-006-

3.3K 88 1
                                    

"Jam berapa ini?" Erlina  melirik jam yang menempel pada dinding. Kedua matanya terbuka lebar, "jam delapan? Aku ada kelas pagi!!" Erlina langsung lari terbirit-birit untuk bersiap-siap berangkat kuliah.

Ameera memang minggu-minggu ini tidak membangunkan Erlina. Alasannya mudah saja, agar Erlina mandiri. Masa sudah dewasa, tidur tidak mengingat waktu, pikir Ameera.

Beberapa menit kemudian, Erlina pun selesai mandi. Ia mengenakan kemeja putih polos panjang dan memakai rok hitam selutut, tidak lupa rambut yang Erlina jepit sebelah.  Kedua kakinya berayun menuruni satu persatu anak tangga. Dan langsung melenggang pergi menuju pintu. Yang ada dipikirannya saat ini adalah, cepat-cepat sampai ke kampus.

"Apa kamu tidak sarapan?" tanya Ameera ketika melihat Erlina yang sudah berjalan ke arah pintu.

"Tidak, Bu. Aku telat, ada lomba mata kuliah. Jadi, harus berangkat pagi dan aku pulang malam. Jika, ibu tidak percaya, surat pemberitahuan ada di meja belajarku," jelas Erlina seraya mengambil hp di slin bag hitamnya.

"Oke, baiklah hati-hati ya, Chell." Ameera  mengusap kepala Erlina. Erlina pun mengangguk dengan senyuman lebarnya.

"Chell, berangkat bersamaku saja," ajak Steven William Jackson, anak kandung dari Ameera.

"Memangnya kakak cuti kuliah hari ini?" tanya Erlina seraya menghampiri Steven yang sedang duduk di sofa.

"Bukan cuti, tetapi diliburkan. Universitas ku diundang menjadi tamu untuk memberikan penilaian dalam perlombaan di kampusmu," jelas Steven membuat Erlina merasa  bahagia seketika. Sebab, ia tidak perlu menunggu bus di halte lagi.

"Oke, fine."

Setelah pamit kepada Ameera.  Erlina  dan Steven pun melenggang pergi menuju bagasi untuk mengambil motor ninja milik Steven.

"Ayo, Chell, naik!" Titah Steven yang sudah menaiki motor terlebih dahulu.

"Bagaimana caranya aku naik, aku menggunakan rok pendek," rengek Erlina. Membuat Steven menggeleng-geleng kan kepalanya.

"Yasudah naik biasa saja. Kau mengenakan celana jeans, 'kan?" tanya Steven. "Iya, aku pakai," jawab Erlina.

"Eh, Tunggu Chell," ucap Steven ketika Erlina  hendak menaiki motor. Erlina pun mengurungkan niatnya, "ada apa?"

"Ini, pakai saja jaket ku. Kakak tidak ingin kau menjadi pusat perhatian banyak orang," tutur Steven seraya memberi jaket hitam yang baru ia lepas.

"Ah, terima kasih, Kak." Erlina menerima jaket itu. Lalu, mengikatnya di pinggang. Merasa ikatannya sudah sempurna, Erlina pun naik ke jok belakang.

Steven pun melakukan motor birunya dengan kecepatan normal, lalu sedang, hingga kencang saat ini. Saat itu pula  Erlina terlihat panik.

Steven yang melihat itu dari kaca spion pun mengeluarkan suaranya, "Chell, apakah kau takut? Jika kau takut, pegangan saja dengan kakak," ucap Steven. Tak apa kan jika seorang kakak perhatian pada adiknya?  pikirnya.

"I---iya, Kak. Tetapi ..."

"Sudah, sini." Steven menarik tangan Erlina satu persatu agar memeluk pinggangnya dari belakang.

"Ah." Erlina terkejut dengan apa yang dilakukan Steven. Membuat sang kakak mengulas senyum tipis. Cantik, pikir Steven.

🗽🗽🗽


"

Kau duluan saja, kakak ingin menghubungi pacar kakak dahulu," ucap Steven sesudahnya Erlina  turun.

My Conglomerate Husband (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang