayang. Dari pagi kamu belom makan" kata Devanno.

"Aku belum laper mas" kata Adelia. Ia masih tenang duduk di kasurnya tanpa bergeming sejak pagi tadi.

"Belom laper gimana? Kamu kan belom makan dari tadi" kata Devanno. "Ayo dong sayang. Jangan siksa diri kamu begini terus. Kamu bisa sakit" tambahnya.

"Andaikan aja waktu itu aku ikutin apa kata mas Devan. Pasti anak kita sekarang masih ada di perut aku" kata Adelia. Ia tertunduk mengeluarkan air matanya.

Devanno meletakkan piring berisi makanan di nakas yang ada di sebelah kasur mereka. Ia beralih memegang kedua tangan Adelia.

"Udah berulang kali aku bilang ke kamu. Itu bukan salah kamu. Ini udah takdirnya. Tuhan masih belom bisa percaya sama kita buat ngejaga seorang anak. Aku yakin suatu saat nanti kalau Tuhan udah izinin, kita bisa punya anak lagi" kata Devanno menenangkan.

"Ok memang kamu salah karena ngga ikutin apa yang aku bilang. Anggap aja itu pelajaran buat kamu, untuk lebih hati-hati dan ikutin apa mau aku selagi itu baik. Ok?" sambung Devanno.

Adelia masih tertunduk sedih.

"Sayang. Jangan sedih-sedih lagi ya?" tanya Devanno sembari mengangkat dagu Adelia.

Adelia memeluk Devanno dengan erat. Ia menangis dengan kencang di pelukan Devanno.

"Maafin aku mas. Maafin aku" ucapnya dengan beruraian air mata.

"Iya sayang. Udah ngga usah nangis lagi yah. Aku ikutan sedih kalo kamu nangis" kata Devanno sembari mengusap belakang kepala Adelia.

                              .......

Pagi hari berikutnya, Adelia sudah membaik. Senyum di wajahnya sudah mulai tergambar. Ia juga sudah mulai bisa menyiapkan sarapan untuk Devanno sebelum ia mengajar nanti.

"Hai sayang" sapa Devanno sambil sesekali menguap.

Adelia terkekeh. "Masih ngantuk?" tanya Adelia.

Devanno mengangguk. "Kamu udah baikkan?"

Adelia mengangguk mengiyakan. "Kamu kan harus makan. Masa iya aku diem terus di kamar"

Devanno tersenyum senang. Ia mendekati Adelia dan memeluknya. "Aku seneng banget"

Adelia berbalik agar ia bisa melihat wajah Devanno.

"Mas, karena kejadian kemaren aku jadi mikir. Kayanya sebaiknya aku kasih tau temenku tentang pernikahan kita"

Devanno mengerutkan dahinya karena bingung. "Maksudnya?"

"Aku ngerasa, kejadian kemaren selain karena aku ngga ikutin apa yang di bilang sama mas, itu semua karena temen-temenku ngga tau kalo aku udah menikah dan lagi hamil. Mereka taunya, aku masih kaya dulu"

Devanno terdiam menunggu lanjutan. Terbesit kesenangan di hatinya karena ia tidak perlu menyembunyikan semua ini kepada orang-orang di sekitarnya.

"Menurut mas gimana?" tanya Adelia.

"Kamu yakin sama keputusan kamu?" Devanno balik bertanya seraya merapikan rambut Adelia yang jatuh menutupi wajah cantiknya.

Adelia tak buru-buru menjawab. Kemudian ia mengangguk pasti.

"Aku yakin" ucap Adelia pasti.

Devanno membuang nafasnya lega. "Dengan cara apa kamu mau bilang ke mereka?"

 My Lecturer My Husband → K.M.GWhere stories live. Discover now